Sua Pangeran Aloux. Ia mendorong Cataleeya untuk menjauh. Mereka segera berdiri dan membersihkan kotoran yang menempel.
"Maaf, Pangeran."
Ucapan maaf dari Cataleeya tidak bersambut. Semakin saja membuat Cataleeya bingung harus berbuat apa. Pada dasarnya, ini 'kan kesalahan Pangeran Aloux sendiri yang meminta Cataleeya untuk turun dengan terjun bebas. Kenapa lagi-lagi Catalaeeya harus dihukum? Dasar Cataleeya … hidupnya sangat tidak mujur.
"Pa—pangeran! Mau kemana?" tanya Cataleeya ketika Pangeran Aloux hendak pergi. Lagi-lagi tidak ada ucapan yang keluar dari mulut Pangeran Aloux. Ia hanya memandang Cataleeya dengan tatapan datar.
"Maafkan aku, Pangerna. Aku benar-benar tidak sengaja. Maaf, Pangeran. Jangan tingalkan aku!" cerocos Cataleeya dengan nada suara yang hampir menangis.
Pangeran Aloux menaikkan alisnya. Tangannya yang panjang meraih beberapa daun. Lalu ia menarik Cataleeya untuk mendekat. Otomatis Cataleeya menahan napasnya. Ia terpaku pada sosok Pangeran Aloux. Sedikit demi sedikit Pangeran Aloux menyingkap gaunnya. Mata Cataleeya melotot.
"Mau apa kamu?!"
BEREWEK
Pangeran Aloux menyobek gaun Cataleeya. Sedangkan Cataleeya menunduk malu karena telah berpikiran kemana-kemana. Cataleeya menegadah kembali saat tangan Pangeran Aloux meraih tangannya yang luka.
"Eh … eh Pangeran …."
"Bodoh. Seharusnya kamu bisa menjaga dirimu sendiri jika tidak mau mejadi santapan hewan liar atau bangsaku sendiri," ucap Pangeran Aloux. Tangannya menempelkan daun pada luka Cataleeya lalu membalutnya dengan kain.
"Maaf, Pangeran."
"Dibandingkan kata maaf. Seharusnya kamu mengucapkan kata terima kasih."
"Terima kasih, Pangeran."
Pangeran Aloux tidak membalas. Ia memilih beranjak pergi. Dan lagi, Cataleeya melakukan kesalahan. Ia menahan lengan Pangeran. Pangeran Aloux menatap datar pada lengan Cataleeya yang berada di tangannya.
"Maaf, Pangeran. Bukan maksud aku …."
Pangeran Aloux melepaskan tangan Cataleeya. "Jaga jarak yang jauh dariku. Kamu membuatku pusing."
"Apa?"
Tidak ada jawaban. Pangeran Aloux berjalan lebih dulu. Karena tidak mau mengalami hal-hal mengerikan lagi, buru-buru Cataleeya mengikuti Pangeran Aloux. Ia meneguk ludahnya tak kala Pangeran Aloux masuk lebih dalam ke hutan mengerikan ini. Ia ragu untuk mengikutinya. Tapi .. setidaknya kali ini ada Pangeran Aloux.
Cataleeya tertehun takjub. Pasalnya hutan yang ia masuki itu bertipe hutan lebat. Isinya tidak lain seperti yang dilihatnya tadi, pohon-pohn besar dengan daun yang lebat. Tapi sekarang apa yang dilihatnya? Padang rumput? Mustahil. Tapi ini benar-benar nyata!
"Bukankah tadi kita masuk ke hutan? Kenapa kita berada di padang rumput?" tanya Cataleeya.
"Hutan Qaejuf pagar padang rumput ini."
"Apa itu artinya hutan Qaejuf bukanlah hutan tapi padang rumput yang di kelilingi oleh pohon-pohon besar itu? Sehingga terlihat seperti hutan?"
Pangeran Aloux mengabaikan pertanyaan Cataleeya. Ia meraih tombak untuk segera ia layangkan pada buruan. Di sisinya ada dua ekor rusa yang sudah lemas tak berdaya karena tombak milik Pangeran Aloux.
