Rama melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mandi. Setelah selesai, Rama keluar menuju meja makan untuk sarapan bersama Alice. Sesampainya di meja makan, Alice terlihat sibuk menata makanan di atas meja. Alice memasang senyum manisnya ke arah Rama yang saja datang.
Alice terlihat menampakkan wajah tersenyumnya kearah Rama. Walaupun di bibirnya masih terlihat bekas luka gigitan Rama, namun wajah cantiknya tetap saja tidak berkurang. Rama melihatnya senang sekali tapi disisi lain juga merasa bersalah pada Alice ternyata luka gigitannya cukup parah juga. Warna merah masih terlihat disana pertanda lukanya emang parah dan dalam.
"Mas silahkan sarapan dulu."Alice memasang senyum manis menyambut Rama. Disambut Alice dengan manis malah membuatnya malu sendiri. Bukannya marah atas perbuatannya tadi malam eh ini malah dia baik kepadanya. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa tadi malam.
"Hmmm."Rama masih fokus pada bekas luka gigitannya di bibir Alice.
"Mas mau makan apa?"Alice terlihat semangat sekali mengambilkan piring untuk Rama. Sikapnya ini malah membuat Rama semakin heran.
"Terserah."jawab Rama dengan singkat. Alice dengan cekatan mengambil makanan yang disukainya yaitu nasi goreng dan diatasnya dikasih telur dadar.
"Apa itu masih terasa sakit."Rama tiba-tiba mengungkit bekas gigitannya.
"Ini. nggak papa kok mas."Alice menunjuk luka di bibirnya dengan jari telunjuknya. Sebenarnya masih terasa perih ketika dia sedang berbicara. Tapi dia berusaha untuk menahan rasa sakit dan perihnya. Rama tahu kalau Alice sedang berbohong karena luka dibibirnya masih terlihat basah.
Selesai makan, Alice langsung membereskan dan membersihkan meja makan. Setelah dirasa sudah bersih, Alice melihat Rama sedang memainkan ponselnya. Dia hendak memberitahu dan meminta izin kepada Rama keluar sebentar untuk membeli bahan-bahan dapur seperti sayuran, buah-buahan dan ikan. Karena stok di kulkas hampir habis. Jadi dia mau pergi berbelanja di toko swalayan terdekat.
"Mas aku mau izin keluar dulu. Mau belanja soalnya stok sayur dan ikan di kulkas mulai menipis."Alice duduk di samping kursi Rama yang sedang memainkan ponselnya tapi masih mendengar perkataan Alice..
"Mau beli sayur? Sini aku obatin dulu lukamu."Rama melepaskan ponselnya dan langsung mengambil kotak P3K. Luka bibir Alice kini sudah diobati Rama.
"Makasih Mas."Alice terharu dengan perhatian Rama barusan. Dirinya sampai lupa untuk mengobati lukanya. Ya meskipun dia tahu kalau lukanya itu sepenuhnya karena ulah Rama.
"Ya sudah aku pamit keluar bentar dulu ya mas."Alice mencium punggung tangan Rama. Baru kali ini dia keluar rumah. Dan dia sendiri tidak tahu kemana dia harus membeli sayurnya. Tapi hatinya juga merasa senang sekali karena ini pertama kalinya dan yang paling ditunggu-tunggunya bisa jalan-jalan keluar rumah.
Setelah mendapatkan izin dari suaminya, Alice langsung beranjak dari kursi dan melangkah keluar. Dia berbelanja dengan mengenakan pakaian kaos lengan panjang dan celana pendek. Rambutnya dibiiarkan terurai begitu saja.
"Aduh. Kenapa aku biarin dia pergi sendirian. Dia kan nggak tahu lokasi sini. Nanti kalau tersesat."Rama menepuk jidat teringat kalau Alice baru pertama kalinya keluar rumah setelah sebulan menikah dan menetap disana. Rama khawatir kalau Alice akan tersesat.
