Chereads / The Unforgettable Us / Chapter 2 - Keseharian

Chapter 2 - Keseharian

Kiana menggerakkan kakinya gelisah sambil sesekali menoleh ke arah pintu kelas. Ia memegang ponselnya dan mulai mengetikkan sesuatu disana sampai terdengar suara pintu terbuka dan Kiana pun tersenyum lega.

"yaampun Daniel.. kenapa kau baru datang sekarang. Kau harus bersyukur karena dosen kita juga terlambat kali ini jadi kau tak akan dihukum karena telat" oceh Kiana sambil sedikit marah pada teman yang duduk disebelah kanannya itu. Daniel hanya tersenyum simpul sambil menyesuaikan nafasnya yang masih tersengal karena berlarian di pagi hari.

"Kiana.. kau kan tahu sendiri Daniel selalu telat jika kita ada kelas pagi" ujar seseorang kali ini dari sebelah kiri Kiana. "ya aku tahu, Anson. Tapi tetap saja..." sergah Kiana sambil mendengus kesal. Anson hanya menatap Kiana dengan muka mengejek dan tertawa keras bersama keempat temannya yang lain.

Selang beberapa saat kemudian pintu kelas kembali terbuka dan kali ini dosen mereka yang masuk. Mereka pun mengikuti kelas kali ini dengan tenang walaupun sesekali Anson sengaja menjahili Kiana. Memang begitulah keseharian mereka. Tak ada kata 'damai'. Yang ada hanya saling menjahili satu sama lain. Namun, hal itu tidak membuat mereka saling bertengkar melainkan semakin dekat satu sama lain.

"baiklah.. sekian kelas hari ini. Kita bertemu minggu depan" ucap dosen didepan kelas sebelum akhirnya keluar untuk meninggalkan kelasnya. Anson beranjak cepat dan mulai menjahili keempat temannya yang lain. Entah menggelitik, mengambil barang ataupun hanya dengan memukul lengan ringan sudah bukan menjadi hal baru lagi dikalangan mereka berlima. Anson memang selalu seperti itu.

"jadi.. hari ini kita makan apa?" tanya Cordelia atau yang akrab dipanggil Cordie oleh semua temannya.

"entahlah. Aku ikut saja. terserah kalian mau makan apa" jawab Kiana dengan senyum manis kearah keempat sahabatnya yang diikuti anggukan setuju oleh Dave dan Daniel disampingnya.

"Bagaimana kalau hari ini kita main ke rumah Dave? Sudah lama sekali kita tidak kesana. Aku merindukan rumah mewah itu" celoteh Anson dengan wajah memelas didepan Dave yang sedang risih dengan perlakuan itu. Dave hanya menggeleng singkat tanpa berkata apapun untuk menanggapi tawaran konyol Anson.

Cordie tertawa keras melihat penolakan Dave pada Anson dan langsung mendapat lirikan tajam dari Anson. "kau menertawakanku, Cordie?" tanya Anson tajam sambil terus menatap Cordie penuh intimidasi. Cordie tahu jika tatapan itu menandakan bahwa beberapa menit lagi mereka berdua akan berdebat.

"sudahlah. Lebih baik kita makan di tempat makan biasa saja" putus Daniel cepat sebelum perdebatan kedua temannya itu dimulai. Semuanya pun mengangguk setuju dan mulai berjalan menuju parkiran mobil dan menuju tempat makan mereka biasanya.

***

Kiana, Cordelia, Anson, Daniel dan Dave bersahabat sejak pertama kali mereka masuk kuliah di London Business University, dan sekarang mereka berlima sudah memasuki kuliah tahun ketiga. Hal itu terjadi karena sebuah ketidaksengajaan cukup memalukan yang dialami oleh Kiana.

- Flashback -

Saat itu hari pertama masuk kuliah dan Kiana harus berlari cepat mencari kelasnya karena ia bangun kesiangan. Hanya tinggal beberapa menit lagi jam kuliah akan dimulai dan Kiana belum juga menemukan kelasnya.

