Kini kakinya sudah tidak terasa sakit lagi. Mungkin itu karena efek obatnya telah bereaksi dengan lukanya. Berhubung kakinya sudah sembuh dan Rama masih tertidur di sofa jadi dia ingin segera ke dapur untuk membuatkan sarapan spesial untuk Rama.
"Aku akan membuatkanmu makanan nasi goreng spesial mas. Cukup kemarin aja aku membuatmu harus sarapan di kantor."gumam Alice dalam hati memasak nasi goreng.
"Akhirnya sarapannya sudah jadi."Alice sudah memasak. Kini tinggal dipindahkannya ke meja makan.
"Kemana dia?"Rama mencari ALice yang sudah tidak ada di kasur. Bukannya kakinya masih terluka. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 05.30 Rama memutuskan untuk mandi dulu.
"Kamu sudah sembuh."Rama kaget melihat ALic eyang sudah menyiapkan sarapan untuknya. Rama menghampiri meja makan sambil melirik nasi goreng buatan Alice.
"Mas udah bangun?"Alice terkejut ketika melihat Rama sudah terlihat rapi dengan kemeja kantornya.
"Lukamu sudah sembuh?"Rama mendekati Alice dan langsung membungkuk melihat lutut Alice sebelah kanan.
"Udah kok mas."Alice merasa sungkan ketika Rama membungkuk ke kaki Alice yang berusaha memastikan luka Alice benar-benar sembuh apa tidak.
"Beneran udah nggak sakit lagi."Alice memastikan lagi karena Rama terlihat tidak percaya dengan ucapnnya. Mendengar pengakuan Alice, tiba-tiba Rama langsung mendekap tubuh Alice sambil menahan rasa bahagianya saat mendengar kesembuhannya itu. Sedangkan Alice merasa terkejut sekali ketika Rama mendekapnya dengat tiba-tiba. Tubuhnya terasa ingin jatuh kebelakang saat dipeluk, untungnya dia bisa menahannya, kalau tidak gimana coba jadinya.
"Aku nggak bisa fokus kerja mikirin kamu terus."Rama berbicara di telinga kanan Alice.
Mendengar ucapan Rama barusan membuatnya begitu tersentak, betapa tidak laki-laki yag sudah menjadi suaminya saat ini begitu sangat mencintainya. Bahkan dia tidak menyadarinya kalau lukanya kemarin menjadi beban suaminya ketika bekerja.
"M...mas."tiba-tiba mulutnya terasa kilu untuk menlanjutkan ucapannya.
"Aku merasa lega kalau kamu sudah sembuh."Rama mengeratkan pelukannya. ALice semakin tenggelam dalam pelukan Rama.
"Aku juga merasa senang, aku bisa masak lagi. Biar mas nggak kelaparan lagi."Alice berusaha bercanda sambil memegang pinggang Rama.
"Gitu ya."Rama tiba-tiba melepaskan pelukannya dan langsung mencubit pipi kiri Alice dengan pelan biar tidak sakit.
"Kok dicubit sih."Alice bingung sambil tersenyum.
"Biarin."Rama tidak mau menjelaskan dan langsung mulai duduk di kursi meja makan.
"Wah enak banget ini."Rama merasakan nasi gorengnya hari ini sangat enak sekali katimbang hari -hari kemarin. Alice memang berusaha membuat nasi goreng paling enak untuk rama hari ini.
Melihat Rama lahap sarapannya membuat hati Alice senang sekali. Tidak bisa dibayangkan hari kemarin Rama harus sarapan di kantor. Disamping itu pekerjaannya di kantor sangat banyak dan pasti butuh energy yang banyak.
"Udah kenyang aku."Rama mengusap mulutnya dengan tisu.
"Hati-hati ya mas di jalan."Alice berpesan kepada Rama sebelum berangkat dan langsung diangguki Rama.
"Di rumah aja. Jangan kemana-mana."pesan Rama sebelum berangkat kerja.
Setelah meja makan bersih semua, dia langsung istirahat di ruang keluarga sambil menonton televise. Dia mencari program televise yang disukai. Benar saja hari ini ada tayangan drama korea yang sangat disukainya. Kebetulan saat menonton drakor tersebut terdapat adegan berpelukan.
"Aku jadi ingat tadi."Alice tersenyum-senyum sendiri sambil mengingat kejadian tadi dengan Rama.