"Iya."Alice menengok kebelakang saat dia tengah asyik menyusuri jalan. Karena mendengar namanya dipanggil seseorang.
"Ayo aku antar."terlihat wajah Rama merasa lega sekali saat melihatnya.
"Nggak papa emangnya mas."Alice terlihat heran kenapa tiba-tiba Rama mau mengantarnya. Bukannya tadi dia sudah mengizinkannya pergi sendirian.
"Ayo cepat. " Alice langsung menbonceng di belakang Rama. Motor Rama kini berjalan semakin menjauh dari rumah mereka.
Rama melajukan motornya ke supermarket terdekat yang menjual sayur dan buah-buahan. Sesampainya disana Rama langsung memarkirkan motornya. Alice langsung masuk ke dalam. Dia merasa aneh dengan adanya suara langkah yang terus mengikutinya dari belakang. Hingga akhinya dia menoleh kebelakang.
"Mas."suara Alice terlihat kaget sekali pada Rama yang sudah berdiri dibelakangnya.
"Hmmm."jawab Rama sambil tersenyum.
"Mas kenapa ikut aku ke dalam?"Alice terlihat heran pada Rama.
"Menemanimu lah."Rama menjawab dengan suara datar.
"Nggak usah lah mas. Aku bisa sendiri."Alice sambil tersenyum. Rama tidak akan membiarkan Alice pergi sendirian.
"Ayo cepat."Rama seolah-olah memaksa. Akhirnya Alice melanjutkan jalannya sambil beriringan dengan Rama.
Terlihat Alice sedang memilih sayur-sayur yang sedang dibutuhkannya. Rama masih setia menemani disamping Alice. Rama dengan sabar mengikuti langkah kaki Alice kemanapun dia pergi. Tanpa disadari beberapa pasang mata Ibu-ibu yang sedang berbelanja disana menatap kearah mereka berdua karena baper akan keromantisan mereka.
"Ayo mas ke kasir."Alice sudah mengambil beberapa sayur yang dibutuhkannya. Kemudian mengajak suaminya ke kasir. Dia tidak betah dengan tatapan ibu-ibu disana yang seolah-olah tidak bisa berhenti menatapnya.
Setelah membayar semuanya, Alice dan Rama keluar menuju parkiran. Rama langsung memboncengkan Alice. Selama perjalanan mereka tidak banyak bicara.
Setibanya di rumah, Rama langsung memakirkan motornya di garasi. Sedangkan Alice langsung masuk ke dapur dan menaruh semua belanjaannya di kulkas. Dia menata sayur-sayur yang telah dibelinya tadi dengan rapi di kulas. Setalah itu, Alice membuatkan teh hangat untuk suaminya.
Ternyata suaminya sedang duduk di halaman belakang rumah. Alice menghampirinya dengan membawakan teh hangat untuk Rama. Alice duduk disamping Rama.
"Ini mas teh hangat."Alice menyodorkan teh hangat di depan Rama. Rama kaget Alice muncul dengan tiba-tiba.
Alice menemani Rama duduk di halaman belakang. Dia berusaha mendekati Rama dengan pelan. Biargimanapun juga Rama sudah menikahinya dan telah menjadi suaminya. Sudah sewajibnya Alice mencinta dan menyayanginya dengan sepenuh hati. Hanya dengan ini dia bisa mulai belajar menyayangi Rama.
"Silahkan diminum teh nya mas."Alice menatap Rama yang tidak kunjung meminum teh buatannya.
"Makasih."Rama menghargai usaha Alice.
"Kamu nggak boleh keluar rumah sendiri seperti tadi."Rama membuat Alice terkejut.
"Kenapa memang mas?"Alice fokus pada Rama karena ingin tahu alasan Rama berbicara seperti itu.
