Chereads / Mutatio (Mutasi) / Chapter 30 - Hari Terakhir

Chapter 30 - Hari Terakhir

srakk !! sraaakk !! langkah Muri dan Ira menerobos semak-semak di hutan.

Muri dan Ira tiba ditanah agak lapang di tengah hutan yang gelap.

hussshhh ... angin dingin bertiup.

"Dia berada disini." kata Ira sambil memejamkan kedua matanya. Muri berbalik melihat wajah Ira, wajah Ira terlihat lembut di bawah cahaya bulan purnama. Ira terlihat cantik saat memejamkan kedua matanya seperti itu, dan ditempat itu hanya ada mereka berdua sesaat suasana hutan yang gelap dan mengerikan itu seolah berubah menjadi lebih romantis bagi Muri.

Ira membuka kedua matanya, dan mata Muri dan Ira saling memandang sesaat di bawah cahaya bulan purnama. Wajah Ira yang tirus terlihat sangat indah di bawah cahaya bulan, kedua mata Ira tampak menyala-nyala di bawah bayang-bayang kegelapan malam bagaikan kunang-kunang yang terbang diatas taman.

Muri segera memalingkan pandangannya.

"Ehmm .." gumam Muri mengalihkan pandangannya dan mulai menatap ke sekeliling.

"Menurutmu bagaimana Dilman bisa mendapatkan kutukan itu?"

"Kutukan?"

"Kutukan yang membuatnya menjadi manusia serigala?"

"Aku sendiri tidak tahu, saat kita menemukan Dilman kita bisa langsung menanyakannya."

"Ya."

"Dimana Dilman?"

Grrrrr !!! terdengar suara geraman dari balik hutan yang gelap, Muri mencabut belatinya dengan tangan kiri sementara tangan kananya menyoroti kegelapan hutan dengan lampu senternya.

"Dia ada di balik pohon besar itu." kata Ira, Muri segera memalingkan pandangannya pada pohon besar yang berada sekitar seratus meter dari tenpatnya berpijak.

Muri berjalan sambil mengenggam belatinya kuat-kuat.

"Dilman?"

Horrrr !!! horrrr !!! hooorrr !!! terdengar nafas berat dari balik pohon besar ditengah hutan yang sedang di dekati Muri. Muri menoleh ke belakang ia melihat Ira masih berdiri di belakang di bawah bayang-bayang kegelapan hutan.

"Dilman! Dilman!"

Hoorrr !!! terdengar hembusan nafas berat dari balik pohon besar dan kemudian tampak hembusan nafas mengepul bagaikan hembusan nafas pendaki gunung di cuaca yang dingin membeku. Muri mengenggam belatinya kuat-kuat dan mendekati pohon besar di bawah sorot lampu senternya dan kemudian ... Bukk !!!! bunyi sebuah dahan kayu di pukulkan tepat di belakang kepala Muri, Muri merasa pusing, kedua lututnya gemetaran karena lemah kehilangan tenaga dan saat ia menoleh ke belakang ia melihat pria dalam keadaan telanjang memegang sebatang dahan pohon besar dengan kedua tangannya, pria itu menyeringai dan memperlihatkan gigi taringnya.

arrghhhh !!

Muri ambruk ke atas tanah. Ira kemudian berjalan mendekati Dilman yang berdiri memegang dahan kayu.

Brukk ! Dilman melepaskan dahan kayu besar yang ia gunakan memukul bagian belakang kepala Muri. Tangan lembut Ira menyentuh bahu Dilman, Dilman menoleh kearah Ira, memeluknya kemudian mereka berdua berciuman. Ira tersenyum dan memperlihatkan taring-taring runcing miliknya sendiri ..

"Sekarang kita sama.." kata Ira, darah Ira yang telah menyatu dengan darah Dilman membuatnya terinfeksi kutukan yang sama dengan Dilman, sepasang manusia serigala telah kembali ke hutan yang gelap.

Heron dan anak buahnya tiba pagi harinya di hutan itu, mereka menemukan motor matic Muri yang terparkir di pinggir hutan, dan menemukan mayat Muri tergeletak begitu saja di tengah hutan dalam keadaan tertelungkup ...

Heron kemudian berjongkok di dekat mayat dan membalikan mayat Muri, dan sedikit terkejut melihat wajah pucat mengerikan itu.

"Siapa itu?" gumam salah satu polisi yang berdiri di belakang Heron.

"Muri si wartawan ..." Gumam Heron pelan.

"Kasihan, dia mati sendirian di hutan ini." Gumam petugas polisi di belakang.

"Dimana keluarganya?" jawab petugas polisi yang lain.

The end