"nahhh.. itu dia kelasku" teriak Kiana kegirangan melihat pintu kelas diujung sana yang bertuliskan 'C25'. Ia semakin mempercepat langkahnya tanpa memperhatikan sekitar. Yang ada dipikiran Kiana saat ini hanyalah bisa sampai kelas pertamanya dengan tepat waktu.

Namun, karena kecerobohannya sendiri, sebuah buku yang digenggam Kiana harus terjatuh dan membuatnya ikut tersandung dengan bukunya sendiri.

'Bukhhh...'

"Oh tidak" eluh Kiana yang sudah dengan sempurna jatuh dengan posisi yang aneh yaitu mukanya yang mencium lantai kampus. Semua orang yang lewatpun tak ada yang dapat menahan tawa mereka dengan kejadian itu. Kiana merutuki kebodohannya sendiri dan sekarang harus menanggung malu dihari pertamanya kuliah.

"kau.. tidak akan bangun?" tanya seseorang sambil mengulurkan tangan pada Kiana untuk membantunya berdiri. Tanpa pikir panjang Kiana menerima bantuan orang itu dan berdiri dengan wajah tertunduk menahan malu. Sudah dipastikan sekarang wajah Kiana sudah memerah.

"terimakasih.." ucap Kiana singkat sambil kembali melangkah menuju kelasnya.

"kau dikelas C25 juga?"

Kiana mengangguk dan mengalihkan pandangannya kesamping, kearah lelaki yang menolongnya tadi. Lelaki itu awalnya tersenyum ramah, namun beberapa saat kemudian ia mulai tertawa keras sampai membuat Kiana risih.

"hei.. apa yang kau tertawakan?" tanya Kiana cuek. Lelaki itupun tetap tertawa sambil memegangi perutnya sambil menjawab, "tentu saja menertawakanmu.. HAHAHA... kau tidak tahu betapa konyolnya adegan jatuhmu tadi"

Kiana memutar bola matanya kesal sambil mempercepat jalannya berharap bisa menjauh dari lelaki itu. Namun sepertinya harapan Kiana harus pupus karena lelaki itu memilih untuk duduk disebelah Kiana saat masuk kelas. "sabar Kiana... abaikan lelaki disampingmu" pikir Kiana dalam diam sembari mengeluarkan sebuah buku dan alat tulis.

"perkenalkan namaku Anson Barnett" ucap lelaki itu sambil mengulurkan tangan pada Kiana. Melihat itu, tentu saja Kiana terpaksan meneriman jabatan tangan itu dan memperkenalkan dirinya, "aku Kiana Virginia".

Anson hanya menganggukkan kepala paham dan mulai mengeluarkan buku juga. "hei.. kau tidak akan marah padaku hanya karena menertawakanmu tadi kan, Kiana?" tanya Anson sambil menatap ke arah Kiana. Kiana pun tersenyum kaku karena tebakan yang dilemparkan oleh Anson memang benar. Kiana Marah karena ia malu dengan kejadian itu.

"tentu saja tidak. Aku tak akan marah hanya karena hal sepele itu, Anson" jawab Kiana dengan senyuman terpaksanya. Berusaha supaya Anson tak menyadari bahwa ia sebenarnya marah.

Mereka berdua pun mulai tenang ketika dosen masuk dan mulai menjelaskan tentang mata kuliah pagi itu. Setelah itu, dosen menyuruh mereka untuk membentuk kelompok berisikan 5 orang. Kiana yang saat itu hanya mengenal Anson pun secara otomatis langsung membentuk kelompok berdua. Setelah itu mereka berdua mencari teman lain dan kebetulan mereka bertemu dengan 3 orang lainnya. Jadilah, Anson dan Kiana sudah memiliki kelompok lengkap dengan 5 anggota dan sekarang mereka sudah duduk berkelompok.

"perkenalkan, namaku Anson dan dia Kiana" ucap Anson memperkenalkan dirinya dan juga Kiana kepada tiga orang lainnya.