Pangeran Aloux sedikit melirik ke arah Cataleeya yang memainkan rumput. Lalu ia berbalik pada tombaknya lagi. Ia terdiam sebentar. Entah kenapa … kali ini, instingnya mengatakan bahwa banyak hewan buruan. Padahal, sejak tadi ia kesusahan mencari hewan buruan. Bahkan menganggap dirinya sakit saking tidak bisanya merasakan pergerakan hewan buruan. Tapi kali ini …
Pangeran Aloux menoleh pada Cataleeya. Apa ini karena ada dia? Gumamnya dalam hati. Cataleeya memergoki Pangeran Aloux menatapnya.
"Kenapa Pangeran? Ah, apa Pangeran mau makan?"
Pangeran Aloux menggeleng, "Tidak usah. Kita harus cepat menangkap hewan buruan sebelum pesta nanti di mulai."
"Baiklah," jawab Cataleeya. Ia melirik pada rusa yang tergeletak dengan darah yang masih mengucur. Entah kenapa, Cataleeya merasa sedih melihat rusa itu. Apakah harus rusa itu dibunuh dengan keji dulu? Untuk selanjutnya di santap?
"Kenapa?" tanya Pangeran Aloux.
Cataleeya menggeleng, "Ah Pangeran baru mendapat dua, ya? Apa tidak cukup?"
"Tidak"
"Baiklah. Aku mengerti."
"Itu karena rusa-rusa itu entah kemana mereka bersembunyi"
"Iyakah? Lalu itu apa?"
Telunjuk Cataleeya mengarah pada segerombolan rusa yang melintas. Pangeran Aloux diam seribu bahasa. Rasanya harga dirinya jatuh. Tanpa menunggu lama, Pangeran Aloux melesatkan tombaknya.
SAT!
SLERB
Satu rusa terkapar. Sedangkan yang lainnya berlari untuk berlindung. Cataleeya menutup mata karena menurutnya itu terlalu sadis. Padahal, hewan memang ada untuk menjadi makanan.
Pangeran Aloux beranjak pergi untuk mendapatkan hewan buruannya. Kemudian kembali lagi dan meletakkan rusa yang dibawa dengan dua rusa yang telah ia dapatkan sebelumnya.
"Apakah Pangeran lebih suka berburu menggunakkan tombak?"
"Kenapa?" Pangeran Aloux malah berbalik tanya.
"Tidak. Hanya saja …," ucapan Cataleeya menggantung. Ah sebaiknya tidak diucapkan. Ya, lebih baik begitu. Melihat gelagat aneh, Pangeran Aoux menatap tanpa berkedip. Cataleeya paham maksud tatapan itu.
"Hanya saja …," Cataleeya ragu untuk mengucapkannya. Ia menggaruk telinganya yang tidak gatal. Pangeran Aloux masih tetap menunggu jawaban Cataleeya. Pada akhirnya Cataleeya mengangkat kedua tangannya.
"Hauuu …," Cataleeya mengaum.
Atau lebih tepatnya Cataleeya mencicit? Entahlah … yang terpenting yang di maksud Cataleeya adalah mengapa tidak langsung berburu dengan terkaman.
Pangeran Aloux berekspresi datar. Cataleeya semakin merasa bahwa hal itu salah. "Ma—maaf Pangeran. Tidak bermaksud—lupakan saja. Bagaimana kalau aku ajarkan gaya berburu yang berbeda?" Ucap Cataleeya. Ia berusaha mengalihkan topik dan menghindari Pangeran Aloux agar tidak menghukumnya. Sedangkan Pangeran Aloux memalingkan muka. Ia ingin tertawa karena auman Cataleeya yang sudah seperti kucing kejepit pintu.
Cataleeya berlari ke arah rusa. Ia mengejar-ngejar rusa. Seulas senyum terlukis di wajah Pangeran Aloux. Bodoh, pikirnya. Mana bisa berburu hanya dengan mengejarnya? Itulah pendapat Pangeran ALoux.
Mata pangeran Aloux membulat tak kala melihat Cataleeya jatuh tersungkur. Ia hendak menghampiri tapi Cataleeya lebih dulu berdiri dan menatapnya dengan cengiran tak berdosa. Ternyata, ia berhasil menangkap rusa tanpa melukainya.
