Cordie membasuh pelan mukanya dengan air. Ia memandang cermin didepannya dan sesekali membenarkan posisi rambutnya yang kurang rapi. Beberapa wanita di toilet ikut memandang pantulan muka Cordie di cermin dan mengagumi kecantikan wanita itu. Kemudian Cordie beranjak keluar dari toilet kampusnya itu dengan membawa tas kecil di lengannya.
"Cordie.. bisa kita bicara sebentar?"
Tanpa menunggu jawaban Cordie, Jack langsung menarik lengan Cordie dan membawanya pergi cukup jauh dari kerumunan orang. Cordie mencoba untuk melepaskan genggaman itu tapi percuma karena kekuatan Jack jauh lebih kuat darinya. Setelah Jack menghentikan langkahnya disebuah lahan kosong cukup jauh dari kerumunan, Cordie menghempaskan tangannya dan berbalik mencoba pergi tapi Jack tak akan semudah itu membiarkannya dengan kembali menggenggam erat tangan Cordie.
"ayolahhh Cordie.. aku bahkan tak pernah punya kesempatan untuk bicara berdua denganmu" rayu Jack dengan wajah memelas namun tak membuat Cordie luluh sama sekali.
"apa yang kau inginkan, Jack?" tanya Cordie dengan sinis. Jack mendekatkan dirinya ke arah Cordie membuat Cordie semakin melangkahkan kakinya kebelakang mencoba menjauh. Namun, nasib memang tak berpihak pada Cordie, sebuah pohon besar dibelakangnya membuat langkah Cordie terhenti dan Jack semakin merapatkan tubuh mereka.
"APA YANG KAU LAKUKAN JACK, STOP!!!" peringat Cordie ketika Jack semakin mendekatkan wajah mereka hingga kini jaraknya hanya beberapa centimeter saja. cordie tak bisa melarikan diri karena sekarang tubuh kekar Jack sudah mengepungnya. Cordie hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya ketakutan.
'Bukkhhh..'
Cordie membuka mata dan melihat Jack sudah dengan sempurna terkapar di tanah. Daniel memukul Jack dengan sangat keras dengan wajah penuh kemarahan. Cordie yang melihat itu langsung menahan Daniel untuk berhenti memukul karena Cordie tahu seperti apa Daniel jika sudah diselimuti emosi. Daniel tak akan segan untuk membuat rusuk Jack patah.
"Daniell.. hentikan. Sudah.. ayo kita pergi saja" teriak Cordie sambil memeluk Daniel dari belakang untuk menahan Daniel sebelum kembali memukul Jack brutal. Daniel pun menatap Cordie sejenak kemudian mengusap keningnya kasar.
"ini baru permulaan. Kalau aku menemukanmu melakukan itu lagi pada Cordie, aku akan membuatmu menyesal!!" ancam Daniel kemudian berbalik arah, meraih tangan Cordie dan pergi menjauh. Emosi Daniel masih belum reda, Cordie bisa menebak itu hanya dengan melihat napas Daniel yang belum teratur.
Kini Daniel sudah duduk dibalik kemudi mobilnya dengan Cordie dikursi sebelahnya. Berkali-kali Daniel memukul kemudinya itu dengan napas tak beraturan.
"Daniel.. tenanglah.. aku tak apa. Aku baik-baik saja" ucap Cordie sambil menepuk pundak Daniel pelan berniat menenangkan sahabatnya itu. daniel menundukkan kepalanya sebentar kemudian menoleh dan menatap Cordie.
"sudah kubilang jangan sendirian. Dimana Kiana? Kenapa kau ceroboh sekali!" bentak Daniel pelan karena kini emosinya sudah mereda. Cordie tersenyum pelan dan beralih untuk memegang lengan Daniel.
"Kiana masih di ruangan dosen. Kau tahu sendiri dia asisten dosen" jelas Cordie singkat tanpa melepaskan genggamannya pada lengan Daniel.
"Anson dan Dave?"