"Bro aku pulang dulu ya."Rama menepuk pundak Reza. Reza adalah orang kepercayaan Rama di kantor untuk mengurusi perusahaanya di Jakarta. Reza memegang posisi sebagai Konsultan Hukum di perusahan Rama. Mereka sering bercerita masalah pribadi. Keakraban mereka terjalin ketika tinggal satu kos saat kuliah. Reza juga tahu masalah antara Intan dan Rama.
"Lho mau pulang sekarang bro? Udah selesai semua meetingnya tadi?"Rama masuk ke dalam ruang kerja Reza sambil menenteng tas kecilnya. Reza menatap ke jam tangannya yang menunjukkan pukul15.00.
"Aku ada perlu sama istriku."kata Rama dengan santai.
"Lho kamu udah nikah ?"Reza terperanjat dari kursi yang didudukinya setelah mendengar pengakuan Rama kalau sudah memiliki istri.
"Hmmm."Rama mengangguk sambil tersenyum. Dia baru ingat kalau Reza kemarin tidak diundangnya saat pernikahannya digelar.
"Kita itu temen pa temen sih. Kamu menikah aja nggak ngasih tahu aku."Reza merasa kecewa pada Rama. Sudah menikah tapi tidak memberitahuinya apalagi mengundangnya. Tapi disisi lain juga merasa ikut senang karena Rama sudah tidak menjomblo lagi setelah putus dari Intan.
"Kemarin aku nikah di Bandung. Tamunya dari orang-orang terdekat aja."Rama menjelaskan alasannya tidak mengundang Reza.
"Aku bukan orang dekatmu bro."Reza mulai sedikit kesal.
"Udah udah jangan gitu. Nanti aku akan ngajak kamu ke rumah ku. Sekalian kenalan dengan istriku."Rama menghibur Reza.
"Namanya siapa?"Rama penasaran dengan istri Rama.
"Alice."jawab Rama singkat sambil minum air mineral botol yang ada di meja Reza.
"Aku jadi penasaran sama istrimu itu. Secepat dan segampang itu dia meluluhkan hatimu. Kamu sama Intan kan putusnya belum lama."Reza membahas hubungannya dengan Intan dulu.
"Jangan sebut nama itu lagi."Rama tidak suka Reza menyebut nama Intan di depanya.
"Kenapa emang bro. Lagian bener kan ucapanku."Reza tidak merasa bersalah dengan ucapannya tadi.
"Dia udah nggak waras lagi. Masak aku udah putus dengannya dan sekarang aku udah nikah sama Alice, tapi malah dia kemarin ngechat aku kalau dia akan menggganggu istri aku. Awalnya aku ngira dia hanya ngomong belaka aja, eh malah beneran kemarin aku jalan sama Alice ke mal dan tidak sengaja ketemu sama dia di parkiran. Tiba-tiba dari belakang dia langsung mendorong tubuh istri aku sampai tersungkur jatuh ke aspal. Alhasil kedua lutut Alice terluka kemarin."Rama menjelaskan panjang lebar mengenai Intan yang bertindak tidak masuk akal kepada Reza. Reza tifak menyangka Intan bisa berbuat senekat itu.
"Intan kok sampai segitunya."Reza tidak percaya setelah mendengar ucapan Rama barusan.
"Dia begitu karena belum bisa terima kalau kita udah putus apalagi aku tiba-tiba sudah menikah tanpa sepengetahuan dia. Makanya sekarang aku nyuruh Alice untuk di rumah aja. Biar nggak dinganggu lagi sama wanita gila itu lagi."Rama mulai dongkol sambil duduk di depan Reza. Didalam ruangan tersebut hanya ada dua orang saja yaitu Rama dan Reza.
"Bro kamu pasti udah gituan kan."Reza mengalihkan pembicaraannya dan memberikan kode ke Rama dengan jari-jemarinya. Rama malah jadi bingung dengan maksud Reza barusan.
"Itu yang kalau pasangan suami istri baru di kamar."Reza menjelaskan dengan senyum-senyum sendiri. Masak Rama nggak paham apa maksudnya.
"Dasar mesum."Rama menepuk jidat Reza karena kebanyakan senyum sambil memikirkan yang begituan.
"Pasti udah ya bro."Reza menebak kalau Rama sudah melakukan hal begituan. Rama sengaja tidak menjawab pertanyaan itu memang dia sama Alice belum begituan.
