Chereads / Adventure World / Chapter 29 - Lv. 29 - Empat Pemenang

Chapter 29 - Lv. 29 - Empat Pemenang

Sekali lagi keadaan menjadi hening, bukan hanya peserta bahkan penontonpun juga. Hal itu disebabkan oleh seorang player dengan topeng putih dan set armor abu-abu yang berdiri di atas takhta.

"Jadi waktu yang tersisa empat ... tidak, tiga menit. Sepertinya aku harus berusaha keras untuk bertahan," gumam Zen.

Di depan Zen telah berdiri ratusan, atau mungkin ribuan player yang akan berusaha melawannya.

Beruntungnya bagian belakang Zen sudah teramankan oleh sihir player yang ia bunuh sebelumnya.

"Kenapa mereka diam saja? Yah ... tidak masalah juga sih," celetuk Zen dalam hati.

"Kenapa kalian diam saja? Serang dia!!"

"Oii apa kalian takut dengan satu player itu?!"

"Jangan diam saja!!"

"SERANG!!"

Penonton mulai menyoraki peserta, dan sepertinya itu berhasil mendorong semangat mereka kembali.

Beberapa player mulai maju untuk menyerang. Kebanyakan dari mereka adalah tipe melee, dan para player bertipe range juga mulai menyiapkan sihir dan mengisi ulang amunisi.

"Baiklah, aku juga harus bersiap."

Zen mengeluarkan dua jenis potion, lalu ia membukanya dan menuangkannya ke bilah senjata miliknya.

[ Poison II telah ditambahkan ke senjata ]

[ Efek bertahan 02:00 ]

[ Paralysis II telah ditambahkan ke senjata ] [ Efek bertahan 02:00 ]

Seorang player menerjang dan mengayunkan pedangnya ke arah Zen. Tetapi dengan mudah Zen berhasil menangkis sekaligus menghempaskannya.

Dalam jeda waktu yang sangat singkat Zen menebasnya sekaligus menendangnya ke samping. Lalu dari sisi kiri muncul lagi player yang melakukan serangan menusuk dengan daggernya.

Zen berhasil menghindar dan memegang lengannya. Zen lalu menusukkan katananya ke tubuh player itu dan menhempaskannya dengan tinjuan.

"Apa statsku memang setinggi ini? Serangan mereka benar-benar tidak terasa," batin Zen yang bertanya-tanya.

Satu persatu player maju menyerang dan berakhir terkapar di sekitar kursi takhta. Mereka tidak mati, hanya saja karena efek dari paralysis yang ada di senjata Zen membuat mereka lumpuh.

Zen tidak mengakhiri mereka secara langsung karena hanya akan membuang-buang tenaganya. Lebih baik mebiarkan mereka mati perlahan dengan efek poison.

Dan sesekali Zen juga melemparkan potion Ignition dan Frostbite untuk memberi damage tambahan.

"Untungnya selain berusaha menjatuhkanku mereka tidak lupa untuk menyerang player yang ada di sekitarnya. Setidaknya ini meringankan beban," gumam Zen sambil melihat suasana.

Selain player yang menyerang dari dekar, player yang menyerang dari jarak jauh juga mulai memborbardir Zen dengan sihir, anak panah, bahkan peluru.

Untul sihir dapat dihindari Zen dengan mudah, karena rata-rata kecepatan sihir memang rendah, apalagi jarak Zen dengan lawannya memang cukup jauh.

Lalu anak panah, Zen sanggup menghindarinya karena efek visualnya yang cukup mencolok. Dan peluru, yang tercepat. Zen cukup kesulitan menghindarinya, tetapi masih terbantu dengan suara ledakan yang muncul saat peluru keluar.

Tentunya Zen tidak menghindari semua tembakan yang datang itu. Jika terasa cukup mustahil, Zen akan memilih untuk menangkisnya dengan senjata. Walaupun sangat beresiko.

....

[01:21]

"Huh ... sedikit lagi," ucap Zen dengan lirih.

Di menit-menit terakhir muncul sebuah lingkaran sihir berwarna merah dan cukup besar, tepat di atas kepala Zen.

Melihat hal itu mata Zen membelalak terkejut. Di sisi lain para player yang berusaha menjauh dari area serangan itu, Zen hanya bisa diam dan menunggi sesuatu yang akan keluar.

Dan sela beberapa detik, sebuah meteor raksasa dan berapi-api dalam perjalanan untuk mengahantam Zen yang tepat di bawahnya.

"Sial, apa-apaan batu besar itu?"

