Cataleeya mengekor dibelakang Pangeran Aloux. Pipinya masih bersemu merah karena kejadian sendawa. Padahal Pangeran Aloux biasa saja. Setidaknya itulah yang dilihat Cataleeya. Tidak ada raut wajah jijik, marah atau tertawa sekalipun. Tapi hal itulah yang patut diwaspadai. Jangan-jangan tidak berekspresi ini malah pada akhirnya akan memberi ia hukuman, pikir Cataleeya.
Mereka keluar dari kamar Pangeran. Kedua penjaga di pintu kamar masih siaga. Cataleeya menoleh sebentar pada pengawal yang mengantarnya. Ada raut kekhawatiran yang jelas. Namun Cataleeya tidak bisa menanyaninya sekarang.
Setelah setengah perjalanan, Cataleeya memberanikan diri bertanya. "Em … Pangeran," panggil Cataleeya.
"Hm," jawab Pangeran tanpa memberhentikan langkahnya.
"Saya minta maaf."
"Untuk?"
"Kejadian tadi siang."
"Kejadian yang mana?"
"Eh?"
"Banyak kejadian yang aku hadapi. Kejadian yang kamu maksud itu yang mana?"
"Kejadian di hutan. Saya tidak sengaja, Pangeran. Saya mohon jangan hukum saya."
Pangeran Aloux berhenti. Ia berbalik, " Padahal aku mau menghiraukannya tapi kamu membahasnya maka aku akan pikirkan hukuman yang pantas apa."
"Hah? Tidak-tidak. Maksud saya—Pangeran! Dengarkan saya dulu!."
Pangeran nampak tidak perduli. Ia pergi meninggalkan Cataleeya yang semakin resah tentang hukuman yang akan diterimanya. Belum lagi masalah pengawal itu yang Cataleeya yakini ada sangkut pautnya dengan peristiwa tadi.
"Pangeran!"
"Pangeran!"
Cataleeya mulai berlari untuk menyeimbangi langkah Pangeran yang cepat. Tapi semua itu sia-sia saja. Pangeran Aloux akhirnya telah masuk ke aula lebih dulu. Kemudian menghilang di kerumunan para tamu. Cataleeya hanya menunduk pasrah menunggu vonis hukuman dari majikannya itu.
"Kenapa kamu nampak lesu?" tanya Kepala Pelayan Arch.
Cataleeya menggeleng pelan.
"Jangan bilang kalau kamu melakukan kesalahan?" suara Pelayan Arch meninggi.
Cataleeya mengegeleng kuat, "Tidak Nona! Saya tidak melakukan kesalahan."
"Lalu kenapa kamu lesu seperti itu?"
"Em … kecapean saja."
"Begitukah? Tahanlah sedikit. Pestanya akan selesai setelah acara dansa."
"Dansa?" beo Cataaleeya.
Ia mengedarkan pandangannya. Benar saja, beberapa pasangan mulai berjalan ke arah lantai dansa. Raja dan Ratu pun mulai terlihat jalan bergandengan. Cataleeya mencari-cari sosok Pangeran. Lalu ia menemukannya tak jauh dari posisi orang tuanya berdiri. Terlihat Pangeran Aloux sedang membungkukkan badannya pada seorang Putri. Putri itu yang ditemuinya ketika di gerbang aula. Hadirin yang melihat itu semakin riuh.
Iringan musik mulai terdengar. Para pasangan dansa telah siap di posisinya masing-masing. Pangeran Aloux dan pasangannya berada di posisi paling tengah. Posisi itu seakan menegaskan bahwa merekala lakon utma pada malam ini.
Ah, Cataleeya jadi mengidamkan berdansa juga. Tapi mengingat keadannya seperti ini—yang bahkan besok pun masih hidup atau tidak karena dirinya selalu saja membuat masalah. Semoga saja malam yang indah ini akan memberikan efek bahagia pada Pangeran sehingga kadar kemurah hatiannya semakin meningkat. Tentunya memberikan peluang yang besar untuk Cataleeya tidak dihukum. Cataleeya tersenyum lebar memikirkan hal itu.
Pesta dansa itu semkain lama semakin semarak. Orkestra musik sangat mahir sekali membuat suasana semakin semarak dan penuh gairah. Belum lagi gerakan Pangeran Aloux dan Putri Heluera sangat luwes. Benar-benar menakjubkan. Bahkan Cataleeya bertepuk tangan melihatnya.
"STOP!"
Seru seseorang secara tiba-tiba. Otomatis, orkestra itu menghentikan musiknya. Semuanya tertegun. Laki-laki tua berjanggut putih masuk tanpa permisi. Membuat semua mata memandangnya.
"Penasihat Tyloer? Bukankah kamu sedang pergi bertapa?" tanya Raja Xyloz.
Laki-laki tua itu—Penasihat Tyloer, membungkuk, "Salam hormat dari hamba Yang Mulia. Ya, benar. Tapi aku mendapat suatu berita yang tidak bisa aku tunda."
"Apa itu?"
"Selamat Yang Mulia, engkau akan segera melaksanakan penobatan Raja baru purnama mendatang."
"Astaga! Benarkah itu? Kamu sudah mendapatkan petunjuk untuk tanggal penobatan?" Raja Xyloz tidak percaya secepat ini akan diberi sesuatu yang di tunggu-tunggu.
"Benar, Yang Mulia."
"Ohohoho! Selamat anakku, Aloux. Kamu sebentar lagi akan memimpin bangsa serigala."