"Btw kasihan juga istri lho kurung di rumah."Reza merasa tidak tega mendengar ucapan Rama yang terkesan mengurung Alice tadi.
"Udah ya aku mau pulang dulu. Ngobrol sama lho malah nggak ada selesainya."Rama baru sadar kalau telah menghabiskan waktunya hanya ngobrol dengan Reza sementara tadi dia bermaksud ingin pulang lebih awal agar bisa menemui Alice di rumah. Saat hendak meninggalkan ruangan Reza, dia sengaja mendengar ucapan Reza barusan. Memang benar kalau dirasa-rasa Alice sudah dikurunganya di rumah selama ini. tapi dia pura-pura tidak mendengarnya sambil berjalan meninggalkan ruangan Reza.
Ceklek (bunyi pintu kamar mandi terbuka)
Mendengar suara pintu terbuka, Rama langsung membalikkan badannya kearah sumber suara. Betapa terkejutnya dia ketika kedua matanya menatap ke arah pintu kamar mandi, berdirilah seorang perempuan tidak lain adalah Alice. Pandangan Rama tidak henti-hentinya menatap Alice yang masih berdiri di depannya yang hanya memakai handuk putih saja. Alice baru saja selesai mandi dan tubuhnya masih terlihat sedikit basah walaupun sudah ada handuk yang melilit di sebagian tubuh Alice.
"M...mas udah pulang."Alice merasa malu karena memakai handuk putih saja di tubuhnya karena habis mandi. Tatapan Rama tidak sedikitpun menjauh dari tubuhnya. Dia sadar kalau tampilannya saat ini menggoda hasrat Rama. Ingin rasanya dia kembali ke dalam kamar mandi tapi itu tidak bisa karena dia sudah terlanjur keluar.
Rama mendengar ucapan Alice barusan tapi tidak dijawabnya lantaran dia masih fokus dengan tubuh Alice yang begitu cantik dan mulus putih. Rama sama seperti laki-laki pada umumnya, melihat pemandangan yang begitu menggoda seperti Alice itu membuatnya tidak bisa menahan hasratnya untuk segera melahapnya.
Benar saja Rama mulai berjalan mendekati tubuh Alice yang berdiri di depannya itu. Terlihat Alice sedikit takut karena Rama berjalannya begitu pelan kearahnya dan tatapan kedua mata Rama tidak henti-hentinya melihat tubuh moleknya dari atas ke bawah berulang ulang. Alice sesekali mengeratkan handuknya agar tetap kokoh melingkar ditubuhnya.
Setelah mendekati tubuh Alice Rama mencoba mencium bau harum dari tubuh Alice. Bau sabun yang dipakai Alice masih melekat ditubuhnya. Bau wangi itu semakin membuat Rama semakin tergoda untuk mendekatinya lagi. Hingga akhirnya Rama berjalan ke belakang tubuh Alice sambil mengendus-enduskan hidungnya menghirup bau wangi dari tubuh Alice.
"Mas mau apa."Alice semakin merasa takut dengan sikap Rama yang berjalan di belakang tubuhnya sambil menghirup badannya. Namun Rama juga tidak menjawab.
Alice tidak berani membalikkan badannya untuk melihat Rama yang sudah berjalan di belakang tubuhnya. Alice hanya bisa berpegangan dengan handuknya saja. Saat Alice dilanda rasa takut, tiba-tiba dia merasakan ada tangan yang melingkar dipinggangnya. Kemudian diikuti dengan kepala Rama yang sengaja disandarkan di pundak kirinya dan menciumi lehernya.
Alice merasakan ada hembusan nafas naik turun sambil menghirup sekitar lehernya. Kemudian Alice juga merasakan bentuk dada Rama yang bidang itu menempel di punggungnya. Alice ingin memberontak tapi tidak bisa hingga akhirnya dia hanya diam saja.
"Alice aku sudah lama menahan ini semua. Dan sekarang aku sudah tidak bisa lagi."Rama membisikkan kata-kata di telinga Alice sambil menghirup tubuh Alice yang berbau wangi. Entah kenapa Alice hari ini tidak bisa memberontak kepada Rama, malah kini Alice terlihat sedang menikmati apa yang terjadi.
"Alice."Rama membalikkan tubuh Alice ke arahnya dengan tiba-tiba. Alhasil kini Alice sudah berhadapan dengan Rama.
