Chereads / AKHIRNYA CINTA / Chapter 11 - Part 11

Chapter 11 - Part 11

Tanpa sepengetahuan Rama dan Alice, diam-diam kedua orangtua Rama datang ke rumah Alice. Mereka berniat membahas rencana pesta pernikahan anak mereka yang masih belum jelas kemarin. Pak Bambang dan Bu AMira bertamu ke rumah calon besannya pagi hari saat Alice dan Rama sudah berangkat kerja. Mereka tahu kalau Rama dan Alice sama-sama sibuk bekerja jadi kalau tidak dibantu mengurusi pesta pernikahannya malah kerepotan sendiri nantinya merekanya.

"Permisi."Pak Bambang mengetuk pintu rumah Alice.

"Lho Pak Bambang dan Bu Amira."Bu Zubaidah membukakan pintu dan terkejut mereka.

Melihat kedatangan calon besannya mendadak sempat membuat Bu Zubaidah kaget. Kebetulan hari ini suaminya libur kerja hari ini. Sedangkan Alice sudah berangkat kerja ke kantor.

"Silahkan masuk. Bentar saya panggilkan suami saya."Bu Zubaidah mempersilahkan calon besannya duduk di ruang tamu.

"Yah, calon besan kita datang hari ini."Bu ZUbaidah memanggil suaminya yang duduk di kasur kamar.

"Kesini."Pak Salim terlihat kaget mendengarnya.

"Saya juga nggak tahu yah. Keluar dulu yuk."Saran Bu Zubaidah diikuti pula Pak Salim ikut keluar untuk menemui calon besannya.

Sesampainya Pak Salim di ruang tamu, mereka langsung duduk bersama. Pak Bambang dan Bu Amira duduk berdampingan menghadap tempat duduk Pak Salim.

"Maksud dari kedatangan kamikesini adalah mau membahas tentang pernikahan anak kita, Pak. "Pak Bambang langsung berterus terang maksud kedatangannya dengan istrinya pagi-pagi ini

"Nanti kalau semisal mereka nggak setuju dengan rencana kita gimana Pak?"Pak Salim heran pada Pak Bambang yang terkesan buru-buru.

"Tahu lah pak, anak-anak kita sama-sama sibuk bekerja. Jadi kalau kita nggak bantu nanti mereka bisa kerepotan ngurusi pesta pernikahannya. Kan bapakntahu kalau mendekati hari H itu ada-ada aja masalahnya."Bu Amira menjelaskan sambil menatap Pak Salim. bi Zubaidah sebenarnya sepemdapst dengan Bu Amira karena memang betul ketika mendekati hari H boasanya ada2 saja masalah yang muncul. Jadi buat antisipasinya mereka mau membantu Rama dan Alice mengurusi pesta pernokahan mereka walaupun mereka tidak meminta bantuan.

"Ya sih bu. Emang benar. mereka kan pada sibuk."Bu Zubaidah sependapat dengan Bu Amira.

Setelah berdiskusi cukup lama akhirnya mereka sepakat kalau pernikahan anak mereka digelar di rumah ALice saja. Hal itu lantaran rumah Alice lokasinya cukup luas. Masalah gaun pengantinnya mereka serahkan pada yang menikah. Begitupula dengan konsep pernikahnnya sendiri juga diserahkan kepada Rama dan Alice. Orangtua tinggal melihat pilihan mereka saja nantinya. Yang penting bagi mereka, Rama dan Alice bisa menjadi sepasang suami istri yang sah dihadapan hukum dan agama secepatnya.

Karena maksud Pak Bambang dan Bu Amira sudah selesai dimuyawarahkan bersama kedua orangtua Alice mereka langsung pulang. Karena Pak Bambang masih ada urusan yang harus diselesaikan.

"Tumben ayah sama mamah duduk bersama di situ?"Alice meletakkan gelas yang habis diminumnya sambil menatap kedua orangtuanya yang sedang duduk di ruang keluarga.

"Kamu bisa kesini nak?"tanya Bu Zubaidah.

"Bentar."Alice merasa bingung.

"Tadi kedua orangtua Rama kesini. Kami tadi berdiskusi rencana pernikahan kalian."Bu Zubaidah membuat Alice terkejut ketika tahu orangtua Rama tadipagi datang ke rumahnya.

"Terus mah."Alice penasaran dengan hasil diskusi mereka.

