Chereads / AKHIRNYA CINTA / Chapter 24 - Part 24

Chapter 24 - Part 24

Cahaya pagi menerobos kaca jendela mengusik seorang perempuan yang masih meringkuk di balik selimut tebalnya terganggu. Kedua mata yang tadinya terpejam erat mulai mengerjap, terganggu akan datangnya sinar yang cukup menyilaukan.

"Huam." Alice menguap ditengah tubuhnya menggeliat, meregangkan otot setelah tidur nyenyak.

Alice terkejut menatap ke sekeliling kamarnya yang sudah nampak terang. Tidak biasanya dia tidur selama ini, ya maklum dirinya tengah kedatangan tamu bulanannya. Bukan berarti dia tidak shalat lantas bangun kesiangan. Tapi entahlah ada rasa yang tak biasa tidurnya semalam seperti nyanyak sekali. Tanpa diketahuinya, dia tidur nyenyak sekali karena didekap Rama dan itu mampu memberikan kehangatan dan kenyamanan yang tak pernah ia rasakan selama ini.

"Mas Rama?" Alice terkejut melihat ranjang sebelahnya kosong. Bukankah suaminya semalam sudah tidur seranjang dengannya, lantas dimana laki-laki itu sekarang. Apakah sudah bangun?

Alice beranjak dari ranjang dengan susah payah dimana nyawanya belum semuanya terkumpul. Tapi ia tak peduli, tangannya reflek mencepol asal rambutnya dengan ikat rambut yang sudah ada di pergelangan tangannya. Dia ingin melaksanakan tugasnya sebagai istri, menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum berangkat kerja.

Deg

Alice terkejut, langkahnya terhenti tepat di dekat meja riasnya yang terdapat nampan diatasnya ada roti dan segelas susu. Siapa yang menyiapkan semua itu? Alice mengernyit bingung penasaran.

Alice mendekat matanya memicing tertuju pada selembar kertas putih yang terdapat rangkaian kata.

Jangan lupa sarapan pagi. Hanya ada roti dan susu. Mas nggak sempat masak, ada meeting dadakan. (From your sweet husband)

Alice membacanya terharu, sudut bibirnya tertarik keatas membentuk senyuman. Tidak menyangka suaminya begitu perhatian sekali padanya.

Dret dret

Kesadaran Alice tertarik kembali, kepalanya menoleh ke arah ponselnya yang bergetar. Dia lalu menghampirinya penasaran ada apa pagi-pagi begini ponselnya berdering.

"Sudah bangun? Jangan lupa dimakan sarapannya." Alice terlonjak kaget menatap jam di ponselnya menunjukkan pukul 7.30 pagi.

Alice merutuki keterlambatannya bangun hingga Rama sudah bangung dan berangkat kerjapun tidak ia sadari. Alice merasakan perasaan bersalah tidak menunaikan tugasnya sebagai istri dan terkesan telah menelantarkan suaminya. Sedangkan Rama sudah begitu baik memerankan layaknya seorang suami pada umumnya, bekerja mencari rezeki kemudian menafkahinya serta mengasihi dan menyayanginya.

"Maaf." Lirih Alice merasa bersalah atas sikapya selama ini pada Rama yang mungkin tidak diharapkan Rama.

Di tempat yang berbeda Rama tengah sibuk mempersiapkan semua berkas yang dibutuhkan pada meeting nanti. Fokusnya kini tertuju pada pekerjaan saja sedangkan ponselnya telah ia matikan berharap tidak ada gangguan nantinya yang bisa membuyarkan konsentrasinya dalam bekerja.

Rama memang dikenal orang yang serius dan cekatan ketika dalam bekerja. Dan semua orang tahu akan hal itu. Apapun yang berkaitan dengan pekerjaan, laki-laki itu akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuannya. Bahkan dia bisa menumbangkan siapapun yang menurutnya mengusik bisnisnya.

Seperti sekarang Rama tengah berjalan di kantor diikuti Reza di belakangnya, aura gagah dan maskulin terpancar dari kedua laki-laki itu. Namun yang lebih menyita perhatian kaum hawa di kantor itu hanyalah Rama Adiwijaya. Mereka tergila-gila pada pesona Rama yang tidak lain adalah pemilik perusahaan tempat ia bekerja.

