Heron sedang membaca tulisan Muri di kolom koran berjudul "Golongan darah pembunuh Permana di Salemba dan golongan darah pembunuh satpam jaga di gudang cikarang sama, : yaitu golongan darah A" kolom yang ditulis Muri lengkap sekali menyangkut banyak hal seperti bulu-bulu halus berwarna hitam di lokasi kejadian, cairang lengket berwarna bening mirip dengan air liur, dan lain-lainnya, namun Muri tidak menyebutkan sumber darimana ia mendapatkan informasi mengenai darimana ia yang hanya seorang wartawan bisa mendapatkan informasi mengenai golongan darah yang diambil dari sampel air liur di gudang di Cikarang, lokasi dimana kedua satpam diserang dengan sangat brutal oleh mahluk mengerikan yang ganas.
Heron sudah membaca banyak koran hari itu dan kemarin namun hanya koran yang ditulis Muri yang membahas penemuan golongan darah A ..
"Siapa Muri ..." Gumam Heron pelan, "Si Muri cuma terlambat satu hari dari kepolisian dalam menemukan golongan darah pelaku, bagaimana mungkin? ada penghianat?" tiba-tiba Heron meletakan koran di meja dan mulai melihat satu persatu wajah anggota tim yang berada satu ruangan dengannya, ada lima orang anggota tim Heron yang bekerja satu ruangan dengannya dan masing-masing sibuk memeriksa tumpukan berkas saat Heron mengamatinya ... hanya Aditya, yang saat Heron melirik kearahnya ia segera menunduk, membuka laci meja dan kemudian tampak serba salah lalu menutupnya lagi.
"Hmm .." Heron bangkit dari mejanya, Heron seperti pemburu berpengalaman, ia bisa merasakan penghianatan dan ketakutan dari udara.
tak .. tak .. tak .. suara langkah kaki Heron mendekati meja Aditya.
"Apa yang kau kerjakan?" tanya Heron dengan suara berat.
"Aku sedang memeriksa data Dilman, pak." Aditya merasa ngeri melihat wajah dingin Heron dalam kacamata bingkai tipis. Aditya menolak kontak mata dengan Heron, Aditya malah sibuk memeriksa kertas-kertas sambil terus berbicara. Heron mencondongkan tubuhnya pada Aditya, wajahnya berada dekat dengan wajah Aditya. Heron sedang mengamati wajah Aditya.
"Itu bukan tugasmu, kau kutugaskan menerima laporan tim lapangan."
gluk ! Aditya menelan ludah.
"Berikan HP mu..."
"Apa pak?"
"Berikan HPmu .."
"Tapi .."
"Cepat ..."