"Nurut aja."perintah Rama. Alice langsung terdiam dengan bentak Rama. Walaupun Rama tidak terlihat sedang membentaknya tapi dia tahu kalau Rama tidak ingin dibantah. Sebenarnya Rama khawatir juga pada Alice kalau nanti terjadi apa-apa di jalan. Rama juga baru ingat kalau Intan masih tidak suka dengan Alice. Bisa saja kalau Intan ketemu dengan Alic malah berbuat yang tidak-tidak tanpa sepengetahuannya.
"Ya mas."Alice nurut.
"Aku harap kamu selalu ingat pesanku tadi. Jangan keluar rumah sendirian. Kalau aku sedang kerja, usahakan selalu tetap di rumah. "Rama terlihat mulai mengatur Alice. Mendengar perintah Rama yang cenderung mengancam semakin membuatnya penasaran. Sebenarnya ada apa dibalik perkataannya itu.
"Ya mas."Alice terlihat pasrah dan nurut saja.
"Kamu kemarin telpon orangtuamu?"Rama memulai pembicaraan dengan Alice agar tidak terlihat serius lagi.
"Ya mas. Kemarin aku nelpon mamah."Alice menjawab dengan santai.
"Kalau kamu kangen sama mereka, telpon saja."Rama terlihat santai lagi. Alice mendengarnya menjadi lega dan tidak takut lagi.
"Ya mas. Mas aku mau bicara."Alice memberanikan menatap wajah Rama.
"Apa?"Rama menoleh ke arah Alice.
"Aku sudah berusaha melupakan Panji. Dan aku akan fokus untuk selalu mencintaimu dan menyayangimu."Alice terlihat erius dari sorot tatapan matanya. Rama mendengarnya terlihat senang dengan apa yang baru diucapkannya tadi.
"Aku akan pegang ucapanmu."Rama percaya dengan pernyataan Alice. Sebenarnya telinganya sakit kala medengar nama Panji tapi dia tahan.
"Tapi aku mohon mas. Kasih aku waktu untuk bisa melayanimu sesuai apa yang kamu mau."Alice terlihat memohon.
"Apa maksutmu?"Rama terlihat sulit mencerna perkataan Alice barusan.
Alice bingung harus menjelaskannya kayak gimana. Dia malu harus menjelaskannya di depan Rama langsung. Mau tidak mau dia harus menjelaskannya pada Rama.
"Aku tahu kewajiban sebagai seorang istri. Terutama dalam hal melayani suami."Alice tiba-tiba berhenti berbicara karena bingung harus melanjutkan perkataannya. Karena dia merasa malu menjelaskannya. Seketika Rama langsung paham dengan maksud Alice.
"Bicara yang jelas sama aku."Rama sebenarnya tahu apa maksud Alice. Pada umumnya kalau ada sepasang pengantin yang sudah menikah pasti akan melakukan hubungan suami istri. Tapi dia pura-pura tidak tahu. Rama kali ini ingin menggoda Alice.
"Mas pasti ingin mempunyai anak. Sebagaimana mestinya pernikahan pasti mengharapkan keturunan. Kamu juga pasti seperti itu."Alice langsung berterus terang dihadapan Rama berharap Rama segera paham dengan apa yang dia maksut.
"Terus."Rama memancing Alice untuk terus berbicara dengannya. Dengan begitu dia bisa memandang wajah manis Alice yang sedang berbicara.
"Aku akan melayanimu. Tapi tolong kasih aku waktu ya mas."Alice memohon.
"Tapi kamu juga harus tahu, aku laki-laki pada umumnya yang ingin segera mempunyai keturunan. Suatu saat nanti aku akan memintanya. Jadi jangan lama-lama."Rama memandang Alice dengan tatapan serius.
"Ya mas.."Alice langsung mengerti dan menganggukkan kepalanya.
"Terus dimana Panji sekarang?"Rama ingin tahu seberapa pedulinya Alice pada Panji.