Rama berdecak kesal melihat tatapan penuh damba beberapa karyawatinya yang terlihat mencuri-curi pandang ke arahnya namun ia lebih memilih mengabaikan.

"Nasib laki-laki tampan banyak di gandrungi wanita. Sayangnya sudah miliki istri." Sindir Reza pelan namun bisa didengar Rama.

Rama berhenti sejenak menoleh menatap tajam kearah Reza yang berani membahas urusan istrinya di kantor. Dia tidak mau pernikahannya dengan Alicia diendus orang kantor. Menurutnya kehidupan pribadinya saat ini tidak ingin ia umbar layaknya hubungannya dulu bersama Intan yang terekpos umum. Menurutnya Alice adalah orang special yang ingin ia jaga dari ganggunan orang lain.

"Maaf bos. Lupa."

"Aku tak akan membiarkan orang lain menyentuh apalagi menyakiti istriku." Gemeletuk gigi keluar dari mulut Rama.

Hingga tibalah Rama di sebuah ruangan yang akan menjadi tempat meetingnya dengan klien bisnisnya. Sejenak helaan nafas ia keluarkan untuk mengusir hal-hal yang sempat mengganggu konsentrasinya tadi. Termasuk istrinya. Dia harus fokus bekerja demi kelancaran bisnisnya.

"Pagi semua." Sapa Rama hendak duduk menatap satu persatu klien bisnis yang sudah datang menyambutnya datang.

"Pagi Pak Rama. Maaf kami kesini ingin membicarakan proyek yang ada di Semarang mengalami kendala sengketa tanah."

Rama mengangguk datar dan jangan lupakan wajah tegas dan dinginnya yang tersembunyi di balik paras tampannya membuat orang lain terkesima sekaligus takut juga.

"Bukankah masalah tanah di proyek hotel kita disana sudah diurus? Lantas bagaimana bisa ada sengketa ini terjadi?"

"Benar pak. Memang semua urusan kepemilikan tanah telah mendapatkan ganti rugi namun tiba-tiba ada laporan ada beberapa orang yang menyatakan ada kesalahan dalam proyek kita. Dimana tidak semua warga menerima dan menyetujuinya dulu."

Rama menyeringai sinis, sudah ditebak sebelumnya kalau akan berujung seperti ini. Dia sudah malang melintang membangun bisnis dari nol, jadi mendengar urusan begini membuatnya tidak kaget.

"Urusan kita hanya pada beberapa orang itu setelah selesai."

"Tapi Pak, orang-orang itu sudah berniat ingin melaporkan kepada pihak berwajib atas kasus ini."

"Mereka menginginkan apa?"

"Menurut orang di lapangan mereka ingin ganti rugi."

"Cih."

"Reza urus masalah ini dengan kuasa hukum kita. tunjukkan bukti kesepakatan kita bersama warga yang terkena dampak pembangunan proyek kita. Termasuk bedebah tadi. Bungkam mulut mereka dengan itu. Kalau tidak mau kasus ini berkepanjangan dan semakin rumit yang bisa membawa mereka di balik jeruji besi. Posisi kita kuat disini karena telah mendapatkan tanda tangan dari pihak yang bertanggung jawab atas masalah ganti rugi itu. " Rama menatap Reza yang masih terdiam mencerna perintah bosnya itu.

"Jangan hamburkan uang hanya untuk melayani tindakan pemerasan yang dilakukan bedebah-bedebah itu." aura menyeramkan tergambar jelas dari raut muka Rama.

Reza tak berkedip memandangi Rama. Sungguh dia menganggap Rama memiliki dua topeng. Di kantor dikenal sebagai orang dingin dan cuek seakan tak ingin tersentuh sedangkan di rumah bertindak manis dan takluk pada seorang wanita yaitu Alice. Segitu cinta dan sayangnya pada Alice hingga mampu merubah karakter sebenarnya yang dimiliki Rama selama ini di kantor. Entahlah Reza merasa tidak percaya saja.

"Sungguh membuang waktu saja mengurusi hal yang tak berguna ini." gerutu Rama masih bisa didengar tamunya namun mereka memilih diam saja membiarkan sang petinggi mengumpat kesal.

Rama merasa waktu paginya bersama Alice tersita hanya untuk urusan sepele itu. Ya sepele karena nyatanya dia bisa mengatasinya dengan cepat bukan.