Nandra yang melihat semangat di wajah Nafisah, hanya bisa terdiam dan sesekali ikut tersenyum. Nandra tidak pernah merasakan rasa kagum dan senang seperti ini, dulu ada satu perempuan yang pernah membuat Nandra seperti ini. mereka memiliki senyum yang sama, wajah cemberut yang sama sama menggemaskan.
adik kecilnya yang biasa Nandra panggil Nana Perempuan yang membuat dirinya selalu berbunga-bunga, bahkan hanya sekedar melakukan video call saja. namun semua itu tidak bertahan lama, saat ayah Nana memutuskan hubungan kami berdua. sejak saat itu Nandra tidak bisa melacak sama sekali keberadaan Nana, Meminta bantuan kepada Daddynya pun tetap tidak menemukan jejak Nana.
Sejak saat itu juga Nandra menutup diri dari Perempuan, menjaga hatinya untuk satu orang yang bahkan tidak Nandra ketahui dimana dia sekarang. Nandra mengusap wajahnya kasar, hari-harinya akan menjadi sangat berat. karena setelah ini Nandra akan semakin ingin tau tentang Nafisah, Perempuan yang dipertemuan pertama sudah membuat Nandra memusatkan perhatian sepenuhnya kepada Nafisah.
"Kak Nandra? Mau apel tidak? kakak sudah makan?". Tiba tiba Perempuan yang bernama Nasmira menghampiri Nandra dengan membawa apel di tanganya, Nandra yang malas meladeni terlalu lama akhirnya mengambil apel itu dan mengucapkan terimakasih. lalu Nandra berlalu pergi meninggalkan Nasmira yang sudah senyum-senyum sendiri karena apel pemberiannya di makan oleh kak Nandra.
Setelah itu Nasmira kembali ke tendanya, sebenarnya Tenda buatan seadanya, yang bisa membuat mereka terhindar dari angin malam dan binatang buas. Disini ada tiga tenda buatan, Nasmira, Nafisah, dan Rosebell berada satu tenda. lalu satu tenda lagi ditempati oleh Steve dan Adell. dan untuk tenda yang ada di tengah tengah tenda mereka adalah tenda Kak Nandra. Nasmira bahkan sudah sangat senang karena bisa menatap langit yang sama dengan kakak kelas tampan mereka.
Disaat Nasmira sudah masuk kedalam tenda bersama Rosebell, Nafisah masih betah berada di luar dan menatap langit. Nafisah tidak pernah merasa sebebas ini, pepohonan tinggi namun tidak menutupi indahnya langit malam ini, Bahkan Nafisah bisa merasa jiwanya sedang terbang di langit-langit dan hinggap di salah satu bintang disana.
Nafisah menutup matanya dan membiarkan angin malam membuat Nafisah merasakan kesejukan, tidak ada rasa takut karena Nafisah merasa tempat mereka adalah tempat khusus yang tidak akan dimasuki oleh binatang buas. kenapa Nafisah begitu yakin? entahlah, Nafisah hanya mengandalkan feeling saja.
Nafisah dapat mendengar suara kaki yang berjalan ke dekat Nafisah, Nafisah menengok sebentar lalu membuang wajahnya malas saat melihat siapa yang datang. Nandra, tentu saja.. siapa lagi yang akan repot-repot disini.. Kakak kelasnya ini suka sekali merepotkan Nafisah, padahal baru beberapa jam mereka berkenalan. sebenarnya bukan benar-benar berkenalan, tapi terpaksa saja Nafisah berkenalan karena mengikuti peraturan sekolah.
"Kau tidak kedinginan? ini sudah sangat malam, beberapa jam lagi akan pagi. sebaiknya kau tidur, agar besok kita bisa melanjutkan Game". Ucap Nandra yang melihat ke arah wajah Nafisah yang sangat cantik saat terkena pantulan cahaya rembulan. Bahkan seperti seorang malaikat yang tercipta sempurna. Bibir kecil dan hidungnya terasa menggemaskan saat dilihat dari samping.
Nandra bahkan sudah berusaha untuk berpaling dari ciptaan Tuhan ini, tapi tetap saja tidak bisa.. Nandra seperti terhipnotis dan ingin selalu melihat, lagi.. lagi... dan lagi..
