Chereads / Moodboster / Chapter 6 - Yang Keenam

Chapter 6 - Yang Keenam

Ditengan jam pelajaran Matematika, tiba-tiba terdengar pengumuman dispeaker kelas.

"Assalamualaikum wr.wb. diberitahukan kepada seluruh KM dan Sekertaris setiap kelas agar berkumpul di ruang PKS. Sekali lagi, diberitahukan kepada KM dan sekertaris setiap kelas agar berkumpul di ruang PKS. Terimakasih"

"KM dan sekertaris silahkan keluar. Bawa saja buku dan pena, siapa tahu ada yang perlu ditulis nanti." ucap guru Matematika yang sedang mengajar.

Alsa dan Mira sekalu KM dan Mira sebagai sekertaris segera mengikuti perintah itu dan keluar kelas menuju ke ruang PKS.

Sesampainya disana.

"Ehh, ini kita suruh ngapain?" tanya Alsa.

"Entah. Katanya sih ada rapat. Kita suruh kumpul disini dulu. Nanti rapatnya di ruang kepsek." ucap Devin KM kelas sebelah.

Semua anak yang sudah hadir diruang pun duduk dibangku yang sudah disediakan. Dan bu Yati pun mulai mengabsen perwakilan kelas mana saja yang belum hadir. Berhubung untuk mempersingkat waktu, bu Yati langsung menyuruh perwakilan kelas yang sudah datang menuju ke ruang kepsek.

"Duluan Mir." ucap Alsa memberikan jalan kepada Mira dan membukakan pintu.

Setelah Alsa kembali menutup pintu, Alsa berbalik badan dan Alsa tepat berpapasan dengan anak laki-laki yang tadi memberikan senyuman kepada Alsa dikelas. Anak itu pun kembali memberikan senyuman kepada Alsa. Tapi Alsa hanya tertunduk dan tidak merespon senyumannya.

Rapat pun sudah dimulai. Tujuan dari rapat itu ternyata untuk mendata kegiatan ajar mengajar dikelas selama seharian. Dan bu Yati memberikan file yang harus diisi oleh sekertaris dan berkerjasama juga dengan KM. File itu pun katanya sangat rahasia dan hanya boleh dipengang dan di lihat KM, sekertaris dan pengurus absen. Setelah itupun anak-anak diizinkan kembali kekelasnya.

Dikelass.

Alsa dan Mira masuk kekelas dan kebetulan sedang tidak ada guru dikelas itu.

"Ehh tadi lu ngapain Ri?" tanya Riko.

"Apaan si, Fahri lagi Fahri lagi." ucap Alsa sinis.

"Urusan penting." lanjut Alsa.

Alsa duduk ditempat nya diam, tenag dan hanya memperhatikan seisi kelas yang anak-anaknya sangat amat ribet. Dalam pikiran Alsa, dia masih bertanya-tanya apa arti senyuman anak laki-laki itu.

Sebelumnya memang banyak anak laki-laki lain yang sering menimpalkan senyuman ke arah Alsa. Tapi kali ini berbeda, senyuman nya seperti ada artinya bagi Alsa. Alsa mencoba mengingat siapakah dia.

"Ehhh Kal, lo tau ngga sih anak kelas sebelah yang orangnya tuh tinggi terus kulitnya ngga terlalu hitam sih tapi yaa manis lah pokoknya tampilannya rapih deh." tanya Alsa kepada Kalya.

"Mmmmm.. Cowo??" ucap Kalya yang malah nanya balik.

"Iya cowo. Pokoknya gue kayak pernah liat dia dieksul apa gituu dehh." seru Alsa.

"Anak basket? pramuka kalii yang namanya si Fikri kalo ngga salah." jawab Kalya.

"Ihh Fikri mah gue kenal." timpal Alsa.

"Ntah, lo cari aja digoogle sana." ucap Kalya dan langsung meninggalkan Alsa.

"Yaahhh malah kaburr." Alsa hanya bisa pasrah melihat kelakuan sahabatnya itu.

Alsa masih terheran-heran dengan dirinya sendiri, kenapa ia terlalu memikirkan anak itu. Dan kenapa ia sangat penasaran sekali dengan anak itu. atau mungkin Alsa mulai suka dengan anak itu. Aahhh, tidak mungkin. Sejauh ini, tidak ada seseorang yang bisa menggantikan nama Fahri dihati Alsa.

