Matahari terbit dari timur dengan gagahnya. Pagi itu, tak seperti pagi-pagi sebelumnya. Mulai pagi ini, akan menjadi berbeda bagi Pangeran Aloux. Tentunya karena Penasihat Tylour telah mendapatkan petunjuk untuk tanggal penobatan. Seiring dengan penobatan maka Pangeran Aloux pun harus memilih calon istri.
"Apakah memang harus secepat ini?" tanya Pangeran Aloux.
"Harusnya kamu sudah mengerti. Ketika kamu dilahirkan menjadi seorang Pangeran, maka harus siap-siap dengan ini. Menikahlah dengan Putri Heluera."
"Yang Mulia …."
Ratu Jelayne yang paham bagaimana perasaan anaknya, mengelus halus pundak Pangeran Aloux. Sedangkan Raja Xyloz memilih pergi. Ia tak mau memusingkan kegalauan anaknya.
"Aloux …."
"Kenapa harus dia?" tanya Aloux to the point.
"Karena satu-satunya Putri yang cocok denganmu adalah dia."
"Apakah Ibu yakin?"
Ratu Jelayne menggangguk. Pangeran Aloux menghembuskan napas. Sepertinya tidak ada gunanya juga dia mencari alasan. Semua anggota kerajaan, jodohnya sudah disiapkan melalui perjodohan. Lagian apa pula yang dipikirkan olehnya? Mengapa meragukan Putri Heluera yang benar-benar setara bersanding dengannya.
"Apaka kamu mencintai seseorang?"
Mendnegar itu, ada rasa tegang yang dirasakan Pangeran Aloux. Tubuhnya mengatakan iya, tapi ia menolaknya. "Tidak."
"Lantas apa yang meragukanmu?"
"Aku hanya baru bertemunya tadi malam. Apakah secepat itu?"
Ratu Jelayne tersenyum, "Tak usah khawatir. Mulai besok kamu akan terus bersamanya."
Pangeran Aloux terkejut. "Maksud Ibu, aku akan menikah besok?"
"Kamu mau seperti itu?"
"Ibu!" rajuk Pangeran Aloux.
"Dengar, besok adalah hari dimana kamu akan memulai segalanya. Kamu tahu? Setiap Raja bangsa serigala, sebelum penobatan, mereka harus mengumpulkan 3 benda keramat."
"Aku sudah tahu," sela Pangeran Aloux.
Ibunya itu merapatkan bibirnya. "Apa saja yang harus kamu temukan?"
"Bunga Pitweysif, bejana emas foutyx dan air klojiv."
"Bagus. Wahh … sekarang anak Ibu sudah besar, ya?" rambut Pangeran menjadi tak beraturan karena usapan ibunya.
Pangeran Aloux menatap jengah, "Jangan mengalihkan pembicaraan. Jawab kenapa besok Putri Heluera harus bersamaku?"
"Setiap pasangan itu harus berjuang bersama-sama. Itu kenapa Putri Heluera harus bersamamu mulai esok."
"Putri Heluera harus pergi bersamaku mencari tiga benda itu? Yang benar saaja!"
Tatapan Ratu Jelayne menyipit, "Ibu pikir perkataan tadi ada benarnya."
Pangeran Aloux mengernyit, "Perkataan mana?"
"Kamu suka orang lain."
"Tidak."
"Iya."
"Tidak."
"Iya."
"Terserah."
Pangeran Aloux pun pergi tanpa permisi. Hatinya sudah dongkol duluan. Mana bisa ia berlam-lama dengan ibunya yang menyebalkan itu. Kalau saja tidak sayang, ia mungkin sudah melakukan perhitungan.
Pangeran Aloux melangkah dengan lebar. Entahlah, gemuruh di hatinya tak bisa ia redakan dengan cepat. Pada persimpangan, ia memilih belok kiri. Padahal arah kamarnya harus belok kanan. Kemana Pangeran Aloux ini akan pergi?
Pertanyaan itu terjawab tak kala Pangeran Aloux masuk pada sebuah ruangan yang didepannya, terlihat Kepala Pelayan Dyroudram baru saja menutu pintunya. Pangeran Aloux mengabaikan Kepala pelayan itu yang hendak menyapa. Benar-benar, hari ini Pangeran Aloux tidak bisa diajak ramah.
BRAKK
Pangeran Aloux membuka pintu yang hampir saja seperti mendobrak pintu. Tentu saja orang-orang didalamnya terkejut. Melihat siapa yang datang, mereka yang tadinya ingin mengumpat langsung tunduk memberi penghormatan. Sedangkan yang di beri penghormatan acuh. Matanya mengedar ke seisi ruangan. Tampak beberapa ranjang yang berderet. Maklum ini adalah asrama khusus pelayan dari kalangan manusia.
"Pa—pangeran, ada yang bisa saya bantu?" tanya Kepala Pelayan Dyroudram.
Pangeran Aloux tidak menjawab. Ia masih mencari-cari seseorang. Siapa lagi kalau bukan Cataleeya? Tapi nampaknya tidak ada. Lalu tak selang lama dari itu,di balik pintu masuklah seseorang dengan wajah polosnya. Ia nampak begitu keheranan karena semua orang begitu tegang.
