Kastil Dyroudram terlihat ramai. Pesta yang diadakan Raja Xyloz akan segera dimulai. Aula tempat berkumpul sudah ditata rapi oleh dekorator kerajaan. Belum lagi, semerbak bau makanan, menggoda mulut untuk segera disantap.
Cataleeya menunduk. Kakinya berusaha menyamakan langkah dengan pelayan didiepannya. Kini mereka akan mengurusi Pangeran Aloux. Saat di ambang pintu, Cataleeya sedikit menoleh pada pengawal yang mengantarnya tadi. Tapi, pengawal itu malah memalingkan muka.
"Sekarang lakukan tugas kalian masing-masing, " ucap kepala pelayan Pangeran Aloux, Nona Arch.
"Baik, Nona."
Kelima pelaya Pangeran Aloux mulai berpencar untuk bekerja. Ada yang bertugas menyiapkan pakaian, memasangkan pakaian, mendadani Pangeran Aloux dan menata rambutnya. Kebetulan, Cataleeya kebagian untuk mengantarkan handuk Pangeran Aloux.
Cataleeya menerima handuk yang dari Kepala Pelayan Arch. Ia pun segera berdiri di dekat pintu kamar mandi. Seraya melihat pelayan yang lain melakukan tugas, mata Cataleeya beredar. Namun, hal itu diketahui oleh Nona Arch. Ia memelototi Cataleeya. Cataleeya yang melihat hal itupun kembali menunduk.
Tak lama, Pangeran Aloux keluar. Bau parfum yang unik cukup membuat Cataleeya mengendus. Pangeran Aloux menatap datar Cataleeya. Ia mengambil handuknya. Kemudian Cataleeya mengekor dibelakang. Melihat Pangeran Aloux telah selsai membersihkan diri, pelayan yang lain segera menghampiri. Sedangkan Cataleeya berdiri seraya menunduk. Kepala Pelayan Arch memerhatikan kalau-kalau bawahannya melakukan kesalahannya.
Pangeran Aloux duduk di depan cermin besar. Satu pelayan mengeringkan rambutnya. Setelah selesai ia berdiri kemudian pelayan lain memakaikan jubbah kerajaan. Kemudian pelayan lain mendadani Pangeran Aloux dan menata rambutnya.
Cataleeya masih tetap menunduk. Ia tidak sadar kalau sedari tadi Pangeran Aloux memerhatikannya. Tidak ada yang menyadarinya, selain Kepala Pelayan Arch. Hanya saja ia tidak ambil pusing.
"Sudah selesai, Pangeran," ucap Kepala Pelayan Arch.
Pangeran Aloux berdiri. Ia berbalik. Pada saat itulah, secara tidak sengaja Cataleeya menengadah untuk melihat penemapilan Pangeran Aloux. Kepala Pelayan Arch yang menyadari itu, menyenggol lenganya. Otomatis Cataleeya segera menunduk.
"Maaf," ucap Cataleeya dengan nada yang cukup di denganr oleh Kepala Pelayan Arch saja.
"Ayo," ucap Pangeran Aloux.
Mereka pun keluar kamar. Pangeran Aloux berada di depan dengan diekori oleh kelima pelayannya. Cataleeya berada pada posisi paling akhir. Pengawal langsung tegak tak kala Pangeran Aloux keluar. Cataleeya melihat pengawal yang mengantarnya kemarin nampak begitu tegang. Tentu saja hal itu membuat ia bertanya-tanya. Mungkin kejadian kemarin ada sangkut pautnya dengan ekspresinya hari ini.
"Mungkinkah …," Cataleeya menutup mulutnya tak kala menyadari sesuatu. Setelah ini ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi. Ah, Cataleeya memang bodoh! Rutuknya dalam hati.
Rombongan Pangeran Aloux sampai di depan aula bersamaan dengan rombongan Petinggi Wells.
"Ouh! Pangeran! Apa kabarmu?" sapa Petinggi Wells.
"Aku baik-baik saja."
"Syukurlah. Aku dengar kamu akan segera dinobatkan menjadi Raja?"
"Masih rencana."