Dalam kondisi seperti ini player pasti akan merasa putus asa. Tapi tidak dengan Zen, dia justru memasang sebuah sengiran pada wajahnya.

"Sepertinya aku bisa mencoba itu," ucap Zen yang bersamaan dengan tangannya yang siap mencabut pedang.

Dalam game ini terkadang akan muncul sebuah fenomena di mana dua skill akan saling berbenturan.

Karena itu, akan ada suatu hal yang menentukan skill mana yang akan bertahan. Dan hal itu adalah damage yang dihasilkan skill.

Jadi, jika dua skill saling berbenturan, maka skill dengan damage paling tinggi yang akan bertahan dan menyingkirkan skill yang satunya.

[Deep Slash]

Katana Zen mulai bercahaya, tetapi masih tersimpan di sarungnya. Meteor itu semakin dekat, dan saat Zen merasa jaraknya sudah cukup dekat ia mengaktifkan skillnya yang lain.

[Line Slash]

Dengan sedikit hentakan di kaki, Zen melesat ke atas dengan cepat. Apalagi gabungan dari serangan kuat Deepest Slash dan dorongan Line Slash membuat katananya masih bisa bersaing dengan meteor api itu.

"Ini pertama kalinya akau mengkombinasikan dua buah skill, dan sepertinya berjalan lancar. Ugh ... di sini panas juga," batin Zen dalam hati.

Zen mendorong serangannya semakin jauh, bahkan para peserta dan penonton yang melihatnya tidak bisa mempercayai hal yang dilakukan Zen.

Memangnya siapa player yang cukup gila melawan balil skill dengan damage penghancur tingkat tinggi seperti itu.

BOOM!!

Zen memang bersusah payah untuk bertahan, dan pada akhirnya benturan serangan itu hancur dan meledak. Membuat Zen terlempar kembali ke bawah dengan kecepatan tinggi.

"Ugh ... sepertinya HP-ku berkurang cukup drastis," keluh Zen yang terbaring tepat di atas kursi takhta.

Saat asap dari ledakan memudar, semuanya bisa melihat kalau player yang ada di depan mereka masih bertahan.

Dan bukan hanya itu, akhirnya mereka bisa melihat siapa wajah di balik topeng itu. Wajah si Z sang penjual potion, wajah dari player kuat yang misterius.

Semua sorotan langsung mengarah kepadanya. Bahkan drone yang merekam siaran langsung juga berfokus padanya.

Di samping reaksi para penonton, ada dua player gadis yang menunjukkan reaksi berbeda.

Si gadis berambut hitam dengan mata violet ini menunjukkan reaksi terkejut seperti pernah melihat wajah Zen sebelumnya.

Lalu yang satunya, seorang gadis dengan mata keemasan mengeluarkan butiran air mata, dan terpancar sebuah kilauan harapan dari tatapannya.

"Hah ... aku tidak mengira kalau jadinya akan sejauh ini," ucap Zen sambil menghela napas.

Lalu Zen pun melihat sekitarnya, ia menyadari kalau dampak ledakan sebelumnya juga membuat dinding pelindung di belakangnya hancur.

Zen hanya berdecak kesal melihat kondisinya yang tidak menguntungkan. Apalagi terlihat kalau para player bersiap menyerangnya dari segala arah.

Zen mulai berdiri lagi di atas takhta, dan menarik napas dalam-dalam lalu berteriak, "MAJULAH KALIAN SEMUA!!!"

Beberapa player terkejut, bagaimana bisa seseorang dalam posisi seperti itu masih bisa memasang wajah tersenyum lebar.

Tentu saja tanpa menunggu lama semua player mulai menyerbu Zen, dan kali ini mereka menyerang serentak bersamaan.

Di pikiran mereka sudah sangat yakin kalau player yang ada di depan mereka akan mati, tapi Zen memang sengaja memancing mereka semua.

[00:07]

Zen mengeluarkan semua attack potion miliknya, dan melemparkannya ke segala arah.

[00:05]

Tentu hal itu berhasil menghambat beberapa player, namun hanya sementara. Lalu Zen melihat waktu yang sudah hampir habis dan mengakhiri segala tindakannya.

Sekarang Zen hanya diam berdiri di atas takhta. Sedangkan player lain sudah hampir mencapainya.

[00:03]

[00:02]

[00:01]

[ Pertarungan berakhir dan Selamat untuk player Zen yang berhasil menguasai takhta ]

Saat waktu telah habis seluruh player yang ada di arena, kecuali yang menduduki takhta tidak bisa bergerak. Lalu menghilang dan dikirim ke bangku penonton.

