Chereads / AKHIRNYA CINTA / Chapter 32 - Part 32

Chapter 32 - Part 32

"Aku harus segera sembuh. Aku rindu sekali sama Alice." Seorang laki-laki tengah menjalankan terapi berjalan setelah patah tulang dibantu seorang dokter. Dan kini kedua kakinya sudah bisa digunakan berjalan kembali walau harus pelan-pelan.

"Saya rasa terapi untuk hari ini sudah cukup. Perkembangan kakimu sudah semakin membaik." Ucap seorang Dokter ikut merasakan kelegaan dan bahagia melihat pasiennya bisa kembali berjalan lagi. Setelah sebelumnya pernah duduk di kursi roda dan berjalan dengan susah payah karena masih dalam pemulihan. Namun seiring berjalannya waktu diiringi ikhtiyar dan semangat yang tinggi dari pasien membuat segala yang tidak mungkin terjadi menjadi terjadi. Dan itulah yang dilakukan laki-laki tersebut untuk sembuh demi sang kekasih diseberang sana.

"Ya Dok. Ini semua karena keinginanku untuk melamar kekasihku yang sudah lama tidak aku jumpai. Dan aku berniat mengajaknya ke hubungan yang lebih serius."

"Semangat nak. Tunjukkan segera kekasihmu itu kepada kita karena kita sudah penasaran dengan kekasihmu itu yang menjadi penyemangat kesembuhanmu itu.

"Ya mah. Tapi sayangnya ponsel dan barang-barang pemberiannya telah hilang setelah kecelakaan itu." laki-laki itu murung kala teringat akan tragedy mengenaskan menimpa dirinya hingga merenggut waktu dan tenaganya untuk menjalani terapi kaki akibat patah tulang.

Di tempat yang berbeda suasana nampak hening dengan menegangkan. Disinilah ruangan kerja Rama yang terisi dua orang membahas sesuatu mendadak terhenti sesaat pintu terbuka tanpa ketukan menampilkan dua orang wanita cantik berdiri disana.

"Melisa!" pekik Rama terkejut melihat adik kandungnya berdiri di ambang pintu.

Netra Rama sekejap berpindah ke samping Melisa terdapat seorang wanita cantik dan seksi yang mencuri perhatian,"Alice!" Rama membelalak sempurna tidak percaya dengan apa yang dilihatnya namun ada perasaan marah hingga reflek segera bangkit dari singgasana empuknya menghampiri si wanita tersebut.

"Ayo masuk, Kak …" Melisa menarik tangan Alice yang masih diam memaku di ambang pintu untuk masuk ke dalam ruangan Rama.

"Itu Alice?" beo Reza menatap penuh kagum sekaligus tidak percaya apa yang berdiri dengan anggun disebelah Melisa adalah Alice yang selama ini dia kenal berpenampilan sederhana. Tapi apa ini, Alice nampak jauh berbeda sekali dari biasanya dengan off shoulder dress berwarna hitam menampilkan lekuk tubuh proporsional Alice terkesan seksi serta kedua bahu putih mulusnya. Reza menatapnya tanpa berkedip mulai tergoda.

Alice gugub melihat Rama berjalan kearahnya dengan muka marah seperti siap memuntahkan lahar amarah.

Rama dengan langkah penuh tidak sabaran diselimuti perasan marah menghampiri cepat Alice menarik tangan istrinya dari Melisa. Dia tidak mau Alice diracuni oleh gaya adiknya yang sudah dipengaruhi budaya barat. Baginya apa yang ada di tubuh Alice hanya untuk dikonsumsi dirinya saja dan tidak boleh ada orang lain melihatnya.

"Aduh gimana ini." Alice memejamkan mata siap menerima amarah Rama karena telah lancang datang ke kantor tanpa meminta izin dulu. Itu semua karena Melisa dan mertuanya menyuruhnya datang kesana.

Grep

"Kamu apa-apaan membuat Alice begini?" suara tegas Rama menatap tajam Melisa yang langsung kaget setelah tangannya disentak Rama dengan kasar.

Alice terkejut mendengar suara lantang Rama namun sesaat kemudian tubuhnya merasakan sebuah jas mendarat di bahu nya yang terbuka. Rama menatap Alice ganas,"Apa-apaan kamu memakai pakaian beginian? Kamu mau membuatku marah lagi." Rama possesif menutup tubuh Alice yang bisa dilihat Reza.

