Nafisah memeluk dirinya sendiri, udara malam di tengah hutan membuat bulu di tubuhnya meremang kedinginan. Senter yang dia pegang bahkan sudah bergetar karena rasa dingin yang menusuk hingga tulang belulang.
Di samping Nafisah ada Kak Nandra yang membawa tas besar dan juga senjata api yang disampirkan di balik pinggangnya. Nafisah berpikir, apa petulangan mereka ke dalam hutan seperti mencari telur naga? kenapa begitu mengerikan karena masing masing dari kami membawa alat membunuh..
Nafisah melihat sedikit ke arah tangan kirinya yang terdapat pecutan (cemeti), entah bagaimana cara Nafisah menggunakannya. mungkin nanti Cemeti ini hanya terus berada di tangan Nafisah tanpa di gunakan untuk apapun. Jalan Nafisah terhenti saat tangan Nandra berada di depan tubuh Nafisah, Nandra memberikan kode untuk kami semua berhenti. karena memang di belakang Nafisah terdapat 4 orang temannya yang saat ini formasi kita adalah dua dua..
"ada apa Kak?". tanya Nafisah penasaran.
"ssssstttt....". Nandra memberikan kode agar Nafisah tidak berisik, akhirnya Nafisah melengos ke samping dan merasa malas dengan drama ini. apa sekarang? paling hanya sebuah lelucon dari kakak kelas yang lain dan berusaha menakuti kami para siswa baru.
Bunyi ranting dan daun yang saling bergesekan, Nafisah merasakan tanganya dipegang oleh Nasmira yang memang tepat di belakang Nafisah.
"Aku takut...". Cicit Nasmira yang sudah memegang tangan Nafisah dengan erat, kenapa dengan temannya ini? tadi sebelum berangkat dia terlihat bersemangat sekali. baru beberapa menit kota berjalan dia sudah ketakutan.. Nafisah memang merasa hutan ini benar benar menyeramkan, tapi saat Nafisah berpikir lagi bahwa ini kan hanya pelatihan untuk siswa baru. tidak mungkin kan mereka mengeluarkan binatang sungguhan, atau hantu sungguhan.. Masa iya? bisa bisa Nafisah merasa jantungan jika itu benar terjadi.
"Arrggggghhhh...." Suara geraman membuat kelompok Nafisah bersiap dengan senjata mereka masing masing, sedangkan Nafisah hanya menelisik ke arah sumber suara. tidak ada apapun di sekitar mereka..
"Kurasa itu hanya sebuah suara dari rekaman". jawab Nafisah tidak peduli, namun perkataan Nafisah itu membuat Nandra mendelik kesal.
"Pegang cemetimu dengan baik, jika kau kenapa-napa. aku tidak akan menolong". kata Nandra yang terlihat kesal karena sikap Nafisah yang menganggap semua ini hanya lelucon.
"Baiklah...Baiklah...". Nafisah memegang cemetinya di tangan kanan dan senter di tangan kiri, saat senter Nafisah tidak sengaja mengarah ke dalam semak semak. disana Nafisah dapat melihat mata merah yang silau karena cahaya senter.
"What?!! apa itu?".Tanya Nafisah yang bukanya kaget namun malah membuat keributan karena tidak habis pikir dengan apa yang dilihat matanya. Niat sekali kakak kelasnya menggunakan mata seperti itu untuk menakut-nakuti.
"Harimau!!!". ujar Nandra yang sudah bergerak, posisinya berdiri di depan Nafisah dan melindungi Nafisah dengan tubuhnya. dua orang temanya yang laki laki juga sudah berada di sisi kanan dan Kiri Nandra..
Sedangkan Nafisah, Nasmira, dan Rosebell berada di belakang tiga orang itu. Nafisah berjinjit untuk melihat apakah itu benar benar harimau? atau hanya sebuah robot saja? atau mungkin hanya kakak kelasnya yang memakai kostum harimau.
"Kau yakin itu Harimau kak? yang kurasa itu hanya sebuah kostum". Kata Nafisah yang berkata tepat disamping telinga Nandra.
"Kau sepertinya cukup meremehkan pelatihan dan perkenalan sekolah ini Nona, bagaimana jika kau saja yang menghampiri Harimau itu?". Tawar Nandra yang berusaha untuk tidak berkata kencang, karena tidak ingin membuat harimau di depannya semakin agresif.
