Aku menghampiri RMARE sepulang sekolah. Menanyakan kejadian aneh di kelas
"Tadi kamu apain mereka???" Ucapku
"Hah? Apain apanya? Siapa?" Ucapnya baru sadar keberadaanku
"Mereka minta maaf, kamu yang suruh ya?" Ucapku
Dia tak menjawab, terus melangkah ke gerbang sekolah
"RMARE! jawab!" Ucapku kesal
"Emang kenapa?" Ucapnya culas
"Lho? Kan aku nanya" ucapku membantah
"Bukan urusan kamu!" Ucapnya sambil berlari menjauh
Aku menyusulnya, berusaha menjajari langkahnya yang cepat nan besar besar.
"RMARE! JELAS URUSAN AKU LAH!, ITU TENTANG HIDUP AKU JUGA!" ucapku berteriak
dia berhenti, balik badan, berhadapan denganku yang masih ngos ngosan.
"Aku lakuin itu juga demi kamu Rey!, kenapa? Aku salah lagi?" Ucapnya sambil menatapku sinis
"Gak sih... cuma-" ucapanku terpotong
"Apa? Cara aku salah? Takut mereka sakit hati?" Ucapnya dengan nada tinggi
Aku diam, menunduk
"Udahlah Rey, tenang aja. Mereka aku perlakuin dengan layak kok!!!" ucapnya, lalu membalikan badan, meninggalkanku.
Aku membiarkanya pergi, lalu meneruskan perjalanan ku, pulang. Saat sampai rumah, aku langsung ganti baju. Lalu ibu memanggilku
"Rey, bisa tolong anterin ibu ke rumah sakit nanti malem? Udah seminggu, kata dokter kontrol lagi, lagipula kepala sama leher ibu masih sakit" ucap ibuku
"Iya bu, tapi emang ayah kenapa?" Ucapku
"Ayah meeting sampe larut malem, nanti rumah sakitnya keburu tutup" ucap ibu
"Tapi pesen taxi online aja ya bu?, ga mungkin kan Rey bonceng ibu pke sepeda malem malem?" Ucapku meyakinkan.
Ibu mengangguk setuju.
Malamnya, aku mengantar ibu ke rumah sakit, ibu sudah bisa jalan dengan baik, tapi katanya sulit bicara, rasanya urat leher mau putus.
"Rey, nomer control ibu masih lama, kalau kamu mau jalan jalan dulu ga apa apa" ucap ibuku saat melihat nomer antrian
"Terus ibu kontrol gimana?" Ucapku
"Gak apa apa Rey..., ibu bisa sendiri kok. Kalau sudah nanti ibu telefon kamu" ucap ibu ku memastikan
"Yaudah, ibu mau nitip apa?" Ucapku
"Enggak usah Rey" ucap ibu
Aku pamit pada ibu, lalu ke luar ruang tunggu. Berjalan ke luar rumah sakit, biasanya sih di sebrang nya suka banyak orang jualan. Aku membeli minuman dan kue kering, lalu menyebrang lagi ke rumah sakit.
Saat menyebrang, pas pasan lagi lampu merah, jadi aku tenang. jalanan malam ini cukup ramai, tapi ku rasa aman aku jalan biasa di jalan lebar ini, tak perlu berlari. Tapi di tengah jalan head seat ku tersangkut di rambut, sakit. Aku berusaha melepaskan nya, tapi malah semakin terbelit, lalu akhirnya kue kering ku jatuh ber serakan, minumanku tumpah. Saat aku ingin membereskannya, tiba tiba klakson motor bergemuruh di telinga ku, sudah lampu hijau. Aku ingin bergegas ke sisi jalan, tapi aku terpeleset minumanku yang tumpah, aku jatuh terlentang. salah satu motor besar itu melindas pergelangan tangan kiri ku. Aku menjerit, ternyata konvoi motor besar, berisik sekali. sambil menahan rasa sakit, aku berusaha berdiri, tapi lagi lagi konvoi itu tak berbelas kasihan dengan kondisiku, ngebut dengan kejamnya. Berhasil membuat tubuhku terbanting, kepala ku terbentur sisi trotoar. Saat motor motor itu sudah jauh di depan, para pedagang dan pengendara yang melihat langsung bergegas mendekatiku. Tapi lari lari mereka dikalahkan oleh cepatnya gerakan seseorang, laki laki yang entah siapa, cepat cepat mendekatiku, meneriaki siapapun agar mengamankan ku, menyuruh orang lain menyisikan tubuhku. Aku bisa medengar suara jalan yang penuh klakson, sepertinya macet. Tapi sakit di punggung, kepala, dan pergelangan tanganku terlalu sakit untuk dilawan. Aku pingsan.
Saat membuka mata, aku sudah ada di ruangan IGD rumah sakit, head seat ku sudah di lepas, tangan kanan ku di infus, dan tangan kiri ku di ikat dengan papan kecil agar tak bergerak. Seseorang duduk di sebelahku, mengotak atik HP ku, aku membiarkan nya. Rasa sadarku baru setengah pulih, aku melihat tulisan 'Instalasi Gawat Darurat' yang terpampang besar di tembok sebelah ku. Aku melihat tanganku, berusaha menggeserkan nya. Tapi saat coba ku angkat, aku tersentak, refleks berteriak. Sakit!!!
Orang di sebelahku berdiri, cepat cepat menghentikan gerakan ku.
Aku menangis dan teriak, tak tahan dengan rasa sakit di kepala dan tangan kiri ku, dia cepat cepat memanggil dokter, meminta pertolongan