"Reza! Aku colok matamu kalau terus menatap istriku!" Giliran Rama marah, menoleh menatap tajam Reza yang masih tak berkedip mencuri curi pandang kearah Alice.

Reza yang ditegur dan takut langsung mengalihkan tatapannya kalau tidak mau mendapatkan kekejaman amarah Rama. bisa hancur mukanya nanti dihajar Rama.

Melisa menggeleng bingung akan sikap Rama, bukankah selama ini mantan pacar kakaknya itu juga sering mempertontonkan lekuk tubuh mereka dengan pakaian yang terbuka kepada semua orang dan itu juga membuat Rama biasa saja bahkan suka. Lantas apa ini, sikap Rama telah berubah seratus delapan puluh derajat. Sungguh possesif sekali, pikir Melisa.

"Kak …"

"Dan kamu Melisa, ngapain kamu disini? Awas saja kau nanti, berani sekali kamu mendandani istriku macam begini tanpa seizinku." hardik Rama menatap penuh amarah Melisa sekilas kemudian beralih fokus kembali pada tubuh Alice memastikan sudah tidak ada bagian tubuh yang terbuka yang belum ia tutupi.

"Mas?" Alice menatap Rama merasa lega dirinya sedari tidak nyaman namun melihat perlakuan Rama itu sungguh membuatnya sedikit lega. Satu sisi tubuhnya sudah tertutupi ditambah lagi gelagat Rama yang menunjukkan sudah baik padanya.

Rama masih terdiam dan sibuk dengan aktivitsnya sendiri,"Diamlah. Sekali lagi kamu berani memakai pakaian sialan seperti ini tidak akan aku maafkan dirimu."

Alice tersentuh hatinya melihat keposesifan Rama namun itu mampu membuatnya nyaman. Itu berarti Rama ingin melindunginya dan menjaganya.

"Mas Rama jangan marah terus, Melisa menemaniku kesini membawakan bekal untuk Mas ... Hmpppt"

Rama tidak kuat melihat bibir Alice yang merah menyala membangkitkan hasrat untuk segera mmbari menggelutinya. Tanpa pikir panjang Rama langsung menyambar dan meraup bibir itu dengan rakusnya sembari melampiaskan rasa dahaganya karena lama tidak berkomunikasi dengan baik oleh Alice.

Alice awalnya meronta karena belum siap namun ciuman Rama yang terlanjur menuntut dan dalam serta tangan Rama yang mengunci pergerakan tubuhnya untuk melawan membuatnya frustasi dan berakhir untuk pasrah saja. Namun anehnya disini Alice mulai memberikan respon atas sambutan bibir Rama walau tidak ahli alias kaku dan amatiran. Rama mampu merasakannya meskipun begitu hatinya bersorak puas akhirnya Alice membalas cumbuannya.

Tanpa peduli ada dua orang disana tengah terkejut namun memaklumi kedua insan itu yang sudah menikah. Namun mereka tetap menyalahkan Rama yang tak tahu tempat dan waktu untuk melakukan adegan panas pada sang istri.

"Ayo Mel, kita pergi darisini. Jangan ganggu pasutri yang sedang proses damai." Reza menarik tangan Melisa.

"Damai?" Melisa bingung tidak mengerti akan ucapan Reza netranya sesekali mencuri pandang kea rah Rama dan Alice yang masih berciuman bahkan Rama menggiring paksa Alice menjauh darinya.

Reza terus menarik tangan Melisa yang tetap kekeuh untuk bertahan disana. Hingga Reza berhasil membawa Melisa keluar dan menutup apat pintu ruangan kerja Rama berharap tidak ada yang mengganggu kedua insan di dalam ruangan itu agar kembali baikan.

"Aku titip ponakan yang lucu."teriak Melisa pada Rama yang tanpa tahu malu terus mencumbu bibir dengan penuh menggebu.

Melisa terus ditarik Reza sungguh tenaga laki-laki itu sangat besar diatasnya hingga membuatnya tidak bisa melawan,"Kamu berhutang penjelasan padaku. Memang ada apa sama mereka?" protes Melisa.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Itu urusan rumah tangga mereka dan kamu tidak boleh mencampurinya. Cukup biarkan saja, toh mereka sudah menikah."