"Aish … hal itu harus segera dilakasanakan. Kamu sudah cukup mumpuni, Pangeran. Oh ya, apa kamu sudah mempunyai calon istri? Mau aku perkenalkan dengan wanita?"
Pangeran Aloux tak sempat menjawab. Petinggi Wells mengalihkan pandangan pada rombongan yang baru datang.
"Paman …."
"Heluera …. akhirnya kamu datang juga. Bagaimana perjalananmu kemari? Baik-baik saja, bukan?" tanya Petinggi Wells.
Putri bergaun salem itu tersenyum. "Baik-baik saja, Paman."
"Oh iya, ini Pangeran Aloux. Yang sering kuceritakan kepadamu."
Putri Heluera menoleh kemudian memberikan penghotmat pada Pangeran Aloux. "Hormat hamba, Pangeran."
Pangeran Aloux mengangkat tangannya. Tanda bahwa penghormatan Putri Heluera diterima. Putri Heluera kembali tegak.
"Tidak baik berbincang di depan pintu. Mari silakan masuk," ucap Pangeran Aloux
Ia pun masuk lebi dulu kemudian disusul oleh rombongan Petinggi Wells dan Putri Heluera. Raja dan Ratu menyambut kedatangan putra mereka. Raut bahagia sangat terlihat jelas di wajah mereka.
"Hari ini Putri Heluera cucu dari Panglima Perang Zorakka hadir Yang Mulia," ucap Petinggi Wells mengenalkan keponakannya. Tangannya berjentik mengode pelayannya untuk segera pergi ketempatnya. Begitu pun dengan pelayan Putri Heluera dan Pangeran Aloux. Mereka yang hanya pelayan memiliki tempat khusus. Yakni di pinggiran aula. Mereka akan berdiri takdzim menunggui majikan mereka.
"Benarkah? Wah kami sangat tersanjung atas kehadiran keluarga Panglima Perang Zorakka. Walaupun Panglima Perang sudah tidak ada, tapi kami masih mengingat pengorbanan yang tak terhitung pada keluarga kerajaan. Selamat datang di kastil Dyroudram, Putri Heluera," ucap Ratu Jaleyne.
Putri Heluera hanya tersenyum. Mendengar sambutan ramah dari Ratunya itu, Petinggi Wells semakin semangat untuk mempromosikan keponakannya. "Tentu kita tidak bisa melupakan pengorbanan Panglima Perang Zorakka. Selain berjasa besar, beliau adalah satu-satunya kepercayaan Raja Bierlona."
"Kalai begitu mari kita duduk bersama," ucap Raja Xyloz.
Pangeran Aloux hanya bisa menjadi pendengar yang baik. Sepertinya pembicaraan setelah ini adalah pernikahannya. Pasalnya raut wajah kedua orang tuanya sangat jelas menggambarkan tertarik pada Putri Heluera. Wah, menyebalkan sekali.
Pangeran Aloux tidak banyak bicara. Sekali-kali ia menoleh pada rombongan pelayannya. Lebih tepatnya, ia melihat Cataleeya. Ia jadi teringat apa-apa saja yang telah dialami pelayannya itu. Ya, waktu mereka bertatapan, Pangeran Aloux sengaaja melihat seluruh apa yang telah dialami Cataleeya.
Tidak bersemangat. Itulah kata yang pantas disandingkan dengan kisah hidup Cataleeya. Pangeran Aloux melihat Cataleeya ketika hidup di dunia manusia hanyalah sekedar makan, tidur dan membaca buku. Anak itu terlalu tertutup dengan dunia luar. Bahkan teman-temannya menganggap bahwa dia gadis aneh. Ia sangat menyayangi Ayahnya. Pangeran Aloux pun dapat merasakan kesedihan Cataleeya karena meninggalkan Ayahnya yang sakit.
Oh iya, jangan lupa masalah tadi sore saat ia memerintahkan pergi ke Hutan Qaejuf. Cataleeya berlagak cerdik untuk mengelabuinya dengan minta diantarkan oleh pengawal dengan mata tertutup. Mengingat kejadian itu, Pangeran Aloux tertawa hingga memperlihatkan giginya.
