Chereads / Mutatio (Mutasi) / Chapter 26 - Hutan Yang Berbisik

Chapter 26 - Hutan Yang Berbisik

Muri mengosok kepalanya yang basah dengan handuk kering, ia baru saja selesai mandi, tubuhnya terasa segar dan pikirannya lebih tenang. Muri duduk di kursi dengan siku tangan kirinya menumpu pada meja kayu, Muri melihat bola bekel di lantai kamarnya. Muri berjalan kemudian

ia memunggut bola bekel di lantai kamarnya itu dan duduk mengamati bola bekel itu.

"Darimana bola bekel ini?" gumam Muri. "Zaman sekarang sudah sulit menemukan bola bekel ..."

"Hihihihi ..." terdengar suara tawa anak kecil, Muri menatap kearah sekeliling kamarnya

##########

Shhhhhhh  !! ... shhhhhhhh !!! ... ssshhhhhhhhhhh !!!

Mula-mula Dilman mengira kalau suara yang ia dengar itu suara orang berbisik, namun rasanya di hutan itu hanya ada Dilman sendiri tidak mungkin ada orang lain ..

ssshhhhhhh !!!

suara itu terdengar jelas di telinga Dilman, Dilman menoleh ke belakang dengan gerakan leher yang perlahan dan di belakang punggungnya ia melihat sosok ular cobra sedang menegakan kepalanya tinggi dan besar berwarna cokelat agak gelap berada dekat dengan wajah Dilman yang tampak pucat.

ssshhhhhhhhh !!! ssshhhhhhhh !!!! ssssshhhhhhhhhhhhhh !!!!!!

Dilman tampak mematung dan tampak gemetaran, kedua matanya terbelalak lebar melihat ular cobra sepanjang hampir dua meter itu berada begitu dekat dengannya. Mata Dilman melirik ke kiri dan ke kanan (Dilman tidak berani mengerakan lehernya dan kepalanya karena ia takut ular cobra itu bersikap agresif dan menyerangnya jika ia membuat gerakan tubuh) dengan hanya mengerakan bola matanya ia mencari benda apa saja, kayu, batu atau apapun yang bisa di gunakan untuk memukul ular cobra itu hingga mati, namun ia tidak menemukan apapun yang bisa digunakan sebagai senjata, disekelilingnya hanya ada semak-semak tinggi dan hijau.

Klapak ! klapak ! klapak ! seekor burung kutilang seperti tidak menyadari keberadaan ular cobra itu turun dari atas pohon dan hinggap di tangan kiri Dilman yang menekan tanah, kuku-kuku mungil burung kutilang itu terasa geli menusuk-nusuk jari-jari Dilman. Di dalam pikirannya Dilman merasa kalau burung kutilang ini bisa di gunakan untuk mengalihkan perhatian ular cobra itu, alihkan perhatiannya dan lari ! tapi Dilman harus bergerak cepat dan yakin, jika salah sedikit saja ia akan mati.

Dengan satu hentakan keras tangan kirinya, klapak ! klapak! dan segalanya kemudian terlihat bagaikan gerakan lambat bagi Dilman ketika ia melihat semuanya sekaligus, burung kutilang itu terbang mengepakan sayapnya, kepala ular cobra itu menoleh pada burung kutilang, Dilman berguling, berdiri dengan lututnya kemudian ..

ckatzzz !!

arrrggggghhhh !!!

Dilman merasa seperti ada sengatan di leher belakangnya. Dilman menepuk leher belakangnya dengan tangan, dan saat ia melihat telapak tangannya ia melihat dua titik darah merah di telapak tangannya.

"Sial!" Gumam Dilman, saat ia menoleh ke belakang ia hanya melihat tubuh ular cobra itu meliuk-liuk pergi menjauh. sementara burung kutilang itu terbang tinggi dan kemudian hinggap diatas ranting pohon.

Pandangan Dilman menjadi buram seketika, bekas gigitan ular cobra membekas dalam di leher belakang Dilman.

"Arrrgggghhh !!! ...