"Ad—"
Mendengar suara itu, Pangeran Aloux segera berbalik. "Kamu! Ikut aku sekarang juga!"
Cataleeya terhenyak. Menagapa Pangeran Aloux mencarinya malam-malam begini? Ini sudah jamnya tidur. Apakah ada sesuatu yang genting? Atau ia tak sadar telah melakukan kesalahan? Kalau pilihan terakhir benar, mati saja Cataleeya.
"Tapi …."
"Jangan membantah!"
Cataleeya segera mengekori Pangeran Aloux. Hatinya semakin berdetak tak keruan. Pasalnya ia tidak tahu apa yang harus ia hadapi nanti. Semoga saja, nyawanya masih dapat diselamatkan.
Ternyata Pangeran Aloux membawa Cataleeya ke gudang persenjataan. Otomatis, pikiran Cataleeya semakin liar. Mungkin malam ini adalah malam terakhirnya. Ah, ia jadi tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah ia kabur saja?
"Aku ingin panah dan busurku," ucap Pangeran pada penjaga gudang.
"Apa Pangeran akan berburu? Ini sudah larut malam."
"Kamu meremehkanku sebagai serigala?"
Penjaga itu menutup mulutnya rapat-rapat. Pangeran Aloux pun meraih panah dan busurnya. Lalu ia berikan pada Cataleeya, "Bawa ini."
Cataleeya hanya mengangguk. Kemudian ia mengekori Pangeran lagi. Sesaat ada pikiran untuk kabur saja agar tidak di bunuh oleh Pangeran. Tapi, kakinya sekan sangat berat untuk kabur. Entah kenapa, mungkin ia yang terlalu takut pada Pangeran.
"Kenapa kamu malah berhenti?"
Cataleeya lagi-lagi terhenyak. Nada bicara Pangeran masih marah-marah sehingga Cataleeya semakin curiga kalau Pangeran akan membunuhnya.
"A—anu Pa—pangeran …."
"Pangeran Aloux menatapnya tajam, "Ikut atau kamu akan—"
"Baik, Pangeran. Aku ikut!"
Pangeran berkacak pinggang. Ia baru sadar ada raut kekhawatiran dan ketakutan dari wajah Cataleeya. Mungkin karena ia yang marah-marah dan sekarang ia malah ingin berburu. Pasti Cataleeya mengira dia akan membunuhnya.
"Kalau begitu, kamu yang di depan."
"Apa? Tidak, Pangeran. Itu tidak sopan."
"Didepan atau—"
"Iya, baik Pangeran. Aku akan jalan di depan. Lebih dulu."
Cataleeya pun berjalan di depan Pangeran. Sesekali ia menoleh ke belakang. Ia waspada kalau-kalau Pangerannya itu akan berbuat sesuatu. Bahkan Cataleeya semakin sering menoleh kebelakang. Hal itu membuat Pangeran sedikit menyunggingkan senyumnya. Curigaan sekali wanita ini, pikirnya
"Belok kanan."
Seru Pangeran saat di depan Cataleeya ada persimpangan. Cataleeya tidak langsung berbelok. Ia berbalik pada Pangeran, lalu mengarahkan telunjuknya ke arah kanan. Tanda bahwa dia butuh penegasan kebenaran. Pangeran Aloux mengganguk. Lalu mereka pun berjalan lagi hingga masuk ke sebuah pintu yang menghubungkan mereka dengan lapangan besar nan luas.
"Kita mau berburu disini?" tanya Cataleeya.
"Lalu kamu mau berburu di hutan?"
Cataleeya menggeleng. "Tapi kalau disini kita mau memburu apa? Disini tidak ada rusa."
Pangeran Aloux tidak langsung menjawab. Ia mendekatkan tubuhnya pada Cataleeya. Tepat di telinga Cataleeya, Pangeran berkata, "Kamu."
Sontak saja Cataleeya memelototkan matanya lalu tanpa sadar ia malah memukul bahu Pangeran, "Pangeran!" rajuknya.
Pangeran terkehkeh melihat wajah cemberut dan kesal milik Cataleeya. Sedangkan Cataleeya semakin kesal melihat Pangeran Aloux menertawakannya, "Terus saja menakut-nakuti dan menertawakanku!"
Pangeran Aloux masih terkehkeh. "Sudahlah. Duduk saja disana. Aku hanya ingin berlatih memanah ditemani dirimu."
Cataleeya mencebik. Ia membalikkan badan dan mulai berjalan ke arah bangku yang tak jauh dari posisinya berdiri. Mulutnya masih berkomat-kamit merapalkan kejengkelan hatinya. Ia pun duduk. Matanya yang acuh tak acuh, pada akhirnya fokus mempertahtikan permainan memanah Pangeran Aloux. Tapi pikirannya dipenuhi pertanyaan, mengapa harus belajar memanah? Mengapa harus belajar tombak? Mengapa harus belajar berkuda? Kalau pada akhirnya di saat peperangan mereka … tetap serigala. Yang membunuh musuh dengan cabikan gigi tajamnya.
********
160820, Bdg.