"Kami sepakat kalau rencana pernikahan kalian akan diselenggarakan minggu depan di rumah kita. Mengenai konsep pernikahan dan baju pengantinnya kita serahkan sama kamu dan Rama."Pak Salim menatap Alice.

Alice mendengarnya langsung terdiam. Dia masih tidak menyangka kalau mereka telah sebegitu tidak sabarnya menanti hubungan dirinya dan Rama menjadi suami istri yang sah. Jujur perasaan Alice saat itu merasa bimbang. Biargimanapun juga dia punya masa lalu bersama Panji yang belum putus ikatannya namun harus kandas sepihak karena dirinya akan menikah dengan Rama. Dari lubuk hatinya yang paling dalam masih susah untuk menghilangkan jejak Panji dari perasaannya. Tapi sekarang dia sudah pasrah akan nasibnya.

"Gimana nak?"Bu Amira menyadarkan lamunan anaknya.

"Ya saya ikut saja mah."Alice berusaha menutupi perasaan bimbangnya karena tiba-tiba keingat sama Panji.

"Ayah sama mamah sangat lega kalau nanti kamu sudah menikah dengan Rama. Kami lebih suka dengan Rama daripada pacarmu itu. Siapa namanya, Panji. Kalau dia memang ingin serius sama kamu ya bisalah nyempetin datang ke rumah. Walaupun hanya sekedar berkenalan saja. Ini malah nggak sama sekali. Akibatnya kamu malah digantungin kayak gini. Kamu udah berusaha menghubunginya tapi malah nggak direspond. Kamu adalah anak kami satu-satunya. Dan tentu saja kebahagian kami ketika melihat kamu menikah dengan laki-laki yang kamu cintai." Jelas Bu Zubaidah menasehati ALice.

"Papah juga ingin kamu punya seorang laki-laki yang bisa menjagamu sepenuhnya."Pak Salim terlihat berat mengungkapkannya. Serasa tidak ingin melepas anaknya.

"Kami percaya kalau Rama bisa membahagiakanmu, menyayangimu, dan melindungimu. Dia itu anak baik-baik, bukan karena kaya atau tampan, tapi kami sudah mengenalnya dari kecil ketika masih bermain denganmu dulu. Dia selalu melindungimu dan menyayangimu."Pak Salim terlihat tidak kuat lagi mengucapkan kata-kata bijaknya kepada Alice. Alice mendengarnya terharu sekaligus membenarkannya, memang Rama adalah sosok laki-laki yang penyayang baginya.

"Ya nanti aku akan mendiskusikannnya dengan Rama ya mah."Alice hendak ke kamar. dia ingin menghubungi Rama.

Sesampainya di dalam kamar dia langsung menumpahkan rasa sedihnya. Entah kenapa hatinya saat ini begitu sedih sekali. Dia masih sulit melupakan Panji sepenuhnya dari perasaannya. Ditambah lagi dengan rencana pernikahannya dengan Rama sebentar lagi. Tapi melihat orangtuanya yang sudah bahagia sekali dengan perniakah dirinya dengan Rama juga membuatnya bahagia. Ditambah lagi memang dirinya sudah mulai suka dengan Rama. Walaupun rasa sukanya pada Panji lebih besar daripada ke Rama.

Dret dret, bungi hp Alice.

"Ya Ram ada apa."Alice menata suaranya agar tidak terdegar sedih. Rama malah sudah menelepon duluan.

"Kamu sudah tahu berita dari orangtuamu?"Rama bertanya.

"Udah kok."Alice tahu maksud Rama.

"Kamu setuju kan?"Rama bertanya keputusan Alice.

"Ya aku setuju juga. Terus konsepnya nanti kayak gimana?"Alice mengucapkan dengan biasa.

"Nanti kita omongin. Nanti aku akan ke rumahmu. Aku ajak kamu keluar."kata Rama dan Alice menyetujuinya.

"Kemana?"Alice penasaran.

"Udahlah ikut aja."Rama.

Belum dijawab Rama tiba-tiba sudah mematikan teleponnya. Alice hanya bisa pasrah akan ajakan Rama. Akhirnya dia bersiap-siap untuk mencari baju yang akan ia kenakan saat pergi dengan Rama. Tidak butuh waktu lama Rama sudah sampai di depan rumah Alice.Rama meminta izin kepada kedua orangtua Alice untuk mengajak anaknya keluar. Pak Salim dan Bu Zubaidah langsung mengizinkannya.

