Sambil menunggu Citra kembali dari beberapa pemeriksaan. Aya dan Wati terus berbincang. Sampai pada akhirnya Wati penasaran dengan apa yang terjadi pada Citra di masa lalu. Sebiasa mungkin Aya tidak membiarkan Wati mengetahuinya.
Aya mencegah dan mengerem bibirnya sendiri agar tidak keceplosan. Aya tidak ingin Wati kecewa sama sepertinya.
"Jangan kasih kendor. Pokoknya tabrak terus sampai kamu tahu, terus kalau udah kamu harus kasih tahu aku." Ucapan itu di akhiri dengan ringisan. Membuat Aya ingin merontokkan gigi-gigi itu. Sedari tadi terasa sangat menyebalkan.
"Iya Wati." Jawab Aya gemas.
"Terus kalau perlu kamu minta Tian buat bantu bujuk. Pas kamu di panggil ke ruangannya itu dia bicara apa? Aku lupa." Aya menggelengkan kepalanya pusing, ide-ide yang Wati lontarkan tidak ada habisnya. Andai hanya dengan bersama Tian saja bisa membuat Rian mau mengatakannya. Nyatanya itu sama sekali tidak mempan.