"Kamu memang anak kebanggan Bunda, Aloux! Pembawa keberuntungan. Inilah sejarah pertama, Raja tercepat dalam pengangkatan. Kesuskesan akan selalu menyertaimu, Nak." Ucap Ratu Jelayne.
"Terima kasih Yang Mulia. Tidak akan menjadi kenyataan apabila tidak ada restu dari Yang Mulia," ujar Pangeran Aloux.
Sesaat suasana semakin riuh. Malam ini benar-benar malam yang menakjubkan bagi mereka. Sebentar lagi akan ada penobatan Raja baru dan tentunya akan menyongsong kejayaan yang selama ini mereka tunggu.
"Karena malam ini aku sangat bahagia, aku persilahkan para pelayan untuk berbaur dengan kami. Makanlah sepuasnya tidak perlu menunggu waktu khusus kalian. Nikmati semuanya bersama kami."
Sontak saja ucapan Raja Xyloz itu mengundang gemuruh yang tak terhindarkan. Pelayan-pelayan yang tadi hanya bisa berdiri mematung untuk menunggui majikannya mereka kini mulai menyantap makanan, musik dan lainnya.
Begitupun dengan Cataleeya. Akhirnya ia bisa menggoyangkan kakinya yang pegal. Ia pun lebih memilih berjalan-jalan melihat-lihat aula daripada menyantap makanan. Iyalah, karena peutnya sudah penuh dengan makansn yang diberi oleh Pangeran Aloux.
"Mengapa kamu disini?"
Cataleeya terhenyak. Ia menoleh, ternyata Pangeran Aloux. "Pa—pangeran …."
"Kamu tidak menikmati hidangan di dalam?"
"Saya masih kenyang, Pangeran."
"Menari?"
Cataleeya nyegir kuda, "Tidak bisa, Pangeran."
"Wanita apa tidak bisa menari," ejek Pangeran.
Cataleeya terdiam. Tiba-tiba saja rasa marah muncul. Pangeran Aloux menyadari hal itu. Sesaat ia jadi merasa bersalah. Padahal niatnya tidak seperti itu. Tunggu. Pangeran Aloux ingat sesuatu. Cataleeya pernah ditertawakan oleh teman-temannya ketika belajar menari. Sepertinya amarahnya masih disimpan baik-baik olehnya. Cataleeya bukanlah orang yang mudah menujukkan rasa kesalnya. Dibanding mengutarakannya, ia lebih memilih pergi.
"Apa perkataan teman-temanmu itu masih kamu ingat?"
Cataleeya terkejut dengan pertanyaan Pangeran. Pertanyaannya sama dengan apa yang sedang dipikirannya. "Kenapa Pangeran bisa tahu?"
"Menurut kamu gimana?"
Cataleeya menutup mulutnya. "Apa kejaidan tadi sore dengan pengawal itu juga Pangeran tahu?"
"Kamu adalah orang terbodoh yang penrah aku temui, Cataleeya."
Cataleeya cemberut, "Pedas sekali omongan Pangeran."
"Itu benar. Mana ada orang pintar merencanakan seperti itu. Walaupun kamu menutup matamu, aku bisa mendengar suaramu dan apa yang kamu rasakan."
"Intinya walaupun disembunyikan, Pangeran akan selalu tahu?"
Pangeran Aloux mengangguk.
"Apa kejadian pengawal yang tiba-tiba mengamuk sampai membuatku jatuh tersungkur itu juga ulah Pangeran?
Pangeran Aloux tidak menjawab.
"Diamnya Pangeran saya anggap sebuah kebenaran."
"Itu balasan."
"Hah? Balasan?"
"Kamu yang membuat aku jatuh tersungkur duluan."
Cataleeya merapatkan bibirnya. Benar juga. Kejadian waktu bulan purnama itu, membuat Pangeran Aloux jatuh tersungkur.
"Memangnya sekuat itukah bangunan itu?" tanya Cataleeya.
"Bangunan itu diselimuti sihir yang kuat untuk meredam bau manusia dan perlidungan yang kuat agar bangsa serigala yang buas tidak bisa menembus."
"Memangnya ada sihir yang seperti itu?"
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini."
Cataleeya terdiam. Entah apa lagi yang harus ia katakan. Ia pun menaiki undakan pagar balkon. Ia merentangkan tangan untuk merasakan semilir angin malam. Tak sadar senyum Pangeran Aloux terbit.
"Eh, Pangeran!"
Cataleeya ceroboh. Ia membalikkan badannya sekaligus. Ia lupa kalau kainnya sedang menginjak sebuah undakan kecil. Alhasil ia tidak bisa menyeimbangkan badannya. Ia oleng.
HAP
Untungnya Pangeran Aloux sigap. Ia menangkap badan Cataleeya yang oleng karena tergelincir. Tentunya, Cataleeya terkejut. Pandangan mereka bertemu. Nampaknya keduanya tidak mau melepas satu sama lain.
Sayangnya satu pasang mata melihat kejadian itu. Instingnya yang kuat mampu menebak kejadian selanjutnya. Inilah awal petaka bagi mereka.
"Heluera …."
"Ya, Paman?"
"Lihat apa?"
"Tidak lihat apa-apa. Oh ya, sepertinya aku harus kembali sekarang. Ada beberapa urusan yang harus diselesaikan."
"Secepat itukah?"
"Lain kali aku akan kembali kesini."
"Tentu. Kamu harus kembali sebagai ratu bangsa serigala."
Putri Heluera tersenyum penuh arti.
************
160820, Bdg.