Chereads / AKHIRNYA CINTA / Chapter 22 - part 22

Chapter 22 - part 22

Rama di kantor masih sibuk dengan tumpukan berkas memenuhi meja kerjanya.Satu persatu pekerjaan kantornya mulai dikerjakan. Bahkan hampir semua pekerjaan yang deadlinenya masih lama sudah dicicil untuk dikerjakannya. Baginya dia tidak mau menunda-nunda pekerjaannya. Hingga tidak terasa jam pulang sudah tiba. Dia segera merapikan tempat kerjanya sebelum meninggalkannya.

"Bro, tuh diluar ada Intan."Reza memberitahu Rama yang sedang menutup pintu ruang kerjanya karena hendak pulang.

"Intan."Rama mengulangi nama tersebut.

"Hmm."Reza mengangguk sambil berjalan mendekati Rama.

"Ngapain dia kesini. Security udah ku kasih tahu, untuk mencegah Intan masuk kantor ku lagi."Rama mendengus kesal dihadapan Reza.

Rama dan Reza keluar melihat Intan yang berdiri di luar kantor.Terlihat security masih menjaga dan menghadang Intan agar tidak masuk ke dalam kantor. Tapi Intan tetap saja ngeyel kepada security untuk diperbolehkan masuk. Hingga akhirnya Rama menemui Intan dan menyuruh security kembali berjaga. Untungnya semua karyawan telah pulang jadi tidak ada yang melihat keributan itu.

"Sayang mau pulang ya."Intan mendekati Rama dan ingin memeluk tubuh Rama. Tapi Rama segera menghindar jadi Intan tidak bisa memeluknya. Reza melirik Intan begitu kasihan.

"Ntan Intan. Kamu itu ya...Rama sudah punya istri masih kamu kejar-kejar. Masih ada cowok lain kali."Reza memberitahu Intan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Diam kamu ya."Intan membentak Reza. Seketika Reza langsung diam dan hanya memandang Intan tanpa berkata-kata lagi.

"Udah kamu mau apa kesini. Langsung bilang aja terus terang."Rama terlihat tidak mau meladeni Intan lama-lama jadi dia tidak mau menatap Intan..

"Aku kangen sama kamu."Intan langsung memeluk tubuh Rama di kantor. Reza melihatnya begitu tidak percaya Intan beraninya memeluk Rama yang sekarang telah memiliki istri di tempat umum.

"Intan kamu itu sadar dong. Kalau Rama udah..."Rama langsung membungkam mulut reza karena bicaranya terlalu keras.

"Aku tidak peduli kalau Rama sudah punya istri."ucap Intan kesal. Dia tahu maksud Reza yang hendak mengingatkannya kalau Rama telah punya istri.

Rama menarik tangan Reza ke mobilnya bermaksud untuk meninggalkan Intan sendirian disana. Intan bertambah kesal hingga dia berteriak-teriak sambil memanggil Rama. Dia tidak terima Rama meninggalkannya begitu saja. Rama menancap gas mobilnya ke arah rumahnya. Dia berniat mengajak Reza ke rumahnya hendak dikenalkan dengan Alice istrinya.

"Pasti kamu akan syok melihat istrimu babak belur."wajah Intan yang tadi kecewa karena ditinggal Rama pulang kini berubah menjadi senang.

Tok tok, sesampainya di rumah Rama langsung mengetuk pintu rumahnya. Karena tidak segera dibuka Alice, Rama langsung membuka pintu dengan kunci cadangan yang dimilikinya. Setelah pintu terbuka Rama mempersilahkan Reza masuk.

"Sayang."Rama berusaha memperlihatkan kemesraannya dengan Alice di depan Reza dengan memanggil istrinya sayang. Reza mendengarnya jadi baper.

"Mas."panggil Alice yang sedang berjalan tertatih-tatih menuju Rama.

"Kamu kenapa?"Rama berlari mendekati Alice karena kakinya di perban. Rama terlihat cemas sekali melihat keadaan istrinya itu.

"Mas."Alice langsung terkejut melihat Rama langsung jongkok dekat kakinya dan memegang perbannya.

"Ini kenapa?"Rama mendongakkan kepala keatas memandang Alice dengan tatapan khawatir sekali.

"I...itu."Alice bingung mau memberitahunya atau tidak. Dia sudah ketakutan sendiri melihat wajah Rama yang sudah berubah. Apalagi dengan kondisinya saat ini itu diakibatkan oleh ulahnya sendiri yang berani melanggar perintah Rama untuk tidak keluar rumah.

