Aku RMARE (Baca: RIMER). Nama lengkap ku Rizky Kusuma ramadhan, tak ada nyambungnya memang... , toh itu hanya panggilan keluarga, biarlah. Umurku 11 tahun, kelas 5 SD. aku terobsesi dengan dunia seni, yaitu photographic. Sejak kecil, aku mempelajari dunia photographer. Papa ku seringkali menunjukan foto foto masa kecilku, apalagi yang masih bayi.
"RMARE, ini foto kamu waktu masih 1 tahun, di foto temen papa waktu familly gathering kantor yang dulu" ucap papa ku bangga.
Kantor yang dulu, iya... papaku memang sempat pindah kerjaan, meski saat itu statusnya sudah manager. Waktu itu kantornya di Bandung, tapi karena kenaikan jabatan itulah papaku di pindah jadi di kantor pusatnya, di Karawang. Aku khidmat melihat foto foto masa kecil ku, dan ku temukan foto masa kecil seseorang, yang amat ku rindukan.
Di salah satu foto, ada ayah sedang menggendong ku di atas jembatan, bersama ibu di samping nya. Sedikit ke belakang, ada foto seorang ibu dengan anak perempuan nya, anaknya memakai pita kuning dengan baju senada, gembul.
Aku tertawa terbahak bahak ketika tahu bahwa anak kecil perempuan gembul itu seumuran dengan ku, awalnya aku tak tahu siapa anak perempuan itu.
"Pah, emang anak ini beneran seumuran sama aku?" Ucapku antusias
"Iya, masa kamu lupa, dia kan pernah main bareng kamu waktu dulu, kalau gak salah umur kamu 6 tahun waktu itu." Ucap papa ku.
"hah? Masa? Emang nya siapa dia?" Ucapku bingung
"Siapa ya? Lupa. Pokoknya dia main bareng kamu waktu family gathering di pantai" ucap papaku menjekaskan
"emang kenapa?" Ucap papa ku
"Hah? Oh... enggak kok" ucapku sambil bergumam dalam hati. Kalau kecilnya aja udah se gendut itu, gimana pas udah gede?. Lagipula memangnya aku pernah main sama dia? Gak inget.
Papa ku mengorek ngorek foto yang bertumpuk, seolah mencari sesuatu, beberapa menit, ia menemukan apa yang dicarinya.
"Nah, ini fotonya!" Ucap papa ku sembari menyodorkan sebuah foto. Itu fotoku bersama seorang anak perempuan sedang bermain pasir, cekikikan melihat kamera. Dia terlihat sepantar denganku. Tapi ia sedikit lebih gemuk dariku.
"Ini siapa?" Ucapku sembari menunjuk foto perempuan di sebelahku.
"Itu anak kecil yang di belakang kamu yang waktu di jembatan." Ucap papa sambil mengambil lagi foto yang tadi, fotoku di jembatan.
"Hah? Kok beda?" Ucapku membandingkan. Waktu kecilnya gembul gitu, umur 6 tahun nya tinggi, pipinya tirus pula.
"heh!, kamu yang di dua foto itu juga beda jauh kok! Perubahan itu wajar, bisa jadi perempuan itu udah dewasanya cantik" ucap papa sambil menyenggol bahu ku, menggoda.
"apaan sih pa!" Ucapku tak suka di goda goda
Tahun demi tahun berlalu, sekarang aku 15 tahun, kelas 10, masih baru masuk alias semester satu. Aku mulai melupakan wanita gembul itu. Sampai ayahku menunjukan salah satu fotonya saat dewasa
"Nih RMARE!, foto perempuan yang waktu kecil main sama kamu, benerkan kata papa, dewasanya cantik!" Ucap papa ku semangat.
Aku memperhatikan foto itu lamat lamat, bukan foto cetak seperti dulu, tapi foto di laman instagram ayahku, postingan teman kantornya dulu. Disitu terlihat jelas foto wanita tinggi, kulitnya kuning langsat, mengenakan baju lengan panjang hijau toska. Pipinya tirus, dan mengenakan celana kain dan sepatu kets putih, tersenyum. Dengan caption 'r€Y drude (enter) @Π@k soleha' dengan lokasi di atasnya yang menunjukan itu difoto saat menjadi perwakilah sekolah, Olimpiade Bahasa Ingris, di Jakarta.
" itu siapa?" Ucapku bingung
"Rey. Anak temen kantor papa dulu, yang waktu itu main pasir sama kamu" ucap papa menjelaskan
Aku ingat, perempuan yang waktu bayi super gendut, pas anak anak dia tinggi, dan sekarang dia... Aku tersentak sendiri, apa sih yang ku fikirkan? Tidak mungkin! gumamku seraya membantah apa yang tadi ku fikirkan.
"Cantik kan?" Ucap papa ku lagi
"Biasa aja" ucapku sok cuek, jaga image
"Halaahh... gak usah sok keren lah!" Ucap papaku
Hah?! Apanya yang sok keren?! Aku memang keren kok!
di kelas 10 ini aku tak banyak bicara, hanya memperhatikan sekitar. Tak terlalu suka bergaul, rasanya teman teman sekolahku sekarang pemalas, gak rajin kayak temen SD dan SMP ku.
Ngomong ngomong di SMA ini teman teman memanggil ku RMARE, cuma gara gara denger ibuku memanggil begitu waktu awal MOPDB waktu ibuku bayar buku. Awalnya aneh sih, tapi tak apa lah.