Nafisah yang memang tidak merasa harimau itu sungguhan akhirnya benar benar menyorot senternya lagi ke semak semak, melewati tiga orang laki laki didepannya dan mendekati harimau itu.
Nafisah menebas semak semak dengan cemetinya, Nafisah merasa cemetinya mengenai suatu tubuh yang besar dan keras.
"Aaargggghhhhh....". suara geraman kesakitan membuat apa yang ada di dalam semak semak melompat keluar dan sekarang berada di samping kiri Nafisah..
Mata Nafisah menelisik lebih dekat apakah itu benar benar harimau? badanya yang sangat besar dan warnanya yang benar benar terlihat nyata.
"Apa ini benar benar harimau? apakah sekolah ini memang meminta tumbal siswa baru?". Tanya Nafisah kepada siapapun di belakangnya, Karena mata Nafisah tidak berpaling dari Harimau tersebut. Mata harimau itu merah menyala di terpa cahaya rembulan, Giginya runcing dan besar serta air liur yang menetes. menatap Nafisah dengan pandangan lapar..
Nafisah bergidik saat harimau itu berjalan perlahan ke arah Nafisah, Nafisah yang masih tidak percaya bahwa di depannya harimau sungguhan memecut sekali lagi cemetinya ke depan dan mengenai mata sang harimau. harimau itu mundur dan lagi lagi menggeram marah.
"Oke fine... sepertinya ini benar benar harimau". Nafisah mundur perlahan tanpa membalikan tubuhnya, tidak terdengar suara siapapun dibelakang Nafisah.
"Kak Nandra? Nasmira?". Tanya Nafisah sekali lagi, langkahnya terus mundur dan harimau di depannya melangkah lagi mendekati Nafisah. Nafisah sudah menelan ludahnya susah payah.
Menengok ke arah belakang dan tidak ditemukan siapapun disana, sial...
Nafisah kembali menghadap ke depan dan memegang cemetinya dengan tangan bergetar, bahkan senternya sudah terjatuh ke tanah. dimana mereka? apakah mereka benar benar meninggalkan Nafisah sendirian? kelompok macam apa ini? seharusnya membantu Nafisah, tapi ini malah menumbalkan Nafisah dengan Harimau..
Astaga Bibi paman, apakah Nafisah akan mati dimakan harimau? sehari Nafisah bersekolah di sini dan sudah menjadi santapan harimau? belum lagi pasti mayat Nafisah tidak akan ada, disantap sampai ke tulang belulang..
"Hei kau!!!.... mendekat sekali lagi akan ku tebas lehermu.. ingat jangan mendekat!". kata Nafisah yang sudah berteriak, Paman pernah berkata bahwa jika menghadapi situasi sulit. jangan panik.. tetap tenang dan berpikirlah baik baik. "Kau lapar? kau butuh makan? mungkin kita bisa mencari kelinci atau tikus di hutan? aku bisa membantu, tapi kau jangan makan aku". Kata Nafisah yang mencoba mengobrol dengan harimau..
Nafisah sudah merasa dirinya gila, tapi mau dikata apa lagi, Nafisah tidak tau bagaimana cara menaklukkan se ekor harimau.. Siapa tau harimau ini adalah siluman yang wujud aslinya yaitu seorang pangeran? seperti drama yang sering Nafisah tonton, dan ternyata harimau ini adalah suaminya? bisa jadi kan?...
Mungkin Tuhan mempertemukan Nafisah dengannya disini, dan Nafisah tidak jadi di makan..
Ya semoga saja, lebih baik Nafisah menjadi istri se ekor harimau. daripada menjadi makan malamnya..
Harimau itu terdiam sebentar di tempat Nafisah dan memandang Nafisah dengan tatapan matanya yang begitu tajam.
Nafisah yang melihat itu akhirnya tersenyum dan bangga dengan dirinya sendiri, Sepertinya pikiran Nafisah benar. Harimau ini mengerti bahasa Nafisah karena dia siluman.. Nafisah dengan perlahan mendekati harimau itu dan tanpa rasa takut mengelus kepalanya yang lembut.
"Apa kataku, kau ini ternyata kau ini siluman harimau ya?". Nafisah tertawa sendiri karena mendengar perkataannya yang ternyata adalah sebuah kebenaran yang berarti. Namun harimau itu tidak berpaling tatapannya dari tempat dimana Nafisah berdiri tadi. Ada apa dengan harimau itu? pikir Nafisah aneh..