"Cepet bilang ini kenapa?"Rama membentak Alice karena tidak segera menjawab malah terlihat bingung sendiri. Saking panik dan khawatirnya pada Alice hingga tidak sadar telah membentak ALice.

"Ada apa Ram."Reza mendengar ada suara keributan yang keras sekali.

"Cepat bilang ke aku."Rama mengulangi perkataanya. Alice masih mematung karena masih kaget dengan bentakan Rama. sedangkan Reza menatap Alice dengan balutan perban di kakinya juga merasa penasaran sekaligus kasihan. Ditambah lagi Rama membentaknya.

"Ram ingat itu istri kamu, jangan main bentak-bentak begitu."Reza menarik pundak Rama menjauh dari Alice. Reza berbicara sambil berbisik.

"Za kamu pulang dulu."Reza langsung pulang meninggalkan rumah Rama. Dia memaklumi Rama yang menyuruhnya untuk pulang mungkin dia ingin menyelesaikan urusan rumah tangganya sendiri bersama Alice.

Rama tersadar kalau suaranya tadi telah membuat Alice takut hingga menangis di depannya. Rama tidak berniat membentaknya hanya saja dia terbawa suasana pulang kerja yang seharusnya disambut Alice dengan manis malah harus melihat tubuh istrinya yang babak belur.

"Alice maafin mas udah membentak kamu. Mas hanya kebawa suasana saja."Rama menenangkan Alice sambil mengusap air mata Alice yang jatuh di pipinya. Rama merasa bersalah karena telah membentaknya hingga membuat ALice menangis.

"Mas tanya. Ini kenapa kok sampai diperban. Trus ada yang memar lagi."Rama menunjuk kaki Alice yang terlihat memar dan diperban dengan suara pelan.

Alice tidak bisa membayangkan kalau sampai Rama tahu, lukanya ini akibat ulah Intan. Mungkin kalau dia tidak melanggar perintah Rama pasti dia tidak akan ketemu Intan dan terluka seperti ini. Alice hanya bisa membayangkannya dalam diam sambil menatap wajah Rama.

"Ma..mas janji nggak boleh marah?"Alice memberi syarat pada Rama sebelum memberitahuinya.

"Ya. Cepet bilang siapa yang berbuat gini sama kamu?"saking tidak sabarnya Rama langsung mengiyakan padahal dalam hatinya sudah dendam [ada orang yang telah menyakiti Alice.

"Maaf sebelumnya. Ta....tadi aku keluar rumah."Rama sudah tahu maksud dari pembicaraan Alice, Hingga langsung menyela ucapan Alice dan emosinya kini semakin memuncak.

"Jangan bilang kamu tadi keluar rumah tanpa seizin aku."Rama membelalakkan kedua matanya dan suaranya mulai terdegar meninggi. Mendengarnya langsung membuat keberanian Alice terasa lenyap begitu saja. Hal yang paling ditakutkan oleh Alice adalah saat Rama marah padanya.

"Ya mas. Aku merasa jenuh sekali di dalam rumah."Alice tidak bisa lagi membendung tangisannya, hingga kembali menangis lagi di depan Rama. Mendengar pengakuan istrinya lantas di kepala Rama tiba-tiba dihantui sosok Intan yang telah melukai Alice.

"Dan ini ulah Intan?"Rama menebak dan Alice mengangguk. Rama ingin memarahi Alice saat itu juga karena telah melanggar perintahnya tapi diurungkannya.

Rama mendekati tubuh Alice dan langsung memeluknya. Kesabarannya pada Intan sudah cukup sampai disini. Dia berniat akan memberikan peringatan pada Intan agar tidak lagi menyentuh apalagi menyakiti Alice. Sudah menjadi tanggungjawabnya sebagai suami Alice untuk selalu menjaga dan melindungi Alice. Biargimanapun juga Alice tidak bersalah dalam hal ini, hanya Rama saja yang begitu tidak manusiawi yang telah menjadikannya layaknya tahanan di rumah terus padahal Alice juga sama kayak orang-orang pada umumnya yang ingin menghirup udara bebas. Rama sadar kalau selama ini dia belum bisa tegas pada Intan. Sehingga Intan berani menyakiti Alice lagi sedangkan dia malah mengorbankan Alice untuk tunduk pada perintahnya menjauhi Intan dengan tidak boleh keluar rumah.

"Ayo sini duduk di sofa dulu."Rama melepaskan pelukannya dan menuntun Alice duduk di sofa. Saat duduk Rama langsung menghapus tetesan air mata Alice yang jatuh ke pipi. Hingga air matanya tidak terlihat lagi.

