Dia mengangguk santai, "aku tidak se judes yang kau kira, Rey" ucapnya.
Aku tetap diam, tertunduk malu, lalu mengusap air mataku.
"Apa sekarang lebih baik?" Ucapnya tetap terkendali
Aku memilih untuk tetap diam, tak mau kembali membuka cerita kemarin, nafasku tak terkendali, mata ku tak bisa membendung semua kesedihan yang ku rasa. Perlahan-lahan, air mata ku menetes kembali. Aku mulai memberanikan membuka mulut, bertanya "apa akan ada gempa susulan?" Ucapku menahan tangis, masih tertunduk.
"Entah lah, semoga tidak. Hanya saja banyak berita yang bilang kita tetap harus berhati-hati, BMKG masih memprediksi kapan pastinya gempa susulan itu akan terjadi" ucapnya tetap terkendali.
"RMARE..." ucapku dengan suara serak
"Hmm?" Ucapnya sambil menatap mataku
"Aku takut" ucapku dag dig dug
Beberapa menit lenggang
"Ahh... sudahlah, lupakan kejadian kemarin! Jangan di genggam... lepaskan, ikhlaskan dan mulai hidupmu yang baru." Ucapnya meninggikan suara, mungkin kesal melihatku terus tertunduk.
"Kenapa kau ada di sini?" Ucapku menyadari kebetulan yang aneh ini.
"tadi aku bosan di rumah, jadi jalan jalan sekitar sini. Waktu liat kesini, eh... ada kamu." ucapnya dengan watados
"Hmm.... RMARE... soal kemarin..." ucapku kembali tertunduk
"Ya?" Ucapnya meminta jawaban
"Terima kasih, gak nyangka itu kamu." Ucapku hati-hati, menghindari salah kata yang bisa saja di salah artikan olehnya.
"Ahh... itu, santai aja!, yang penting sekarang kamu baik baik saja." Ucapnya santai
Beberapa menit lenggang, hingga ku rasa tak ada lagi yang perlu di bicarakan
"Aku duluan, keburu sore" ucapku sambil meninggalkan nya, menaiki sepeda dan langsung ngebut tanpa menoleh lagi, menghindari basa basi yang tak perlu.
***
Minggu demi minggu berlalu, siswa siswi sekolah lamaku di ungsikan ke sekolah lain. Di bagi 3, ada yang dekat jembatan, sekitar 5 km dari sungai, lalu yang dekat pertigaan, dan beberapa Kilo meter dari sekolahku yang lama. Aku dan RMARE sama sama dapat yang ke dua. Tak begitu jauh dari sekolah yang lama, tapi cukup lelah naik sepeda ke sana.
Mulai mendekati gerbang sekolah tempat mengungsi, aku memperlambat laju sepeda, menggoes sambil melamun. Apa vina sahabat baru ku itu baik baik saja di alam sana?.
"Hei! Jangan melamun!" Ucap seseorang di sebelah ku. Aku terkejut dan Refleks membelok kan sepeda ku ke kiri, mengarah ke sungai tanpa pembatas, meliuk-liuk tak terkendali sambil berteriak histeris. Orang itu menahan sepeda ku dengan kaki, menarik sepeda ku dari jaring jaringnya. Aku tetap bengong, menatap ke depan dengan nafasku yang masih terengah-engah. Orang itu tertawa puas, seolah memang niat sekali menjahili ku.
Ketika aku menyadari situasi, aku langsung mendorong nya sampai jatuh, marah marah dia sengaja mengagetkan ku, lalu langsung menaiki sepeda dan menggowes sampai ke parkiran sepeda. Sesampainya di parkiran sepeda, aku menaruh sepeda ku, memasang gembok kode dan langsung balik badan.
"Oh... itu kodenya?" Ucap RMARE sambil mengangkat alis kiri nya.
Aku berteriak marah, "Pagi pagi udah bikin kesel!!!! Ganggu aja ih, jauh jauh sana!" Ucapku sambil menyenggol kasar lengan nya, lalu berjalan cepat meninggalkan nya.