"Rama keluar dulu ya tante."Rama menggandeng tangan Alice.

"Iya nak hati-hati ya."pesan Bu Zubaidah kepada Rama dan Alice. Sedangkan Pak Salim hanya menatap kedua sejoli itu dengan senyum.

Di dalam mobil Alice merasa penasaran, ia hendak dibawa Rama kemana. Ia hanya bisa menurut saja tanpa melakukan perlawanan. Rama yang tengah fokus menyetir mobil berusaha mengajak Alice bicara.

"Alice, aku mau nanti pernikahan kita digelar privat aja ya. Jadi kita hanya mengundang keluarga terdekat saja."Rama menghentikan mobil di pinggir jalan yang sepi.

"Gitu ya."Alice tidak merasa terganggu dengan ide Rama. Alice lebih suka dengan suasana tidak begitu rame.

"Kamu setuju?"Rama menatap Alice.

"Aku sih setuju. Terserah kamu aja."Alice nurut sama ide Rama.

Rama mendengar persetujuan dari Alice merasa lega karena Alice sependapat dengannya. Memang Alice itu tergolong anak yang mudah diatur dan penurut. Hal itulah yang membuat Rama suka dengannya selain dia cantik dan baik hati.

"Ok kita makan di café ini ya. Kamu pasti laper."ajak Rama.

"Ya."Alice merasa lega akhirnya tidak horror lagi, berada di dalam mobil berdua saja di pinggir jalan yang sepi.

Setibanya di café, Alice langsung dipersilahkan duduk dulu sama Rama. Sedangkan Rama berusaha mencari pelayan dan memilih menu makan yang akan dimakan bersama dengan Alice. Pasti pilihan Rama tidak akan ditolak oleh Alice.

"Ini makanannya aku yang pesan ya. Pasti kamu suka."Rama pede banget akan pilihan makanannya.

"Tumben nggak tanya sama aku dulu."Alice heran denga Rama yang ternyata sudah memesan makanan untuknya.

"Udahlah pasti kamu suka."Rama nyengir dengan tatapan penuh percaya diri.

"Ok lah aku tunggu aja."Alice menganggukkan kepala.

Setelah beberapa menit kemudian pelayan restaurant menghantarkan makanan yang telah dipesan Rama. Benar saja makanan yang telah dipesan Rama untuknya ternyata memang makanan kesukaan Alice. Tentu saja Alice merasa senang sekali. Sebelumnya dia belum pernah bilang kepada Rama mengenai makanan favoritnya.

"Kamu tahu dari mana kalau aku suka gado-gado?"Alice menatap Rama dengan heran.

"Apa sih yang nggak aku ketahui dari kamu."Rama mencolek dagu Alice dengan pelan.

"Ramaaaa."Alice terlihat malu tapi juga senang.

"Silahkan dimakan sayang."Rama menatap Alice. ALice terkejut mendengar panggilan sayang dari mulut Rama langsung.

Tanpa butuh waktu lama Alice langsung memakan gado gado tersebut hingga habis. Bahkan di depan Rama, Alice terlihat biasa saja makannya. Tidak ada gaya makan sok cantik di hadapan Rama. Rama yang duduk di depannya dan belum menyantap makanannya karena masih asyik memandangi wajah calon istrinya itu tidak digubris oleh Alice.

"Enak ya."Rama berusaha mengajak bicara Alice saat sedang menikmati gado gado.

"Enak. Mau?"Alice menawarkan satu suapan buat Rama.

"Mau."Rama membuka mulutnya kea rah Alice karena itulah yang ditunggu-tunggunya, Alice menyuapinya.

"Hmm."Alice mendaratkan satu sendok gado gado ke mulut Rama.

"Btw kamu kenapa kok ingin pernikahan kita kayak gitu?"Alice pernasaran kepada Rama.

"Lebih suka saja kalau nikahnya nanti hanya dihadiri keluarga saja."Rama sebenarnya tidak ingin adanya kehadiran Intan saja.

"Untuk beberapa karyawan perusahaan juga tidak akan kita undang. Hanya beberapa saja yang akan diundang sebaga wakil dari perusahan di acara pernikahan kita."Rama memberitahu ke Alice.

"Teman-temanku kantor juga tidak akan aku undang?"Alice menanyakan hak temannya. Rama menggeleng dengan cepat.