"hai, namaku Cordelia Heller, panggil saja Cordie"

"namaku Dave Edelhard. Salam kenal"

"aku Daniel Ferdinand. Senang bertemu kalian."

- Flashback end -

Kira-kira seperti itulah pertemuan awal mereka berlima dan menjadikan mereka bersahabat dekat sampai sekarang. Bahkan saking dekatnya mereka, sampai-sampai dosen menganggap mereka adalah 5 serangkai yang tak terpisahkan. Selalu ada di kelas yang sama dan kemana-mana selalu berlima.

"Dave.. mobilmu dimana? Kenapa ikut mobilku?" tanya Daniel dibalik kemudinya. Dave pun menghembuskan napas kasar sebelum akhirnya menjawab, "mobilku masuk bengkel. Audie kemarin menabrakkannya dengan pembatas jalan"

Daniel tertawa pelan sambil menepuk pundak temannya itu. "adik perempuanmu yang satu itu memang penuh kejutan" ujar Daniel dengan tetap tertawa. Dave hanya ikut membalas tawa itu dan menganggukkan kepala setuju.

"tunggu.. bukankan kita mau ke kampus?" tanya Dave ketika menyadari Daniel membelokkan mobil ke arah sebaliknya dan bukan ke kampus.

"Kiana" jawab Daniel singkat tanpa ada penjelasan apapun. Namun Dave menganggukkan kepala paham. Ya.. Kiana pasti sedang malas membawa mobilnya ke kampus. Hal itu sangat sering terjadi selama 2 tahun mereka kuliah bersama. Kiana sangat malas harus menghadapi tempat parkir kampus yang selalu ramai dan sulit mencari spot kosong.

'Tin.. tin..'

Kiana berlari kecil keluar rumah dan dengan cepat saat mendengar klakson dan menghampiri mobil Daniel sambil membawa beberapa buku tebal dipelukannya. Kiana memang yang paling rajin diantara mereka berlima. Jadi setiap hari yang membawa buku tebal hanyalah Kiana. Sedangkan yang lain hanya membawa buku seperlunya saja.

"oh hai Dave. Tumben sekali kau ikut mobil Daniel" sapa Kiana setelah ia masuk di bangku belakang mobil.

"Audie melukai mobilku" jawab Dave singkat. Kiana hanya tertawa singkat memahami kalimat itu. Ya.. mereka berlima memang cukup mengenal dekat keluarga Dave mengingat mereka sering main kesana. Rumah Dave adalah markas mereka karena dianggap paling nyaman.

"syukurlah masih ada slot kosong didekat pintu masuk" ujar Daniel sembari meluruskan posisi mobilnya supaya bisa terparkir dengan sempurna. Mereka bertiga pun keluar mobil dan berjalan menuju kelas. Sepanjang perjalanan menuju kelas, banyak sekali pasang mata yang memperhatikan mereka bertiga. Memang tak bisa terhindarkan. Visual yang dimiliki Daniel dan Dave memang mampu menarik perhatian jika mereka berjalan bersama seperti ini. Kiana pun sedikit mundur supaya tidak berjalan beriringan dengan mereka berdua. Ya.. Kiana tak terlalu suka menjadi pusat perhatian.

"Kianaaa.. sini.." panggil Cordie ketika mereka bertiga sudah memasuki kelas. Seperti biasa. Mereka berlima akan duduk berdekatan. Mereka selalu tak terpisahkan. Kiana duduk disamping kiri Cordie bersama Dave sedangkan Daniel dan Anson duduk didepan mereka. Anson terlihat sibuk dengan ponselnya sedangkan Daniel menghadap kebelakang dan berbincang ringan dengan Dave.

"Anson.. ada apa di ponselmu sampai kau sama sekali tidak mempedulikan temanmu? Kau sedang berkencan?" tanya Cordie penuh selidik sambil mencoba merampas ponsel Anson namun gagal.