"Ihh! Itu kamu lah yang salah, naik sepeda sambil bengong, ya mana aku tahu kamu bengong!, masang gembok bukan nya ditutupin, ya jangan salahin kalo aku liat kodenya!" Ucapnya tak mau kalah
"Kalau kau tidak niat menjailiku tadi kenapa ketawa?! Dan kode itu kamunya aja yang ketinggian!" Ucapku membentaknya
"Aku gak ketinggian! Tinggi standar cowok emang rata rata segini kok! Kamunya aja yang pendek!" Ucapnya tak mau kalah
Wajahku memerah, semakin kesal. Toh di antara teman teman perempuanku aku termasuk tinggi kok!
"Kan tinggi rata rata cewek emang segini!" Ucapku berteriak nyaring
"Huuffftthh... marah marah aja terus, masih pagi udah teriak, siang nanti ngamuk, ntar sorenya pingsan gabisa pulang sampe maghrib, mau ga mau pada ngegotong dah sampe rumahnya!" Ucapnya dengan suara pelan (ngedumel). Graham ku mengeras, refleks membuka sepatu, melparkan nya sambil mengusir. Bukanya pergi dia malah mengambil sepatuku sambil tertawa. Aku melepas sepatu satu lagi dan melemparkanya, kena bahu. Tapi lagi lagi sepatuku di ambil
"BALIKIIIIINNN!!!!!!!" teriak ku kesal
Dia hanya tertawa, berlari sambil membawa sepatuku masuk ke kelas.
Jam istirahat tiba, aku terdiam kesal, tak bisa kemana mana. Hanya berdiam di koridor depan kelas, sepatuku di ambil, kalau tidak pakai alas kaki nanti ketahuan OSIS dimarahin deh... dan dari tadi RMARE selalu menghindariku, entah dia sembunyikan di mana sepatu ku. Hufftthh... lapeeerr! Gumaku dalam hati.
"Hm... bosen ya di sini?" Tiba tiba seseorang duduk di sebelahku, menjaga jarak sekitar 15 CM.
Aku melotot melihat kakinya yang dibalut sepatu ku, ketika melihat ke samping ternyata itu RMARE. "AAAHHH!!!!! BALIKIN SEPATU KU! JANGAN DI PAKE PAKE, JOROK IHH!!! ucapku memaki nya.
"Hahha, sadar ternyata! Omong omong ini buatku saja ya? Sepatu ku jelek!" Ucapnya tak peduli
Aku semakin kesal, berusaha menarik sepatuku dari kakinya, dia malah tertawa semakin keras
"gak akan bisa di lepas, masukin nya aja susah. Kaki kamu kecil banget sih!" ucapnya sambil cekikikan
Aku terdiam beberapa lama, dan tiba-tiba terfikir suatu ide kejam tapi mutakhir di kepalaku. Aku masuk ke kelas dan mengambil gunting lalu menunjukan nya pada RMARE
"kalau tidak bisa dengan cara baik baik ya di congkel saja! Pasti bisa!" Ucapku dengan tegas
"Lohh? Gitu sih? Curang kamu pake alat!, iya iya aku lepas..." ucapnya pasrah.
Dia melepas sepatu ku, setelah itu langsung ku ambil tanpa permisi, memastikan sepatu ku baik baik saja. Dia cemberut, sinis menatapku yang sibuk memastikan sepatu ku tidak bau kakinya.
"Udah lah, aku pengen ke Kantin, lapeeerr!" Ucapku sambil memakai sepatu dan langsung meninggalkan nya.
Dia diam, memperhatikan wajahku yang mulai malas meladeninya.