Satu semester berlalu, dan nilaiku selalu paling tinggi, bosan. Rasanya tak ada saingan yang begitu berarti. Teman temanku sedang sibuk dengan kisah asmara ala ala Dilan - Milea, Romeo- Juliet dan drakor. Banyak yang pacaran, apa enaknya sih pacaran? Cuma hepi hepi, trus putus, selesai. Gak serius banget!, toh di sekolahku gak ada cewek yang bisa bikin aku kagum, pinter paling rata rata, bisa bahasa cuma Indonesia, Ingris, Sunda, Jawa. Paling cuma prestasi bagus tapi gak nantang, atau yang mukanya cantik tapi bosenin. Hufftthh... jenuh, g nyaman.
Sekarang semester 2, hari pertama. Tugasnya paling itu itu lagi 'pengalaman liburan'. Kabarnya sih bakal ada murid baru di kelasku, kelas yang muridnya paling dikit. Kelas lain 36- 38 murid, kelasku cuma 34 murid. Siswa siswi sisa. Aku belum tahu kabar itu bener apa enggak, gak tahu anak baru itu perempuan atau laki laki dan gak tahu orangnya kayak gimana. Teman temanku cuma tahu 2 kisi² orang itu dari guru guru: Pintar, dan unik.
Ahh... pling pinternya kayak yang lain doang, bukanya aku merasa pintar. Aku merasa biasa saja, tapi kenapa di kelas ini tak ada yang bisa menyaingiku? Waktu SMP aku ranking 3 dari 39 siswa/i. Masa disini sekitar 34 siswa/i gak ada yang special?
Masih pagi, terlalu pagi untuk sekolah di hari pertama. Menit demi menit berlalu, banyak orang datang. Wali kelasku masuk, di belakangnya murid SMA sepantaranku, menunduk. Guruku masuk, gadis itu menunggu di luar. Kelasku riuh was wes wos tentang murid baru.
"Assalamualaikum anak anak! Gimana kabarnya? Puas liburan?" Ucap guruku santai
"Kuraaaaangg!!!" ucap murid murid lantang
"Nah... kan kita udah setengah semester bareng, bakal ada sesuatu yang baru nih di kelas kita!"
"MURID BARUUUUU!!!" Ucap teman temanku semangat
"Ya, betul!, nah... murid barunya ada di luar. Rey, silakan masuk, perkenalkan diri" ucap guruku menyuruh murid baru itu masuk. Gadis yang disapa Rey itu masuk kelas, percaya diri memperkenalkan diri.
Aku yang sedang bengong menatap meja langsung tersentak mendengar namanya, fokus melihat ke depan, mengikuti gerak geriknya.
"Assalamualaikum wr.wb, Saya berdiri disini izin memperkenalkn diri untuk bergabung di kelas 10 C. Nama saya Rey drude, tapi panggil saja Rey. Usiaku 15 tahun, pindahan dari SMAN 1 Bandung." Ucapnya dengan suara jelas plus tatapan ramahnya.
Aku saat ini duduk di pojok, menatapnya lamat lamat. Berusaha tetap stabil agar tak terlihat salting. Dia duduk di tengah, sebelah Vina. Anak itu terlihat judes, jaim dan berwibawa, tapi mudah di terima dan pintar mengatur suasana. Guruku meninggalkan kelas sebentar, memberi waktu murid murid berkenalan lebih dekat.
Aku memperhatikan punggungnya dari sini, melihatnya dikerumuni banyak orang, tanya ini itu, pertanyaan yang sebenarnya tak perlu ditanyakan. Seperti rumahnya dimana, ultahnya kapan, udah punya pacar belum, kenapa pindah, dan segala hal yang menurutku tak penting.
Dia telaten menanggapi pertanyaan pertanyaan itu dengang senyum, menjawab semuanya, dan bahkan menanggapi tantangan teman temanku yang rada rada gimanaaa gitu...
"Rey! Aku gak mau nerima kamu kalau kamu gak bisa nulis pakai tangan kiri!" Ucap Dika sambil menyodorkan note dan pensil padanya.
Dia tersenyum, menjawab "bisa kok, mau nulis apa?" Ucapnya santai, mengambil pensil dan note dari Dika
"Tulis saja nomer telfon mu dan barang yang kau suka!" Ucapnya spontan
Serentak, kelasku menyorakinya, meneriaki bahkan memaki maki.
Rey menggeleng "Tulis namamu saja ya, siapa namamu?" Ucapnya terkendali
"Adika Yudistira jidan" ucapnya sambil memperhatikan gerak gerik Rey.
Tangan kirinya cepat menulis nama, tulisan sambung refleks, lebih tepatnya tulisan mahasiswa.
mereka terpaku melihat Rey, cewek unik nan langka itu tersenyum menatap Dika "AKu kidal, tapi bisa nulis pakai dua tangan" ucapnya santai.
Kelasku kembali meminta bukti, bawel tanya ini itu.
Aku pergi, izin ke toilet. Sesampainya di toilet, aku menatap cermin di depanku, pipiku me merah. Aku tertawa terbahak bahak, tak kuasa menahan air mata. Aduuh!!! Kira kira sudah berapa lama ya aku tidak tertawa se lepas ini? Ah... gara gara murid baru itu, udah kidal, bisa nulis pakai dua tangan sekaligus lagi.
Itu Aneh apa Unik ya?