Chereads / 3 List For My Lovely Life / Chapter 4 - chapter 4

Chapter 4 - chapter 4

' Assalammu'alaikum tante, maaf saya Tara temannya bening. Tadi saya sempat mengajaknya ngobrol di kampus sampai bening tadi lapar gara-gara kelamaan ngobrol. Ini saya bawakan makanan sebagai maaf saya, ini bening..' ujarnya memberi salam pada bunda sambil menyodorkan sekantong makanan yang ia maksud tadi, yang entah ia datang dan muncul dari mana.

' Wa'alaikumussalam, oh iya nak ndakpapa. Seharusnya tidak usah repot-repot seperti ini nak, bening juga sudah biasa. Maaf merepotkan. Loh bening, kamu gak pernah cerita klo punya teman lelaki ke bunda..' tanya bunda khawatir dan bingung.

' Mm.. ini tuh, duh... mm..' aku tak tau harus menjelaskan apa pada bunda.

' Saya baru kenal tadi tante di kampus, dia junior saya hanya saja kami beda fakultas. Saya juga sudah alumni tante' tegasnya menjawab karna melihatku bingung.

' Nah, iya bunda.. ini kak Tara senior Bening di kampus' lanjutku pada bunda.

' Oalah gt, kirain siapa nak. Iya ndakpapa asal kamu anak baik, tante gak masalah' jelas bunda.

' Mm.. tante maaf, boleh saya izin minta nomer handphone nya bening kah? Mungkin sewaktu-waktu saya harus menghubunginya' mohon Kak Tara pada bunda.

' Yaa, silahkan saja. Selama bukan untuk hal-hal yang negatif. Tante izinkan kalian berteman namun jangan terlalu dekat dan bertemanlah sewajarnya' ucap bunda membolehkan. ' Yaudah bunda mau bersihin sebelah sana, bunda tinggal ya' lanjut bunda sambil meninggalkan. Dan tinggalah aku dengan Kak Tara disana,-

' Ih kakak apaan sih, bikin jantung mau copot aja. Tiba-tiba muncul ga tau dari mana' ujarku spontan kepadanya.

' Haha, soory deh. Gue gak enak beneran soalnya bikin lo laper'. Jawabnya dengan santai.

' kak Tara first time nya temen cowo aku yang bicara sama bunda loh' ucapku lirih saat itu yang ternyata terdengar,-

' Oh ya? Klo gt bagus deh. Oh iya, nomernya?' jawabnya tersenyum sembari memberikan handphonenya dengan maksud memintaku menulis nomor telponku di kontaknya. Atas izin bunda, dengan senang hati ku berikan nomorku padanya.

' Thank's ya' ucapnya sembari tersenyum.

' Urwell' jawabku dengan senyum pula.

' Ntar kalo gue chat, dibales ya.. hehe' pintanya sedikit malu.

' Ihh paan sih kak.. ' balasku memalihkan wajah yang mulai gak karuan.

' Yaudah gue balik ya, makasih nomernya. Jangan lupa ntar dibales ya, see you di kampus. Assalammu'alaikum' sembari berjalan kearah motornya yang terparkir jauh di depan gang dan menoleh sambil tersenyum.

' Wa'alaikumussalam' jawabku singkat karna tak tau harus berkata apa sambil tersenyum malu.

Langkahku begitu saja menuju pintu dan masuk menuju kamarku yang berada setelahku menaiki tangga rumah. Rasa lelah yang mengimbangi saat itu memaksaku untuk bergegas berada diatas istanaku untuk beristirahat sejenak sebelum ku harus menyiapkan makan malam bersama bunda.

Tak lama sejak tadi melemaskan tubuhku terbaring diatas kasur melepaskan penat sejenak, sekarang waktu ku berada di dapur menyiapkan makan malam. Kali ini bunda akan menyiapkan makan malam yang spesial tak seperti biasanya karna sore ini ayah akan pulang dari dinasnya di luar kota. Kembali ku bangkit dari istanaku seolah meninggalkan penat di atas kasur yang tadi ku baringkan tubuh lelahku disana. Melangkah menuju dapur yang sudah pasti terlihat bunda disana sedang mulai memasak beberapa menu untuk makan malam kami.