"Aku tidak tahu. Aku nggak pernah komunikasi lagi dengannya setelah kita diwisuda."Alice terlihat sedih kala harus membahas Panji.
"Tidak ingin mencari tahu keberadaan Panji?"Rama terlihat memancing.
"Aku sudah punya kehidupan baru. Dan aku sudah punya suami. Aku tidak akan menoleh lagi ke belakang. Aku akan fokus sama kehidupan baruku bersamamu Mas."Alice terlihat berusaha tidak mengingat Panji.
"Aku senang mendengarnya."Rama mendengar ucapan Alice sedikit merasa lega. Karena Alice sudah mulai fokus melupakan Panji dan mulai menjalani kehidupan barunya bersama Rama.
Panas terik matahari mulai terasa di kulit mereka. Alice dan Rama memutuskan untuk ke dalam rumah. Alice berusaha untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan melakukan beberapa kewajibannya seperti bersih-bersih rumah. Alice mulai menyapu dan mengelap kaca jendela. Sedangkan Rama sedang menikmati waktu istirahatnya setelah seminggu bekerja dengan menonton televise.
Alice begitu telaten membersihkan rumah. Dia tidak membiarkan debu semakin tebal menutupi kaca jendela. Rama yang tengah asyik menonton televise tiba-tiba terhenti ketika melihat Alice sedang sibuk mengelap kaca jendela. Rama begitu kagum pada Alice yang dengan cekatan tangan Alice sudah terbiasa dengan urusan rumah tangga seperti membersihkan rumah, menyiapakan sarapan dan makan malam dan lain lain.
Tidak terasa siang telah berganti sore. Rama terlihat sibuk memainkan handponenya. Walaupun libur kerja tapi dia tetap tidak lupa berkomunikasi dengan beberapa karyawannya. Entah itu hanya sekedarmenanyakan keadaan karyawannya atau hanya mengobrol saja.
"Mas nggak mandi?"Alice tiba-tiba berdiri di depan Rama.
"Ya."Rama langsung beranjak dari kursi dan meninggalkan Alice menuju kamarnya karena ini sudah sore.
Kemudian Alice merapikan kursi dan menutup pintu halaman belakang. Setelah menutupnya kemudian dia kembali ke kamar. Sesampainya di kamar dia tidak melihat Rama disana. Ternyata Rama masih mandi. Alice kemudian menarik tirai kamarnya. Setelah jendelanya tertutup=kemudian dia membalikkan badannya betapa terkejutnya dia ketika Rama sudah berdiri disana sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Beruntung saat itu Rama sudah memakai kaos lengan pendek berwarna putih polos dan celana pendek. Rama mendekati tubuh Alice yang masih mematung memandangnya. Karena setelah didekati tidak ada respond, Rama langsung membisikkan kata-kata di telinga Alice.
"Gimana tubuhku?"Rama membisikkan di teliga kanan Alice sambil tersenyum. Seketika Alice langsung tersadar dan langsung menyembunyikan wajahnya dengan cara menunduk. Alice baru sadar kalau tadi terus memandangi tubuh Rama yang ateltis itu walaupun bersembunyi di balik kaos putih tipisnya.
"Duooor."suara petir pertanda hujan terdengar. Alice yang kaget sekali mendengarnya langsung reflek memeluk tubuh Rama. Dia menenggelamkan wajahnya di dada Rama. Rama melihat Alice yang tiba-tiba memeluknya membuat tubuhnya goyah serasa ingin jatuh ke belakang. Rama bingung kenapa Alice tiba-tiba memeluknya begitu erat setelah ada suara petir.
"Duoor."bunyi suara petir lagi namun ini suaranya kerasdari sebelumnya. Alice langsung mengeratkan pelukannya. Rama baru sadar kalau Alice takut dengan suara petir. Tanpa butuh waktu lama Rama langsung menutupi kedua telinga Alice dengan kedua tangannya.