"Maaf, tapi apakah sekonyol itukah hobiku, Pangeran?" tanya Putri Heluera.
"Apa?"
"Kamu tersenyum yang sudah seperti tertawa saat aku menceritakan hobiku adalah menyihir batu menjadi kodok."
Pangeran kikuk. "Tidak juga. Kupikir kamu lebih mirip penyihir daripada purti bangsa serigala."
"Hahaha … bangsa serigala pun harus mahir menyihir untuk mengelabui musuh. Level berapa kempauan menyihirmu, Heluera?" tanya Raja Xyloz.
"Satu level lagi menuju akhir."
"Hebat sekali. Itu artinya level tertinggi masih di duduki oleh Ojiywis dan sahabatnya Shakara dari bangsa manusia?" tanya Ratu Jaleyne.
"Kebetulan Shakara guruku di akademi menyihir Yang Mulia …"
"Bagus sekali, Heluera. Tidak banyak seorang putri memiliki kemampuan menyihir sepertimu."
Perbincangan itu semakin santai bak keluarga yang telah lama mengenal. Tapi lagi-lagi Pangeran Aloux tidak fokus memerhatikan. Tatapannya terpaku pada Cataleeya yang sekarang sedang memainkan kakinya karena pegal. Kemudian tangannya terulur untuk menekan perutnya. Apakah dia lapar? Tanyanya dalam hati.
Pangeran Aloux mengedarkan pandangan. Ah, ini belum waktunya para pelayan makan pada acara pesta perayaan seperti ini. Akan ada waktu khusus untuk para pelayan makan dan itu mungkin 2 jam lagi. Seorang pelayan menghampiri meja yang digunakan Pangeran Aloux. Ketika itu, ia mendapat ide.
"Minumannya yang Mulia …," ucap pelayan itu dengan membawa senampan yang berisi minuman berkualitas.
Setelah mendapat persetujuan dari Ratu Jaleyne, pelayan itu mulai meletakkan gelas minuman. Pelayan itu meletakkannya dengan gerakan luwes. Hanya saja, ketika pelayan itu meletakkan gelas terakhir berbarengan dengan Pangeran Aloux yang mengambil camilan. Alhasil Pangeran Aloux menyenggol lengan pelayan dan membuat gelas minuman itu sedikit tumpah ke bajunya.
"Pelayan!" teriak Petinggi Wells.
"Maaf-maaf Pangeran. Hamba tidak sengaja. Tolong maafkan hamba," pelayan itu langsung bersembah sujud.
"Tidak apa-apa. Bangunlah," Pangeran Aloux beranjak, "maaf. Saya harus mengganti pakain terlebih dahulu."
Pangeran Aloux menatap Kepala Pelyaan Arch untuk menyuruh satu pelayanya ikut. Kepala pelayan kerajaan Dyroudram, Nona Ohrn datang menghampiri untuk memohon maaf an mmebnatu membenahi kekacauan yang terjadi.
"Maaf, Pangeran. Saya akan menghukumnya."
"Tidak usah. Saya tahu dia tidak sengaja."
"Baik, Pangeran."
Pelayan yang membawa minuman itu semakin merendahkan sujudnya. Ia sangat berterima kasih pada kemurahan hati Pangeran Aloux. Sedangkan disebrang sana, Kepala Pelayan Arch berbalik menghadap bawahannya.
Ia menghembuskan napas. Sesuai tatapan Pangeran Aloux, Cataleeya lah yang diminta menemaninya. Arch tida begitu senang karena tahu bahwa kinerja Cataleeya tidak terlalu bagus. Ia terlau takut mengecewakan Pangeran Aloux.
"Cataleeya …."
"Ya, Nona Arch?"
"Temani Pangeran berganti pakaian."
"Hah? Kok aku? Ma—maksudnya saya," Cataleeya meralat ucapannya. Ia tahu bahwa dalam pekerjaanya ia harus menggunakkan bahasa formal sebagai penghormatan. Sedangkan bahasa tidak formal seperti sebutan 'aku' hanya untuk teman terdekat atau boleh digunakan para petinggi yang merasa dekat dengan lawan bicaranya. Cotohnya adalah Raja dan Ratu yang sering menyebut 'aku' karena merasa dekat dengan rakyatnya.