Bel masuk berbunyi, aku sudah mengganjal perutku dengan memakan jagung rebus. Sekarang pelajaran Bahasa Ingris, dalam pelajaran ini aku cukup aktif, apalagi jika disuruh mengartikan vocab vocab harian. Tapi satu hal yang kurang ku sukai dalam pelajaran ini, yaituuu.... yang ngajar guru BK, harus lebih hati hati... dan ngomong ngomong soal Bahasa Ingris, aku tak begitu unggul dalam bahasa ini, hanya mengerti dan bisa menjelaskanya. Aku tidak begitu hafal rumus rumus seperti Verb + object semacam itu lah, tapi aku amat menyukai pelajaran ini. Orang bilang, volume suara dan logat logat Bahasa Ingrisku mendukung. Meski aku masih kelas 10, di SMP aku pernah menjadi perwakilan sekolah OSN bahasa ingris, dan berhenti sampai provinsi karena aku tak bisa menyebutkan rumus kata kerja dari A-Z. Lagi lagi rumus...
Aku mulai terbiasa dengan sekolah tempatku mengungsi ini, teman teman nya terbuka dan baik, gurunya selalu punya cara sendiri membuat murid muridnya tidak bosan. Ulangan ulangan nya memang cukup sulit, tapi karena cara belajarnya yang menyenangkan, jadi mudah mengingat materi yang disampaikan. Hampir 5 menit aku melamun, mengenang masa masa SMP bersama teman temanku yang unik dan guru guru yang super tegas dalam peraturan.
"Rey, sebutkan kata noun yang dimulai huruf W!" Ucap pak Charles, guru Bahasa Ingris baru ku
"Ehh?? Emmm... apa aja boleh pak?" Ucapku gugup karena tadi tidak memperhatikan
"Ya, terserah... yang penting Noun dan dimulai huruf W!" ucap pak charles
"Work?" Ucapku sedikit ragu, memasang senyum tanggung
Beberapa saat kelas lenggang, apa aku salah???
"Benar" ucap pak Charles sambil membalikan badanya, kembali menjelaskan di papan tulis
Tiba tiba seluruh murid menghela nafas lega, satu - dua ber syukur. Oh... ternyata yang lain juga pada gak bisa ya? Jika aku tidak jawab mereka takut di tanya, wkwkwk...
Pulang sekolah tiba, aku tidak mengendarai sepeda, sepedanya ku dorong dan aku jalan kaki, malas menggowes. Di perjalanan, aku memikirkan banyak sekali konflik dalam diriku. Kenapa akhir akhir ini aku tidak bisa belajar, refreshing dan melakukan aktivitas dengan tenang... selalu saja ada yang dipikirkan. Pertama, aku masih seringkali teringat Vina sahabatku yang beberapa hari lalu baru meninggal. Ke dua, aku ingin melepas sejenak semuanya! Berat sekali tahu bahwa ternyata orang tua ku memiliki konflik, dan sejauh ini mereka belum bisa menyelesaikanya. Kesal, sedih, kecewa... banyak sekali. Ke tiga, di sekolah baru ini aku termasuk anak yang nilainya menengah ke atas, di andalkan kelas dan dipercaya guru guru, tapi selalu saja ada yang membenci ku. Entah karena merasa tersaingi atau soal tikung menikung masalah remaja tanggung.
Aku menghela nafas, berusaha mengikhlaskan segalanya. Ingin rasanya ku curahkan semua ini pada seseorang, jadi tak ada lagi yang ku sembunyikan. Belum lagi senior bilang aku judes, sombong, dan banyak tingkah. Apalagi sih?! Bukan judes, aku hanya masih malu menyapa duluan, bukan sombong... di sekolah ku dulu, aku di ajarkan untuk berperilaku kepemimpinan, meski tetap merendah ke yang lebih tua, aku tetap disuruh tegas jika bicara, membenarkan yang benar dan katakan salah jika memang salah. Kakel saat ini banyak konflik, dan aku termasuk salah satu pihak netral, karena tak mau terlibat dalam api api amarah mereka.
Pulang sekolah, ku naik sepeda ku dengan tenang... santai... kalem, berusaha menikmati sisa hariku. hingga saat sampai rumah...
Author:
*GAYSS... THANKS YAAA UDH MAU READ THIS STORY! BTW AKU JUGA MAU MINTA VOTE, DUKUNGAN DAN SARAN KALIAN UNTUK CERITA INI AGAR CERITA SELANJUTNYA BISA LEBIH BAIK.. :) SEQYAN, TERIMA KASIH!*