"Kak Nandra jika sudah mengantuk, tidur saja.. aku sedang ingin menikmati angin malam, rasanya menenangkan, setelah puas. aku janji akan langsung ke tenda dan tidur". Ujar Nafisah yang berkata pelan, tidak ingin membuat keributan dan berusaha sopan kepada kakak kelasnya.
"Aku tidak mungkin tidur, tanggungjawabku adalah memastikan kalian ada dalam pengawasanku. kalian dilepas di hutan ini atas namaku, maka aku yang harus memastikan semuanya aman". Nandra duduk di samping tubuh Nafisah yang masih berdiri. Nandra membiarkan Nafisah menikmati angin malam. Nandra dapat melihat punggung kaki Nafisah yang sangat putih, pasti kakinya sangat dingin karena tidak memakai kaus kaki dan hanya bertelanjang tanpa menggunakan sendal juga.
"Terimakasih Kak, untuk tadi.. saat kau mengeluarkan ular besar dari sarangnya agar aku terbebas dari Harimau, dan maaf karena menganggap sepele hal itu. aku berjanji tidak akan bertindak bodoh lagi". Tiba tiba Nafisah membuka matanya dan ikut duduk di samping Nandra, Nandra yang melihat sikap Nafisah cukup tenang malam ini hanya bisa tersenyum.
"Tidak apa, aku sudah katakan bahwa kalian adalah Tanggungjawabku. aku tidak akan membiarkan kalian terluka". Nandra mengatakan itu secara tulus dalam hatinya. Bukan hanya untuk menjaga mereka, tapi ingin memberikan pelajaran berharga kepada Mereka berlima. bahwa game yang diadakan ini bukan hanya game bersenang-senang, namun untuk membuat mereka bisa merasakan kebebasan didalam hutan dan tidak melulu merasakan kemewahan.
"Ya aku mengerti, Tapi aku akan tetap mengatakan terimakasih". Nafisah tetap tidak ingin mengalah, Nafisah hanya ingin Nandra menerima permintaan maafnya. karena Nafisah sangat malu dengan sikapnya yang cukup kekanakan tadi..
"Baiklah.. aku memaafkan dirimu". Nandra mengalah saat melihat wajah Nafisah yang sudah menutut untuk dimaafkan. Nafisah ini lucu, bisa bisanya dia meminta maaf namun wajahnya terlihat marah seperti itu.
Lalu mereka berdua sama sama diam, sebenarnya Nafisah tidak merasa nyaman berada dekat Nandra saat ini. tapi Nafisah terlalu malas untuk bangun dan kembali ke tenda, Nafisah ingin disini sementara waktu. tidur dibawah langit malam, dan merasakan udara yang membuat paru-parunya merasa lega.
Nandra melepaskan jaketnya dan menggelar di belakang tubuh Nafisah.
"Berbaringlah, bintang dan bulan terlihat indah sekali saat kita berbaring". Nafisah yang mendengar perkataan Nandra, menengok ke belakang dan melihat ada jaket Nandra disana. Nafisah menurut saja dan mulai berbaring, benar.. Nandra mengatakan hal yang sebenarnya.. Bintang dan bulan terlihat jauh lebih indah saat dilihat secara berbaring seperti ini.
Aroma yang dikeluarkan dari jaket Nandra menambah kenyamanan malam ini, Nafisah tidak bisa menampik bahwa harumnya cukup memabukkan dan membuat mata Nafisah terasa berat. Gesekan daun seperti lagu penghantar tidur, angin bertiup pelan tak membuat mengigil. Nafisah merasa benar benar mengantuk sekarang, membiarkan matanya terpejam dan masuk kedalam alam mimpi. ini akan menjadi tidur paling nyenyak dalam hidup Nafisah..
Nandra yang sudah melihat mata Nafisah yang perlahan-lahan terpejam, hanya bisa tersenyum dan ikut merebahkan tubuhnya disamping Nafisah..
Nandra merasa begitu senang karena bisa melihat wajah cantik Nafisah yang begitu polos saat tidur, dia seperti Puteri yang memang sedang menunggu pangeran untuk datang dan memeluknya. Cahaya rembulan lagi-lagi menerpa wajah Nafisah, Nandra memberanikan diri mengelus pipi Nafisah yang terasa sangat lembut. Perempuan ini, sangat berbahaya.. Batin Nandra.