Buka matamu Stefan! Percayakah engkau, botol ramuan pelangi sekarang ada di tanganku. Yah, aku bisa merasakannya. Hanya seperti ini? Ini sangatlah mudah. Aku telah menjadi orang pertama yang berhasil mengambil ramuan pelangi yang tersegel selama ribuan tahun. Wah... ini sungguh nyata, bahkan aku bisa merasakan kedip-kedipan warna botol permata ini, sangat indah...
Bukhhh....!!!
"Auhh sakit sekali, siapa yang berani menjatuhkanku?" tanyaku kesakitan. Botolnya! Dimana botolnya? Tiba-tiba saja botol penawar itu hilang dari genggamanku.
"Hahahahaha....hahahaha... dasar bocah bodoh! Kau baru saja masuk ke dalam perangkapku! Hahaha..." Suara besar itu...
"Kau penyihir licik, jadi inilah tujuanmu setelah melarikan diri dari tahanan bawah tanah?" tanyaku pada ibu tiri pangeran Joe sekaligus anak penyihir Buroe jahat itu.
"Ya, tentu saja tujuanku ke mari untuk mendapatkan penawar pelangi ini. Apa sekarang kau mulai menyadarinya? Hahaha..."
Mulai menyadarinya? Ternyata... aku mengerti sekarang. Ini semua rencananya sejak dia menyerang Raja, kemuadian dia tahu bahwa satu-satunya jalan untuk memulihkan Raja hanya dengan penawar pelangi. Dan dia membutuhkan penawar itu juga untuk kepentingannya, namun dia tidak ingin mengambil risiko seperti para penyihir lain yang gugur, karena itu....
"Kau pikir aku sebodoh itu? tidak, walaupun aku telat menyadarinya namun ini semua belum berakhir. Kau penyihir licik, lebih baik kau serahkan milikku sekarang, aku yang mendapatkannya dengan susah payah, berani sekali kau merebutnya tanpa perasaan!" tegasku.
"Apa? Merebutnya tanpa perasaan? Heh, jaga ucapanmu itu bocah, kaulah yang telah merebut milikku tanpa perasaan, apa kau ingat? Benar bukan, kau yang mencuri segalanya dariku, kau!" tegas dengan amarahnya.
"Inikah yang disebut balas dendam?"
Penyihir itu tersenyum aneh. "Tidak. Kau melupakan seseorang yang lebih pendendam dan harus melampiaskan dendamnya itu pada orang yang membuatnya menjadi siluman pendendam! Hahahaha..." Apa-apaan ucapannya itu. Siapa orang yang dimaksud?
Ha? Kenapa ini, tiba-tiba angin bertiup kencang, padahal gua ini tidak punya celah udara? Orang yang baru muncul itu... siapa?
"Hahahaha... aku adalah Raja Buth, datang untuk balas dendam! Hahaha...."
Apa? Ra..Raja Buth?
"A... Ayah!" ucapku penuh perasaan yang aneh.
"Hei bocah, siapa yang kau panggil ayah? Jelas-jelas kau bukan anakku, aku hanya punya satu putri yaitu dialah ibu tirimu yang kau masukkan ke dalam penjara! Kau sangat licik pada putriku dan aku harus membalasnya serta tak lupa sebelum itu aku akan membalas dendamku padamu, karena... kau telah membunuh istriku, Ratu Buroe!" ucapnya penuh amarah dan dendam. Tapi, kenapa dia berkata seperti itu?
"Tidak! Semua yang kau katakan itu bohongkan? Maksudku, kau tahu istrimu itu bukan Buroe tapi Katrinei dan anakmu itu seorang putra yaitu Pangeran Buth Stefan! Kau tidak melupakan itukan?" Aku menatapnya penuh harapan.
Untuk pertama kalinya aku berjumpa dengan ayahku Raja Buth, dia terlihat bijaksana dan gagah. Rasanya aku ingin memelukknya dan berkata 'Ayah' tapi, dia tidak akan percaya karena tubuhku ini adalah tubuh pangeran Joe. Jadi, dia mengira aku adalah anak tirinya penyihir itu. Tapi... aku masih belum mengerti kenapa Ayah berkata hal demikian.
"Apa maksud perkataanmu itu? Istriku Katrinei dan anakku seorang pangeran?" lirihnya heran.