"Alice."Rama mendongakkan dagu Alice ke atas agar menatap mata Rama.
"Mmmuah."Rama tiba-tiba mencium bibir Alice.
Alice tidak menduga kalau Rama akan benar-benar menciumnya dengan begitu tiba-tiba. Dengan penampilannya itu dia sadar kalau tubuhnya yang hanya dibalut sehelai handuk putih ditambah lagi, baru habis mandi tentu sangat menggoda Rama untuk menuruti hasratnya yang selama ini ditahannya. Dia sebenarnya tidak berniat seperti itu tapi ini memang tidak disengajanya. Mungkin ini sudah waktunya untuk melayani kewajibannya sebagai istri Rama.
Rama menciumi bibir Alice dengan begitu pelan. Merasakan bibir Rama yang sudah menempel di bibirnya, Alice hanya bisa pasrah merasakan setiap ciuman Rama. Bahkan tangan kiri Rama sudah mulai naik dari pinggang menuju ke tengkuk leher Alice untuk memberikan tekanan agar kepala Alice semakin dekat dengan Rama.
Alice ingin rasanya menghentikan ciuman itu, tapi tidak bisa dilakukan karena kedua tangannya masih memegangi handuknya. Dia takut ketika tangannya memberontak malah membuat handuknya terlepas dari tubuhnya. Hingga akhirnya dia pasrah saja mengikuti setiap ciuman bibir Rama yang sudah berpindah-pindah. Setelah lama menciumi bibir Alice, kini ciuman Rama sudah mulai berpindah turun ke leher Alice. sedangkan tangan kirinya masih memegangi tengkuk leher Alice. Rama kini tidak bisa mengendalikan nafsunya.
"Ini sudah waktunya aku menunaikan kewajibanku."batin ALice sambil menutupkan kedua matanya.
Setelah puas berciuman, kini Rama menggendong istrinya menuju kasur. Hingga akhirnya sampailah diatas kasur. Rama merebahkan tubuh Alice dengan pelan diatas kasur empuknya. Rama mulai membelai-belai ujung rambut Alice yang kini terurai lurus kebawah. Memang sengaja saat mandi rambutnya tidak dikeramas tadi.
Alice kini sudah terbaring tepat dibawah tubuh Rama sambil memandang wajah Rama yang ada diatasnya. Pandangan Alice masih terpaku pada wajah Rama yang terlihat begitu tampan sekali. Walaupun habis pulang kerja dan belum sempat cuci muka wajahnya tetap saja masih terlihat tampan.
"Kamu siap?"Rama mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Alice dan berbicara pelan. Alice hanya diam saja karena bingung dengan maksutnya. Ditambah lagi posisinya yang berada dibawah tubuh Rama membuatnya sedikit grogi.
Tidak ada jawaban dari istrinya, Rama langsung menjauhkan wajahnya dari telinga Alice dan mulai melihat ke arah handuk Alice yang masih dipengangi Alice karena takut lepas. Alice memeganginya begitu kuat sekali.
"Boleh?"Rama memegang handuk yang dipegang kedua tangan Alice sambil memandang Alice berharap dibolehkannya untuk dilepas. Alice hanya bisa diam saja tapi kedua tangannya sedikit demi sedikit melepaskan handuk dengan pelan. Hingga akhirnya kedua tangan Alice kini sudah tidak memegangi handuknyaa.
Rama melihat Alice begitu nurut dengannya, membuatnya begitu senang karena sekarang Alice sudah bersedia untuk diajak melakukannya. Alice menjatuhkan kedua tangannya diatas selimut sambil mencengkramnya dengan begitu kuat karena takut membayangkan apa yang akan terjadi padanya.
Dret dret dret , bunyi suara handpone Rama berbunyi
Rama tidak sadar kalau handponenya masih berada di dalam saku celananya. Rama kaget setengah mati ketika mendengar bunyi handpone begitu keras sekali. Rama segera bangun dan langsung memakaikan handuk yang telah dilepasnya ke tubuh Alice lagi.
"Kurang sedikit aja."Rama terlihat kesal kenapa handponenya tadi berbunyi. Ternyata ada pesan dari Reza yang memberitahukannya kalau dia akan bermain kerumah Rama besok. Rama menjadi emosi sendiri karena Reza. kalau saja Reza tidak menghubunginya pasti dia sudah melakukannya dengan ALice. Lagian dia juga salah handpon masih di sakunya.