Non Arch hanya menatap tajam pada Cataleeya untuk menyuruhnya segera pergi. Kemudian Cataleeya pergi menemani Pangeran Aloux. Sebelum keluar dari aula, Pangeran Aloux membisikkan sesuatu pada pelayan yang lewat. Entah apa, Cataleeya tidak tahu.
"Pilihkan bajuku," ucap Pangeran Aloux pada Cataleeya. Ia membuka pakaiannya. Sadar akan apa yang dilakukan oleh Pangeran Aloux, Cataleeya buru-buru berpaling. Ia segera mencarikan pakaian di lemari. Lalu ia menuduk sangat dalam ketika memberikannya. Cataleeya tidak berani menengadah.
"Pakaikan jubahku."
Cataleeya mennegadah. Ternyata cepat sekali Pangerannya itu memakai baju. Cataleeya berdiri di belakang Pangeran Aloux yang menghadap cermin. Ia membantu memakaikan jubahnya. Sesaat pandang mereka bertemu lewat pantulan cermin. Keduanya tertegun. Lalu Cataleeya lebih dulu menunduk. Sadar bahwa tingkahnya tidak sopan.
"Maaf, Pangeran. Ini makanan yang Pangeran pesan."
Suara pelayan itu membuat kerutan di dahi Cataleeya. Pasalnya ia kesini 'kan hanya menggantikan pakaian Pangeran. Lalu kenapa sekarang malah makan? Bagaimana pestanya?
"Masuk."
Beberapa pelayan masuk membawa makanan. Lalu mereka meletakkannya. Pangeran Aloux mengibaskan tangannya mengode pelayan untuk segera pergi. Ia pun duduk. Tangannya sangat luwes dalam memotong daging menjadi bagian kecil. Cataleeya yang melihat itu hanya bisa meneguk ludahnya. Ia sudah sangat lapar karena sedari tadi sibuk mengurusi Pangeran hingga ia belum punya waktu untuk makan.
"Makan."
"Ha?"
Pangeran mengacungkan garpunya yang terisi daging. Cataleeya bingung dengan sikap Pangerannya ini. Apa harus ia menerima suapan dari Pangeran? Itu 'kan tidak sopan.
"Aku tidak terbiasa makan sebelum ada pelayan yang mencicipi dihadapanku lebih dulu."
"Kenapa begitu?"
"Aku ini Pangeran. Aku haru selalu menjaga diriku sendiri dari jebakan orang-orang yang tidak menyukaiku."
"Pangeran pikir ini ada racunnya? Saya pikir tidak ada."
"Ucapanmu tidak patut dibenarkan sebelum kamu memakannya," Pangeran kembali mendekatkan garpu pada Cataleeya, "makan."
"Tapi …."
Pangeran Aloux menatap tajam pada Cataleeya. Buru-buru, Cataleeya melahap daging itu.
"Ini enak. Tidak beracun, Pangeran."
"Kalau begitu makan semuanya. Aku tidak berselera makan."
Mata Cataleeya membulat. Apa-apaan Pangerannya ini. Lalu untuk apa dia mencobanya?
"Cepat, Cataleeya, " peringat Pangeran pada Cataleeya karena pelayannya itu malah diam.
"Tapi …"
"Kalau tidak sampai habis. Tanggung sendiri akibatnya, " tandas Pangeran. Cataleeya buru-buru duduk di kursi dan melahap makanan itu. Tidak butuh lama untuk Cataleeya memakan makanan lezat itu.
"Su—" Cataleeya sendawa dan itu sukses membuat pipinya memerah. "Maafkan saya Pangeran. Maafkan saya."
Pangera Aloux tertawa. "Kalau sudah selesai. Ayo kembali ke aula."
Cataleeya mengekor di belakang Pangeran Aloux. Ia berjalan sambil menunduk dalam. Malu rasanya. Entah berapa kali ia menjatuhkan harga dirinya di depan Pangeran Aloux. Sungguh menyebalkan.
*******
160820, Bdg.