"Ya benar, istrimu itu Katrinei dan kalian punya seorang putra yang bernama Buth Stefan!" tegasku meyakinkannya. Sepertinya Ayah terlihat ragu dan memikirkan sesuatu. Apa jangan-jangan... penyihir itu telah memanipulasi otak ayahku dan mengatakan hal yang berbalik fakta. Kini, ayahku telah menjadi seorang pendendam. Tidak... tidak akan kubiarkan penyihir itu mempermainkan arwah ayahku! Seharusnya ayahku sudah tenang di alam sana bersama ibu, saat itu ibu berkata padaku untuk menyusul ayah di alam sana dengan tenang dan damai. Tapi... berani sekali penyihir licik itu mengganggu ayahku dan membuatnya menderita!
"Tidak akan kubiarkan.... kau.... aaaaaa..." teriakku tak terkendali.
Sudah saatnya aku mengeluarkan tongkat sihirku untuk melenyapkan penyihir itu.
"Hiaakk...!"
"Berhenti!!!" penyihir itu menahan sihirku dan menjatuhkanku.
"Auh..." Aku kesakian.
"Hahaha... jangan buru-buru bocah, kita belum habis berbincang-bincang bukan? Lagi pula jika kau melawanku dengan sihir lemahmu itu kau tetap saja akan kalah, bahkan Raja Goa payah itu bisa kukalahkan hanya dalam satu serangan," ucap penyihir itu sombong.
"Kenapa kau lakukan ini, padahal Raja Goa adalah suamimu, dia tidak pernah menyakitimu, tapi kaulah yang telah mengkhianatinya," balasku.
"Aku tidak peduli dia itu siapa, tapi semua ini terjadi sejak kedatanganmu setelah melarikan diri dri istana. Anehnya pada awalnya kau takut padaku, tapi... mengapa saat kau kembali ke istana saat itu kau jadi sangat pemberani? Seperti seorang pahlawan, kau sangat keren saat itu, bahkan saat adegan kau menyuruh Raja untuk memasukkanku ke dalam penjara, hahaha... aku sangat membencimu!" penyihir itu menatapku tajam.
"Heh, jadi kau belum tahu ya siapa aku sebenarnya? Dan haruskah aku mengatakan apa yang sebenarnya terjadi saat Pangeran Joe kabur dari istana?" balasku sombong.
"A..apa maksudmu? Memangnya kau bukan Pangeran Joe? Apa yang telah terjadi? Tentu saja kau yang telah membunuh ibuku waktu itu!" lirihnya heran.
"Ya, kau benar. Pangeran Joe mencoba membunuh ibumu dengan sihirnya, tapi ibumu terlalu kuat untuk serangan kecil Pangeran Joe"
"Pembohong!"
"Jangan memotong. Setelah itu ibuku datang untuk bertarung dengan ibumu. Kekuatan seorang ibu memang sangat dahsyat, rela berkorban untuk anaknya. Padahal untuk pertama kalinya kami bertemu dan aku memanggilnya... 'Ibu' heh, tidak! Semuanya sudah terjadi, dan pengorbanan ibuku tidak akan pernah kusia-siakan. Saat pengorbanan itulah jasad Pangeran Joe selamat, kalau tidak, mungkin Pangeran Joe sudah melebur menjadi lumpur hitam. Permohonan terakhir ibuku adalah untuk terus hidup, karena itu aku mengunakan jasad Pangeran Joe agar aku bisa hidup sebagai manusia abadi!" begitulah penjelasanku yang cukup jelas.
"Apa? jadi yang kau maksud itu bahwa Pangeran Joe sebenarnya sudah tiada, namun kau masuk ke jasad Pangeran Joe. Memangnya kau ini apa?" tanyanya heran.
"Aku adalah... Pangeran Buth Stefan dan ibuku adalah Ratu Katrinei!" tegasku.
Wanita itu terkejut dan ragu. Aku bisa melihat betapa bekerutnya kening ayahku, dia pasti sedang kebingungan.
"Apa... tidak munkin! Kau pembohong!" jerit penyihir itu tak menerima.
"Tapi inilah fakta yang harus kau ketahui!" jelasku.
"Jadi sebenarnya apa yang benar? Apa yang harus kupercayai, aku sangat bingung! Auh... kepalaku sakit!" ucap Ayah bingung.
"Tidak ada yang perlu kau ragukan, akulah putrimu dan dialah yang telah membawa sial dalam keluarga kita. Kita sudah menunggu saat ini begitu panjang, apa yang kau ragukan Ayah? Ingat tujuan kita ke sini untuk merebut penawar pelangi ini untuk mendapat kembali kebahagiaan hidup kita yangg direbut dan balas dendam. Kita harus membunuhnya!" tegas penyihir itu meyakinkan Ayah.
"Kau benar..." jawab Ayah bingung.
"Serang!" perintah penyihir licik itu.
***