Nafisah dan Nasmira berjalan sedikit susah karena beberapa siswa kerepotan dalam mencari tau nama bunga mereka, sebagian bahkan menggoda kakak kelas agar memberitahu arti nama bunga yang ditulis dalam bahasa ilmiah.
"Nafisah itu di arah jam 9, aku melihat name tag Anggrek bulan". Nafisah berhenti sebentar dan melihat arah yang ditunjuk Nasmira, menyipitkan matanya dan ternyata benar. Ada seorang kakak kelas dengan jenis kelamin laki-laki, wajah tampan rupawan dan tingginya bak model papan atas. wajahnya terkesan kaku, matanya coklat terang namun menyesatkan. hanya itu yang bisa Nafisah tangkap dari jauh.
Tarikan tangan Nasmira membuat Nafisah buru buru mengikuti, Nasmira itu tidak bisa lihat laki laki tampan. mode kecantikannya langsung menguar-nguar ke udara dan meminta pembalasan. itu hanya perkataan klise yang ada di pikiran Nafisah sebenarnya..
Mereka berdua sudah ada di depan kakak pembimbing mereka, wajah kakunya hanya melirik kita berdua sekilas lalu membaca buku yang ada di tanganya.
"Apa nama bunga kalian?". tanya kakak pembimbing mereka.
"Anggrek bulan kak". jawab Nafisah dan Nasmira selembut dan sesopan mungkin.
"Bagus, tapi sebelum kalian bisa bergabung bersamaku. ada beberapa pertanyaan yang harus kalian jawab, jika kalian berhasil maka nama kalian akan kucatat sebagai siswa yang harus kubimbing. tapi jika kalian tidak berhasil, aku akan memberikan pertanyaan lainnya sampai kalian bisa menjawab, dan setiap jawaban yang salah. kalian harus berkeliling lapangan satu kali". Nafisah hanya mengangkat sebelah alisnya dengan mencerna kata kata dari kakak pembimbingnya ini, wajahnya terasa familiar tapi Nafisah langsung menepisnya. mungkin laki laki ini benar-benar model, jadi Nafisah pernah melihatnya di suatu tempat atau majalah mungkin.
"Baik kak". itu suara Nasmira yang langsung menyetujui, bahkan Nafisah sedikit ragu bahwa sekarang Nasmira mengerti resiko apa yang akan dia terima jika salah menjawab.
"Oke, pertanyaan pertama". Nafisah dapat melihat kakak pembimbing didepannya menutup buku bacaan dan menatap lekat lekat ke arah Nafisah dan Nasmira. "Sebutkan salah satu palung laut terdalam di dunia, selain paling Mariana tentunya". pertanyaan itu membuat Nafisah memberenggut kesal, bagaimana bisa dia bertanya tentang palung? Nafisah mencoba mengingat-ngingat buku bacaanya tentang laut. tapi Nafisah tidak sama sekali tau, karena memang Nafisah tidak terlalu banyak mempelajari tentang itu.
"akan kujawab, salah satu palung terdalam yaitu Cekungan Eurasia. cekungan ini dibatasi oleh Greenland, Lomonosov Ridge, yakni punggungan bawah laut di Samudera Arktik serta Laut Laptev, Laut Kara dan Laut Barents. Kedalaman cekungan Eurasia adalah 5.449 meter di bawah permukaan laut. cekungan Eurasia bisa dilihat sebagai perpanjangan dari Cekungan Atlantik Utara melalui Selat Fram. Diperkirakan, cekungan Eurasia tercipta sekitar 53 juta tahun yang lalu". jawaban Nasmira yang begitu lancar membuat Nafisah sangat kagum dan memandangnya dengan mata berbinar. tidak menyangka dibalik tingkahnya yang begitu aktif ternyata otaknya juga tak kalah aktif, mungkin setelah ini Nafisah tidak boleh memandang orang sembarangan. walaupun mereka orang kaya, tapi Nafisah lupa bahwa mereka sering berkeliling dunia dan mempelajari hal baru. pasti pemikiran mereka lebih terbuka dan cerdas. Nafisah langsung merasa kecil karena jawaban cepat yang dilontarkan oleh Nasmira.
"Benar, kau menjawab dengan tepat". ucap kakak pembimbing mereka, Nasmira melonjak senang dan memegang erat tangan Nafisah. "aku benar Nafisah". ujar Nasmira kegirangan. Nafisah hanya mengangguk dan kembali menatap wajah kakak pembimbing mereka.
"Baiklah aku masuk ke pertanyaan kedua, sebenarnya siapa namamu?". kakak pembimbing mereka itu menunjuk ke arah Nafisah, Nafisah yang merasa dirinya ditanya langsung tergagap dan melirik ke arah Nasmira meminta bantuan. kenapa dia ingin tau nama Nafisah?.
"Jawab". bisik Nasmira pelan kepada Nafisah.
"Namaku Nafisah". jawab Nafisah sedikit takut, karena tatapan kakak kelasnya saat ini begitu tidak bisa ditebak. dia tidak mengucapkan kata apa apa lagi, hanya memandang dalam ke arah mata Nafisah. Nafisah yang dipandang secara intens hanya bergerak gelisah dan berkali-kali meremas tangan Nasmira.
"Nama lengkapmu?". tanyanya lagi.
"Hanya Nafisah". Nafisah menjawab dengan yakin, karena dia memang tidak pernah mempunyai nama belakang. sudah 10 tahun ini Nafisah membuang nama belakangnya, tidak ingin ada yang tau siapa Nafisah dan asal usul keluarganya. semua Nafisah tutup rapat-rapat.