"Pangeran! Ayo cepat. Bantu aku membawa rusa ini."
Pangeran Aloux menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan tingkah laku pelayannya ini. Pangeran Aloux pun menghampiri Cataleeya.
"Bagus 'kan cara berburuku? Setidaknya kita harus memperlakukan mereka dengan baik sebelum mereka kita santap," ucap Cataleeya diiringi kehkehannya.
"Terserah."
Pangeran Aloux mengikat rusa yang masih hidup itu. Ia mengangkat tombaknya. Tapi ditahan oleh Cataleeya.
"Eh –eh … Pangeran! Jangan di tombak! Coba saja di kejar."
"Kita tidak punya waktu."
"Aku dengar, bangsa serigala cepat dalam menangkap musuh."
Pangeran Aloux terdiam sebentar. Lalu ia melepaskan tombaknya. Tanpa memberi aba-aba pada Cataleeya, ia berubah wujud menjadi serigala. Lagi, Cataleeya mematung. Sungguh ia tidak tebiasa melihat perubahan sesosok manusia dalam sekejap mata menjadi silmuan serigala yang buas!
Cukup lama Cataleeya mematung, hingga ia tidak sadar Pangeran Aloux sudah berubah wujud menjadi manusia lagi. Satu rusa yang menggeliat ingin kabur bahkan sudah terlilit tali.
"Kamu takut?"
Cataleeya mengangguk.
"Oh."
Cataleeya masih mematung. Padahal Pangeran Aloux sudah lumayan jauh berjalan dengan membawa dua rusa hidup di tangannya.
"Apakah kamu tidak akan pulang?" suara Pangeran Aloux cukup keras sehingga membuat kesadaran Cataleeya kembali.
"Tidak! Tidak! Aku mau pulang!" Cataleeya bergegas menghampiri Pangeran Aloux.
Pangeran Aloux meletakkan rusa. Total ada sekitar 5 rusa yang harus dibawanya pulang. Sedangan mereka hanya berdua.
"Bagaimana kita membawanya, Pangeran?"
"Kenapa harus aku? Pelayan yang membawanya."
"Maksud Pangeran, aku ahrus membawa 5 rusa itu?"
Pangeran Aloux tidak memberi tanggapan. Ia malah mengaum. Kemudian tak lama ada beberapa serigala yang menghampiri. Dalam beberapa detik, serigala itu berubah menjadi manusia. mereka memberikan salam penghormatan bagi Pangeran Aloux.
"Bawa hasil buruanku. bawa juga Nona Cataleeya di punggungmu. Kita tidak punya waktu banyak. Cepat."
"Baik, Tuan."
Saat para pengawal yang dipanggil Pangeran Aloux akan berubah wujud, tangannya menutup mata Cataleeya.
Karena hal itu, Cataleeya menahan napas, "Pangeran …."
"Diam. Bukankah kamu takut?"
Tak lama, Pangeran Aloux melepaskan tangannya. Kelima pengawal itu sudah berubah wujud menjadi serigala. Satu dari serigala itu menunduk.
"Setelah naik, tutup matamu. Buka jika engkau merasakan mereka sudah mulai berjalan."
Cataleeya mengangguk. Ia pun menaikki serigala yang menunduk tadi. Sesuai perintah Pangeran Aloux, ia menutup mata. Disaat itulah, Pangeran Aloux berubah wujud. Tak lama, Cataleeya merasakan bahwa serigala yang di tumpanginya mulai berjalan. Ia membuka mata. Serigala berkaki emas itu memenuhi kornea matanya. Tentu saja, dia … Pangeran Aloux.
Tunggu?
Cataleeya mengingat sesuatu tentang kaki serigala emas itu.
Aha!
Ia tahu kesalahan apa yang di maksud Pangeran Aloux siang tadi. Cataleeya memerhatikan kaki emas itu, lalu beralih pada kaki lain yang kalau diperhatikan … terluka. Pangeran Aloux terluka. Apa karena malam itu?
*******
110820, Bdg.