Bibi mengantar Kirana pulang, namun sesampainya di rumah Raden juga tak kunjung terlihat. Mungkin ia sedang pergi untuk menenangkan diri, Kirana mencoba memahami keadaan itu.
Bibi berpamitan pulang, sebelum itu ia berpesan pada Kirana untuk istirahat sambil menunggu Raden Sastra datang.
Kirana terbaring dengan perasaan yang gundah, berkali-kali ia membenarkan posisi tidurnya. Kirana terdiam menatap langit-langit bilik, mengingat wajah permaisuri yang ia lihat di dalam kereta kuda tadi.
"Segitu besarnya perasaan Raden padanya, sampai-sampai pria sedingin itu dibuat galau olehnya. Tapi... Hal yang wajar sih, wanita itu begitu cantik dan anggun. Wajar jika Raden sangat merasa sedih dan kehilangan" gumam Kirana sibuk dengan angannya.
Kirana duduk lalu memandangi bayangan wajahnya di depan cermin yang usang, lama ia terdiam, tangannya bergerak membelai pipinya sambil mengamati wajahnya.