"Ohh, baiklah. aku mengerti". mereka berdua hanya memandang aneh ke arah kakak pembimbing, kenapa juga dia harus berkata bahwa dia mengerti. memang apa yang dia mengerti?.
"Kak, memangnya kakak kenal dengan Nafisah? mata kakak seperti berkata bahwa Nafisah adalah orang dekat dengan kakak". pertanyaan berani Nasmira membuat Nafisah mendelik kesal, kenapa temannya ini mempunyai mulut begitu lancar? bahkan tidak takut jika pertanyanya akan menjadi Boomerang bagi mereka berdua nantinya.
"Wajah Nafisah seperti tidak asing, tapi aku lupa pernah melihat dimana. mungkin hanya kebetulan saja". jawaban kakak pembimbing itu membuat Nafisah ingin menganggukan hal yang sama, tapi Nafisah masih sadar diri untuk tidak terlalu terbuka dengan orang lain. Akhirnya Nafisah hanya terdiam dan memandang arah lain.
aksi diam-diam mereka bertiga terhenti saat ada 3 orang lainnya yang datang dan berkata bahwa mereka adalah kelompok bunga anggrek bulan.
ada dua laki laki yang satu bernama Steve dan satunya bernama Adell, lalu satu perempuan bernama Rosebell. kelompok mereka sudah terkumpul semua dan membentuk sebuah lingkaran. Kakak pembimbing berada di tengah tengah lalu membuka selembar kertas.
"Sebelum kita melakukan game pertama, aku akan memperkenalkan diri. namaku Nandra, disini aku akan membimbing kalian selama dua hari kedepan untuk perkenalan sekolah, mempelajari Peraturan, dan di ikuti dengan beberapa game yang menyenangkan". ucapannya terhenti, Nafisah berpikir sebentar. apa ada game menyenangkan nantinya? melihat wajah kakak pembimbingnya bernama Nandra ini begitu kaku dan menyebalkan. entah darimana Nafisah bisa berpikir bahwa Kak Nandra itu menyebalkan, padahal dia belum berbuat sesuatu pada Nafisah. mungkin belum, pikir Nafisah konyol..
"Baiklah, game pertama kalian harus memperkenalkan diri, menyebutkan cita-cita, dan hobby. menyenangkan bukan?". tuh kan apa yang Nafisah pikirkan, dia merasa game memperkenalkan diri itu menyenangkan, dasar manusia kaku..
"Dimulai dari kamu". kak Nandra menunjuk ke arah Nasmira, Nasmira tersenyum kegirangan hanya karena ditunjuk pertama kali.
"Hai teman teman, perkenalkan namaku Nasmira Alvarezain. aku bercita-cita berkeliling dunia menggunakan kapal besar dan memiliki awak kapal sendiri. menjelajahi pulau demi pula dan mempelajari budaya mereka, hobbyku berenang dan snorkeling. aku sangat menyukai lautan. terimakasih". perkenalan diri Nasmira selesai, Nafisah tau sekarang kenapa Nasmira begitu tau tentang palung. Ternyata laut adalah dunianya, senang rasanya mendengar bahwa Nasmira mempunyai cita-cita yang begitu luar biasa.
Perkenalan diri di lanjutkan oleh Steve yang memiliki cita cita sebagai astronot, lalu Adell yang bercita-cita sebagai dokter, dilanjutkan Rosebell yang ingin mempunyai galeri lukisannya sendiri. mereka semua memiliki cita-cita yang luar biasa.
"Silahkan Nafisah". ucapan Kak Nandra membuat Nafisah sedikit gugup, ya sebenarnya Nafisah jarang berbicara didepan orang. dan sekarang harus berbicara di depan 5 orang yang tidak terlalu begitu Nafisah kenal.
"Hi, namaku Nafisah, hanya Nafisah.. aku bercita-cita ingin menjadi perempuan yang berpengaruh di dunia ini, memberikan banyak motivasi, serta membuat Perempuan-perempuan yang tertinggal pendidikannya untuk tidak malu dan mau terus belajar. karena pada dasarnya seorang perempuan sangat tinggi kedudukannya, dan itu Yang selalu ingin aku wujudkan, ya walaupun memang tidak mudah. sedangkan Untuk Hobbyku, aku suka sekali menanam bunga dan berkebun. terimakasih". Nafisah langsung duduk di tempatnya lagi dan menunduk tidak berani menatap wajah wajah mereka yang mendengar cita-cita Nafisah yang pasti sangat konyol.
"Kau hebat, aku tidak pernah berpikir akan ada wanita yang mempunyai pola pikir sehebat dirimu". suara Steve terdengar di samping Nafisah, Nafisah yang mendengar itu langsung tersenyum dan mengucapkan terimakasih dari bahasa nonverbal nya. Nafisah sedikit senang bahwa ada yang berpikir bahwa cita-citanya bukan hal yang konyol.
"Steve benar, pola pikirmu sangat luar biasa". ujar Nasmira menambahkan, lalu dua lainnya mengangguk setuju. Nafisah merasa bahwa ini awal yang baik, mereka ber-empat tidak memandang rendah ke arah Nafisah. namun sebuah tatapan kekaguman yang tidak pernah Nafisah bayangkan sebelumnya.
Sedangkan saat Nafisah memandang ke arah Nandra, ada sebuah binar mata yang tidak terbaca apa artinya. pandangan Nandra begitu kosong dan dan seperti menebak-nebak. Entah ini hanya pikiran Nafisah, atau memang Kakak pembimbingnya ini pikirannya sedang berada di tempat lain?