"Jujur ya kita menjalani hubungan ini cepat sekali. Bahkan teman-teman kantorku nggak tahu kalau nantinya aku akan menjadi istri dari direktur mereka. Apa ini nggak terlihat aneh gitu."Alice berbicara sendiri tanpa menatap Rama. Rama tahu perasaan ALice, menjalani hubungan secara diam-diam.

"Lebih baik nggak usah aja. Kamu kan masih baru. Alice, aku ingin setelah kamu menikah dengan aku kamu berhenti bekerja. Aku mau kamu menjalankan peran istri sepenuhnya dan menjadi ibu rumah tangga dengan baik di rumah."Rama menjelaskan keinginannya kepada Alice sambil memegang tangan Alice di atas meja.

"Keluar?"Alice terlihat kaget akan pernyataan Rama tersebut.

"Ya. Nanti kalau kita sudah terikat tali pernikahan, itu berarti aku mempunyai kewajiban untuk menafkahimu lahir dan batin. Dan kamu mempunyai kewajiban untuk melayaniku."Rama terlihat serius berbicaranya.

Semua yang dikatakan Rama memanglah benar. Tidak ada salahnya kalau Rama memberikan penjelasan tersebut. Tapi dalam hati Alice berbicara kalau dia masih ingin bekerja walaupun sudah menikah dengan Rama. Tapi dia tidak bisa menolak keinginan calon suaminya itu. Istri bisa bekerja membantu suami kalau memang suami mengizinkannya. Kalau tidak diizinkan berarti istri tidak boleh bekerja.

"Tadi kedua orangtuaku juga sudah menjelaskan kemauanku itu ke orangtuamu. Dan orangtuamu juga setuju."Rama menambahkan pernyataannya.

"Oh ya."sempurnalah sudah untuk tidak berusaha menolak keinginan Rama karena keduaorangtuanya juga sudah setuju rencana Rama tersebut.

"Nanti setelah kita menikah kita akan tinggal di Jakarta."Rama mengagetkan Alice dengan beberapa rencana yang telah dibuatnya.

"Di Jakarta? Di rumah siapa?"Alice membelalakkan matanya menatap Rama karena terkejut. Itu berarti kemungkinan nanti dirinya akan bertemu kembali dengan Panji disana.

"Di rumahku.."kata Rama.

"Kamu punya rumah sendiri disana?"tanya Alice.

"Hmm."Rama menjawab sambil meminum es nya.

Rencana-rencana Rama sudah membuat Alice terkejut sekali. Dia tidak menduga Rama telah menyusun rencana sebanyak dan serinci itu untuk urusan rumah tangganya. Alice berusaha berpikiran positif saja kepada Rama. Pasti Rama ingin yang terbaik untuknya dan keluarga kecilnya nanti.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, Rama mengajak Alice untuk pulang karena Alice sudah terlihat capek sekali. Itu terlihat dari raut wajah Alice yang sudah mulai mengantuk. Setelah Rama membayar semua makanan yang telah dipesan, langsung mengajak Alice masuk ke dalam mobilnya. Alice duduk di sampingnya sambil terlihat menguap terus.

"Ngantuk ya?"Rama menolehkan pandangannya kea rah Alice sambil menancap gas mobil.

"Hmm."Alice mengangguk.

"Ya sudah kamu tidur dulu aja. Nanti kalau sudah sampai rumah, aku bangunin."Rama meneglus rambut Alice dengan halus.

Rama melihat Alice sudah terlelap tidur disampingnya. Dia tidak henti-hentinya memandangi wajah Alice ketika tidur. Wajah manis Alice yang sedang tidur menyita perhatian Rama. Hingga akhirnya Rama menghentikan laju mobilnya ke pinggir jalan. Karena tidak mau terjadi apa-apa karena sering tidak fokus mengendarai mobil.

"Alice kamu itu wanita terbaik yang pernah aku temui. Aku harap kamu bisa menjadi pendampingku seutuhnya dan selamanya."Rama mendekatkan bibirnya ke arah kening Alice.

Rama tidak bisa menahan niatannya untuk mengecup kening Alice. Dia seberani itu karena posisi Alice masih terlelap dalam tidur. Jadi Alice tidak tahu. Kalau saja tidak tidur Rama tidak akan berbuat senekat itu. Setelah melakukannya dia langsung menancap gas mobilnya lagi.