Dengan begitu Zen akhirnya bisa duduk dengan tenang. Mungkin tidak, takhta yang Zen duduki mulai bercahaya begitu juga dengan Zen sendiri.

"S-silau ...," ucap Zen dengan lirih.

....

Empat takhta telah tersusun sejajar, dan Zen berada di salah satunya. Lebih tepatnya takhta paling kanan.

Zen mulai membuka matanya, ia bisa melihat kalau ada tiga player lain di depannya yang bisa ia lihat saat dalam poisinya yang menyamping terlentang.

Dari tiga player yang ada di sebelahnya, Zen menagkap wajah player yang ia kenali berada di takhta paling kiri. Player itu adalah Sigurd, mungkin karena topeng Zen rusak ia jadi tidak mengenali Zen.

"Setidaknya dengan begini dia tidak akan membuat masalah denganku," batin Zen.

Lalu entah muncul darimana, Erika sudah ada di depan keempat player itu. Dia berdiri di atas sebuah podium datar yang melayang dan melambaikam tangan menyapa para player.

"Halo semuanya Erika di sini. Jadi untuk melanjutkan kita akan ke event yang ketiga, atau event yang terakhir."

"Ehh!! Lagi?!! Aku bisa mati jika begini," terial Zen dalam hati.

"Tenang, event kali ini bukanlah pertarungan. Tapi sebelum itu," Erika membalikkan badannya ke arah penonton. "Mari kita sambut keempat pemenang kita kali ini," ucap Erika sambil merentangkan tangannya membelakangi keempat player pemenang.

[Memenangkan Game of Thrones, tittle ARC City Champions didapatkan]

•ARC City Champions•

Efek: All stats +10, Rep +2000

Zen langsung bernapas lega mendengar kalau pertarungan telah berakhir sekaligus senang kalau ia mendapatkan tittle lagi.

Dan untuk penonton, mereka langsung mengeluarkan sorakan yang meriah, walaupun kebanyakan sorakan itu untuk kemunculan Erika.

Lalu muncul sebuah papan hologram raksasa di balik masing-masing takhta pemenang. Selain berisi penampilan avatar dari sang pemenang, ada juga biografi singkat tentang mereka saat bermain A-World sejauh ini.

Zen sedikit terkejut dengan identitas dua player lain selain dirinya dan Sigurd.

Tepat di sebelah Sigurd, seorang player elf dengan penampilan Mage, berequipment lengkap. Namanya Ein, dan dia adalah pemimpin kelompok Scarlet Moon.

Lalu seorang player yang gagah, memakai full heavy armor dan di tangan kanannya membawa greathammer. Namanya Guts, pemimpin dari kelompok Warblood Titan.

"Baiklah, untuk event berikutnya adalah ...," ucap Erika yang terjeda dengan kemunculan empat kotak hitam yang melayang di depannya.

".... Kalian akan memilih hadiah, jadi silahkan."

Satu persatu dari mereka mengambil kotak iti dan langsung kembali ke tempat duduknya masing-masing. Lalu tiba giliran Zen, tapi sepertinya dia tertidur.

"Umm ... Zen? Bangunlah," bisik Erika dengan lembut dari dekat.

Terlihat kalau kecemburuan muncul dari mata penonton.

"Oi, siapa si ban*sat itu?!! Beraninya dia membuat Erika membangunkannya."

"Selesai event kita bantai si baji*gan ini"

"Kuharap dia tidak pernah bangun."

Banyak player yang mengeluarkan kecaman, hinaan, dan sindiran kepada Zen. Tetapi hal itu tidak berguna karena ia sedang tidur.

"Benar-benar tidak bermoral," sindir Sigurd.

"Orang ini benar-benar lucu," ucap Ein yang terkekeh.

"Oi nak, bangunlah," ucap Guts yang mrncoba membangunkan.

"Ugh ... baiklah-baiklah aku bangun," ucap Zen dengan lirih.

Zen pun membuka matanya dan turun dari kursi takhta. Erika yang melihatnya bernapas lega dan kembali ke posisinya.

"Apa isi spesifik dari kotak ini?" tanya Zen saat mengambil kotak hadiahnya.

"Entah, mungkin tergantung dari si pembuka ...," jawab Erika samar-samar.

"Hm ... baiklah," ucap Zen yang kemudian kembali ke tempatnya.

"Baiklah semuanya, jangan anggap event telah berakhir ya ... karena masih ada satu hal lagi yang akan terjadi."

"Lagi? Kali ini apa?" gumam Zen yang penasaran.

"Yang terakhir adalah ...."