"Alice."panggil Rama sambil melepaskan pelukannya. Tetapi Alice tidak mau lepas dari pelukan Rama. Alice takut kalau petirnya datang lagi.
Karena suara petir sudah tidak terdengar lagi, Alice langsung melepaskan tubuhnya dari pelukan Rama. Dia malu karena telah memeluk Rama begitu saja. Rama melihat Alice yang masih panic tapi juga terlihat malu jadi ingin ketawa sendiri.
"Maaf mas."Alice masih merasa takut kalau nanti ada suara petir lagi.
"Kamu takut sama suarapetir?"Ramamemastikan tebakannya pada Alice.
"Hmm."Alice mengangguk.
"Udah nggak ada lagi. Sudah malam, sana tidur."perintah Rama sambil memegang pundak Alice. Tapi Alice tidak beranjak dari hadapan Rama.
"Sana tidur."Rama mengulanginya lagi. Tetap saja Alice tidak segera menuju ke kasur.
Rama bingung melihat Alice yang masih berdiri di depannya itu. Padahal sudah disuruh untuk segera tidurmalah nggak segera ke kasur. Biasanya Alice kalau diperintahnya pasti langsung nurut.
"Apa kamu masih takut?"tanya Rama sekali lagi dan tanpa lama Alice mengangguk pertanda dia masih takut kalau nanti ada suara guntur lagi.
"Mau aku temani ?"tambah Rama dan Alice langsung mengangguk.
Alice berjalan menuju ke kasur disusul Rama dari belakangnya. Sejak kecil Alice memang takut sekali ketika mendengar suara guntur. Ketika dia di rumah pasti dia akan tidur dengan kedua orangtuanya kalau ada suara petir. Karena dia takut sendirian. Semasa masih kuliah kebetulan dia ngekos satu kamar dua orang, jadi dia tidaktakut kalau ada guntur. Dan sekarang di rumah barunya, dia hanya punya Rama, mau tidak mau dia harus meminta Rama untuk menemaninya.
Sesampainya di kasur dia langsung merebahkan tubuhnya disusul Rama yang tidur disampingnya. Alice sebenarnya belum siap harus tidur seranjang dengan Rama. Takut terjadi apa-apa diantara keduanya. Rasa takutnya pada guntur mengharuskannya untuk mengusir rasa takutnya tidur seranjang Raama. Alice sengaja tidur menghadap Rama, sehingga mereka saling berhadapan tidurnya. Dalam hati Alice merasa takut kalau Rama nanti akan melakukan sesuatu padanya.
"Mas..."panggil Alice dengan suara lirih sambil memandang Rama.
"Hmmm."Rama juga memandang Alice, sehingga mereka saling tatap menatap.
"Mas nanti kalau aku udah tidur, mas kembali ke tidur di sofa ya?"Alice bertanya dengan pasang muka tidak tega menyuruh Rama tidur di sofa.
"Tenang saja."Rama tahu kalau Alice belum siap tidur seranjang dengannya karena takut nanti dirinya berbuat sesuatu pada Alice. Rama memakluminya dan menurutinya. Hal itu lantaran kemarin dia sempat kehilangan control sehingga membuat luka pada bibir Alice.
"Alicce."Rama mendekatkan wajahnya lagi ketika ALice sudah tertidur. Rama mulai tergoda dengan bibir Alice yang masih ada sedikit bekas gigitannya. Bekas gigitannya itu tiba-tiba menyadarkannya.
Rama menyempatkan menutupi tubuh Alice dengan selimut tebalnya. Agar tubuh Alice tidak merasa kedinginan. Malam ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya, cuacanya sangat dingin sekali. Mungkin ini akan turun hujan. Setelah menyelimuti tubuh Alice, Rama langsung mulai membaringkan tubuhnya di sofa. Sambil sesekali memandang wajah Alice yang \sudah tertidur pulas di kasur.