"Anson dan Dave masih harus mengurus nilai mereka ke dosen dan mereka sudah mengajakku untuk ikut tapi aku sendiri yang menolak" jelas Cordie lagi supaya Daniel tidak menyalahkan yang lainnya. Cordie sendiri sadar kalau itu terjadi karena kecerobohannya. Dirinya sendiri yang tak mau ikut dengan yang lain dan malah memilih berjalan sendiri sampai membuat Jack mendekatinya.
"apa pria brengsek itu menyentuhmu?" tanya Daniel dengan nada penuh penyesalan karena merasa pertolongannya sudah terlambat. Cordie menggeleng pelan dan menenangkan Daniel bahwa ia baik-baik saja. Daniel pun menghembuskan napas kasar dan mulai bersiap untuk mengemudikan mobilnya.
"aku akan mengantarmu pulang" ujar Daniel dan mulai menjalankan mobilnya. cordie menatap bingung Daniel dan bertanya, "bagaimana kau tahu hari ini aku tidak membawa mobil?"
Daniel hanya terdiam tanpa menjawab. Dan selama perjalanan pun mereka hanya diam dan hanyut dalam pikiran masing-masing. Cordie yang masih takut dengan kejadian tadi dan Daniel yang penuh penyesalan karena membuat Cordie harus mengalami kejadian itu.
***
"jadi.. Daniel datang dan memukul Jack?" tanya Anson penuh antusias dan hanya dijawab anggukan oleh Cordie. saat ini, mereka sedang berkumpul di markas yaitu kamar Dave. Anson, Dave dan Kiana menahan amarah mereka ketika mendengar penjelasan dari Cordie tentang kejadian kemarin dengan Jack.
"maafkan kami, Cordie" ucap Dave penuh penyesalan. Cordie menggelengkan kepala pada keempat sahabatnya dan mengatakan kalau itu terjadi karena kecerobohannya sendiri.
��tapi aku yakin kau terlihat sangat keren saat itu, Daniel" sergah Anson sambil memukul lengan sahabatnya itu. daniel hanya tersenyum simpul sambil tengah berkutat pada remote control TV yang ada di kamar Dave. Kiana menghampiri dan mendudukkan diri disamping Daniel.
"Daniel.. kuarasa lain kali kau harus bisa menahan emosimu, jadi tak perlu sampai memukul" jelas Kiana pelan. Ya.. Kiana dan ketiga lainnya paham bagaimana Daniel kalau sedang emosi. Daniel tak akan segan untuk menghancurkan apapun untuk meluapkan emosinya dan itu sangat berbahaya. Pernah suatu waktu, Kiana bertemu dengan seorang pria hidung belang ketika berjalan dari rumah Dave ke supermarket dekat situ, Kiana sampai terluka karena menyelamatkan dirinya dan Daniel yang saat itu kebetulan melihat langsung memukul pria itu dengan brutal tanpa ampun, jika saja Kiana tidak mencegah mungkin pria itu sudah lumpuh. Semenjak itu, mereka berempat berusaha semaksimal mungkin untuk tidak membuat Daniel ada dalam posisi seperti itu. daniel memang pria yang baik dan pengertian, namun jika melihat seseorang yang ia sayang ada dalam keadaan membahayakan, itu membuat emosi Daniel memuncak.
"ya.. aku memang susah mengendalikan emosiku, Kiana" balas Daniel lemah. Keempat sahabatnya berusaha menghibur dan mulai mengalihkan pembicaraan ke topik lain. Mereka mulai memilih film yang akan mereka tonton bersama.
Kiana yang masih duduk disebelah Daniel pun masih memandang sahabatnya itu penuh perhatian.
"Daniel.. kau tak terluka, kan? Jack tidak balas memukulmu?" tanya Kiana lirih hampir seperti sebuah bisikan dan hanya Daniel yang bisa mendengar. Daniel menatap Kiana sembari tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"kami mengkhawatirkan keselamatanmu jika kau terus seperti itu, Daniel" lanjut Kiana tulus dan itu berhasil membuat Daniel lebih tenang dan mengelus pelan puncak kepala Kiana. Sedetik kemudian Daniel menarik kembali tangannya dan tersenyum kikuk ke arah Kiana yang juga terlihat gugup setelah mendapat perlakuan Daniel yang tiba-tiba itu.
-----------