"Cordie.. apa yang kau lakukan. Kenapa? Kau cemburu kalau misal aku benar berkencan? Iya kan?" goda Anson sambil memasang muka menyebalkan yang langsung mendapat pukulan keras dilengannya oleh Cordie. Anson tak tinggal diam, dia terus membalas Cordie dengan mengambil dan menyembunyikan barang-barang milik Cordie. Kiana yang melihat itu hanya menggelengkan kepala pelan sambil melirik Anson jengkel.

"Anson hentikan! Kita sekarang di kelas bukan di rumah Dave. Jangan bertingkah!" bentak Kiana pelan namun mampu menghentikan Anson untuk berhenti menjahili Cordie. Dave tersenyum simpul melihat tingkah teman-temannya itu. Dave memang selalu seperti itu. Ia ikut menikmati kehebohan temannya tapi tak pernah ikut berkomentar.

"oh iya.. Dave.. malam ini kita jadi ke rumahmu kan?" tanya Kiana sembari mengeluarkan buku dari tasnya yang berukuran sedang. Dave hanya menganggukkan kepala meng'iya'kan dan itu juga sudah dianggap cukup menjawab oleh Kiana, mengingat Dave memang sangat pendiam. Mereka berlima pun kembali tenang ketika dosen datang dan memulai perkuliahan.

"apa kau tak kesusahan membawa banyak buku tebal itu ke kampus?" tanya Dave lirih supaya tidak mengganggu perkuliahan. Kiana menoleh dan menunjukkan senyum lebarnya sembari menganggukkan kepalanya. "buku-buku ini sudah menjadi bagian dari hidupku, Dave" jawab Kiana riang. Dave menyunggingkan senyum ketika melihat tingkah Kiana yang menurutnya kekanakan itu.

Dosen mengakhiri perkuliahan hari ini dengan sebuah tugas kelompok menyebalkan dan sangat banyak. Cordie menghembuskan nafasnya kasar sembari memasukkan buku catatannya ke tas kecilnya. "nampaknya, malam ini kita ke rumah Dave bukan hanya nongkrong tapi juga mengerjakan tugas ini" ujar Cordie kepada semua temannya. seperti biasa, jika ada tugas kelompok mereka berlima pasti satu kelompok.

"iya.. sepertinya begitu. Impianku untuk bersenang-senang di rumah Dave sudah musnah" sergah Anson dengan muka kesal dan itu mengundang Cordie untuk menampar pelan wajah Anson.

"hei.. dasar tidak sopan!" bentak Anson namun hanya disambut tawa puas oleh Cordie.

Mereka berlima beranjak dari kursi mereka dan keluar kelas menuju kantin untuk makan siang karena nanti masih ada satu kelas lagi untuk mereka. Kiana melihat sekeliling untuk mencari meja kosong sedangkan keempat lainnya sudah berpencar untuk membeli makanan. Memang seperti itu biasanya. Selalu Kiana yang mencarikan mereka meja kosong.

Kiana mendudukkan dirinya disalah satu kursi dan menunggu keempat temannya datang. Ia membuka ponsel dan melihat jadwal kuliahnya minggu ini. Kiana selalu mempersiapkan kuliahnya dengan baik dan teratur.

"hei.. aku sudah memesankanmu hamburger with double cheese" ucap Dave sambil mendudukkan dirinya disebelah Kiana.

"benarkah? Bagaimana kau bisa tahu aku ingin memesan itu" tanya Kiana sambil menatap Dave penuh kekaguman. Memang Dave yang paling mengerti Kiana. Setelah itu ketiga temannya pun datang. Mereka berbincang-bincang sembari menunggu pesanan mereka diantar.

"jadi, nanti kita naik mobil siapa ke rumah Dave?" tanya Cordie sambil menyantap pasta miliknya. Daniel mengangkat tangannya sebelum akhirnya bilang "dengan mobilku. Anson dan Cordie langsung kujemput setelah kalian memulangkan mobil kalian. Dave dan Kiana tidak membawa mobil hari ini" jelas Daniel sambil sedikit tersedak karena ia memang sedang makan. Dengan sigap Kiana menyodorkan minuman ke arah Daniel.