"Memangnya tadi kamu ketemu Intan dimana?"Rama berbicara dengan santai agar Alice tidak takut lagi. Alice merasa sedikit lebih tenang.

"A..aku tadi jalan-jalan sampai jalan raya. Terus aku capek jadi aku istirahat di warung es degan. Nah disana aku ketemu Intan."Alice menceritakan kronologi kejadiannya.

"Apa Intan tadi menyiram kamu es degan juga?"Rama mencium bau es degan sedari tadi di atas kepala Alice.

"Ya mas. Kok tahu?"Alice mengambil beberapa helai rambutnya lalu di endus-endusnya. Rama melihat tingkah lucu Alice ingin tertawa.

"Mas janji ini akan menjadi yang terakhir buat kamu disakiti Intan. Mas akan melakukan sesuatu pada Intan."Rama memasang muka tegas di hadapan Alice sambil membayangkan balasan yang cocok buat Intan.

"Nggak usah mas. Jangan apa-apakan Intan. Biargimanapun juga Intan berbuat kayak gitu karena masih suka sama kamu. Nanti suatu saat Intan pasti akan sadar sendiri kalau perbuatannya ini salah."kata ALice

"Lantas aku akan membiarkan Intan memperlakukanmu seperti ini terus... Dan aku biarkan kamu merasa jenuh selamanya dirumah demi menghidari Intan."Rama sedikit menggertak Alice.Alice mendengarnya hanya bisa menatap sendu dan berusaha mencernanya.

"Aku yakin Intan akan berubah dan sadar suatu saat nanti."Alice menarik tangan kanan Rama dan menggenggamnya. Dengan maksud memberikan keyakinan atas pernyataannya tadi kepada Rama.

"Pokoknya aku akan memberikan pelajaran buat cewek gila itu."Rama menarik tangannya dari genggaman Alice dan langsung berdiri membelakangi Allice.

"Mas aku mohon jangan sakiti dia."Alice memohon pada Rama dengan memelas berharap Rama tidak serius dengan niatnya tadi. Rama melihat wajah Alice jadi tidak tega dan bingung.

"Aku nggak mau Intan kenapa-napa. Apalagi terluka. Aku yakin dia pasti akan berubah."Alice meyakinkan Rama.

"Ok. Kali ini aku ampuni lagi Intan. Itu aja demi kamu. Kalau kamu tidak menyuruhku, aku akan memberi balasan pada cewek gila itu."Rama menarik nafas panjang dan langsung menuruti permintaan Alice.

"Tapi awas saja kalau nanti dia menyakiti kamu lagi aku tidak akan tinggal diam."ucap Rama. Alice tidak merespondnya.

"Ini."Rama menyerahkan piyama pink yang diambilnya dari almari. Seperti biasanya saat tidur pasti ALice akan memakai piyama.

"Makasih."Alice menerima piyama dari Rama. Sengaja Rama pergi ke kamar mandi membiarkan Alice untuk mengganti pakaiannya.

"Kok nggak dipakai celana piyamanya?"Rama tersentak melihat Alice belum mengganti celananya dengan piyama. Alice hanya memandang Rama dengan tatapan sendu.

"Mas aku nggak bisa memakai ini."Alice menunjukkan celana piyamanya sambil melihat kakinya. Rama baru ingat kalau kaki Alice terluka.

"Sini aku bantu."Rama langsung mendekati tubuh Alice dan membantunya tanpa menunggu jawaban dari Alice.

Saat celana Alice terlepas, Rama sekilas melihat kaki Alice terutama paha mulus seputih susu. Rama sempat tergoda dengan pemandangan barusan. Alice sempat berteriak pelan kala celana pendeknya mengenai kulitnya yang terluka. Setelah celananya tadi sudah diganti dengan piyama, Alice langsung direbahkan di kasurnya. Tanpa butuh waktu lama Rama juga ikut merebahkan tubuhnya disamping Alice.

"Ayo kita tidur."Rama menarik selimut untuk menutupi tubuh Alice hingga dada. Kedua mata Alice tidak henti-hentinya memandang wajah Rama sambil merasa tidak percaya kalau malam ini akan tidur seranjang lagi dengan Rama.

"Masih sakit kakimu?"Rama membelai kening Alice.

"Nggak kok. Cuma kalau lukanya tersenggol rasanya sakit."jawab Alice.

"Semoga besok lekas sembuh ya."Rama kini giliran membelai rambut Alice. belaian tangan Rama sungguh membuatnya begitu tenang. Saking halusnya belaian Rama, sampai-sampai Alice langsung ketiduran.