Setelah menggerakkan pisau memotong sayuran dan meneteskan air mata demi tergilingnya bawang sebagai bumbu, tersajilah makan malam sederhana kami yang dibuat selalu dengan hati nurani yang terlapis kasih sayang dalam keluarga kecil kami. Tibalah waktu makan malam bukan acara resmi keluarga layaknya drama atau sinetron televisi, melainkan masakan untuk makan malam yang kebetulan siap tersaji pada waktu malam tepat habis maghrib. Setelah ayah dan mas Jack pulang berjama'ah dari masjid dan bunda pun telah usai melaksanakan sholatnya, kami pun sontak bersama menuju meja makan yang telah tersaji menu makan malam diatasnya untuk kami santab bersama. Dengan lahap sedikit demi sedikit makanan tersantab di hadapan kami. Seteguk air menutup makanan yang kami lahap ketika itu,-

' Bun, tadi ada siapa siang-siang mengantar ening? Kok cowo si bun?' tanya mas Jack pada bunda yang sekaligus meledekku dan memancing ayah untuk khawatir atas perkataannya.

' Apa? Laki-laki? Apa iya bun? Siapa? Kok ayah ga pernah tau klo ening punya teman lelaki' sahut ayah karna berhasil terpancing ucapan mas Jack. ' siapa bening? Temanmu?' lanjut ayah bertanya.

' Apaan sih kak,.! Ah, itu, enggak kok yah. Cuma kakak senior bening, dia udah alumni fakultas sastra gambar dan gak sengaja ketemu bening di galery art pas mau pulang dari kampus' jelasku ragu pada ayah.

' Iya, anaknya kelihatan baik kok. Tadi saja dia berani memperkenalkan diri di depan bunda dengan sangat sopan. Sampai minta nomer bening saja minta izin dulu sama bunda, kan lucu' jelas bunda melanjutkan ucapanku meyakinkan ayah yang sempat cemas padanya.

' Wah yah, kayaknya anak cewek ayah udah punya teman lelaki nih. Berani dekati bunda lagi, wah kacau sudah' balas mas Jack meledekku di depan ayah dan bunda.

' Sudah Jack, jangan godain adikmu lagi. Ya sudah, kan bunda juga bilang dia anak baik. Ayah hanya berpesan untuk kalian berdua, jaga diri baik-baik. Berteman dengan anak yang baik dan bertemanlah sewajarnya! Ayah percaya kalian sudah dewasa, bisa memahaminya saat ini' sahut ayah sembari berpesan padaku dan mas Jack. Yang saat itu bunda hanya bisa tersenyum mengiyakan perkataan ayah sambil menata membereskan piring-piring yang telah terpakai makan saat itu,-

' Jack jangan lupa, biasaa' ucap bunda padanya seperti biasa.

' Hm.. iya bun, siap laksanakan' jawabnya sembari membawa piring-piring ke belakang dan menaruhnya pada wastafel dapur untuk sekaligus mencucinya. Memang pembagian tugasnya, bagianku masak dan mas Jack mencuci piringnya. ' Hei ening! Jangan lupa kenalin ke aku ya! Si kakak senior Tara yang ganteng itu' lanjutnya sembari berjalan yang tak henti-hentinya meledekku karna kak Tara tadi siang.

' Ih paan sih kak! Gak jelas, iri aja sih kamu. Makanya buruan cari ipar bwat aku sana, biar gak gangguin aku terus. Huh! Balasku kesal padanya. Yah meskipun ku tahu mas Jack gak akan pernah lepas kendali menjagaku kemana pun ku pergi karna kenalan mas Jack menyeluruh di setiap sudut tempat yang kudatangi setiap harinya (begitu katanya padaku,-). Dengan kesimpulan tanpa ku beri tahu siapa saja orang-orang disekitarku, mas Jack akan tahu dengan sendirinya meskipun aku tak pernah menyebutnya langsung sekalipun

***