Suasana kelas begitu gaduh. Itu sudah rutinitas yang dilakukan kelas di saat jam kosong. Alsa sebagai ketua kelas pun hanya bisa terdiam dan hanya bisa menerima keadaan teman sekelasnya yang harusnya bisa mendengar perintah Alsa yang menyuruh mereka agar tertib. Tapi apa boleh buat, sangat susah untuk membuat seisi kelas itu menjadi tenang.

Ditengah keramaian kelas itu, Alsa meninggalkan kelas itu dan menuju ketempat yang sangat amat tentram dan damai. Yaitu perpustakan sekolah.

Seperti biasa, Alsa suka membaca novel novel terbaru yang ada di perpustakaan. Dan tentu tujuannya keperpustakaan itu, ia ingin mencari dan meminjam buku novel terbaru yang ada di perpustakaan. Tidak lupa dia juga selalu membaca buku itu diperpustakaan. Karna tidak ada tempat lain lagi untuk ia membaca dengan tenang tanpa diganggu nyamuk atau lalat-lalat nakal.

Jarak dari kelas Alsa ke perpustakan memang tidak terlalu dekat. Alsa harus berpindah gedung untuk sampai diperpustakaan dan melewati lapangan sekolah.

Saat Alsa melewati lapangan terdengar suara berisik anak-anak yang sedang mengikuti pelajaran olahraga memanggil-manggil nama Alsa. Alsa reflek dan langsung menoleh kearah suara tersebut. Ternyata itu anak kelas XII IPA 1. Disana terdapat Umam teman Alsa yang memanggil namanya.

"Ehhh Saa, sini dehh." ucap Umam sambil melambaikan tangan ke arah Alsa dan dengan suara agak keras karna jarak mereka agak jauh.

"Kenapa??" jawab Alsa terheran heran.

"Katanya Juna suka sama lo!! dia nanyain lo mulu. Arjuna anak kelas XII IPA 1." ucap Umam sambil mendorong-dorong anak yang katanya suka dengan Alsa.

Alsa yang sudah sering mendengar bahwa ada yang bilang suka padanya, dia hanya menganggap hal sepele. Dia hanya memberikan balasan senyuman ke sekelompok anak anak itu. Alsa pun melanjutkan perjalannya dan menuju ke perpustakan.

Akan tetapi diotak Alsa terus terputar putar kata "Ohhh, jadi anak yang suka senyum itu namanya Juna."

Entah, Alsa mulai ada yang aneh setiap mengingat anak si pemberi senyuman itu.

Suasana perpustakan yang begitu tenang membuat Alsa fokus membaca buku novel yang ia pilih dirak rak buku. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Dibalik pintu, datanglah seorang anak lelaki yang bertubuh jangkung dengan memakai seragam olahraga. Anak itu masuk kedalam perpus dan ia duduk di bangku samping Alsa.

Awalnya Alsa tidak peduli dengan anak yang ada disampingnya. Tapi, Alsa merasa ada yang aneh dari anak itu.

Alsa merasa dirinya seperti diperhatikan semenjak anak itu datang dan duduk disamping Alsa. Mulailah Alsa menoleh kesamping bangkunya. Saat Alsa menoleh ke arah samping, ia mendapat balasan senyuman dari anak laki-laki itu. Alsa pun membalas senyuman anak itu.

Tapi entah kenapa, pandangan pertama itu seperti ada artinya bagi Alsa. Seperti ada sesuatu yang mengganggu di dalam hati Alsa saat melihat anak itu. Tapi Alsa hanya bisa diam dan mengalihkan pandangannya dari anak itu dan kembali membaca bukunya.

Baru beberapa menit Alsa kembali membaca bukunya, Alsa baru tersadar, iya seperti mengenal senyuman itu, dan ia memakai seragam olahraga?? berartii... Iyaa, itu Arjuna si sang pemberi senyum beribu arti kepada Alsa.

Biasanya, Alsa selalu bersikap cuek tau tidak sama sekali meperdulikan seorang anak lelaki yang medekatinya terkecuali Fahri. Tapi kali ini ia merasa ada yang aneh didirinya, mulai dari suasana hatinya, dan sikap Alsa seperti ingin bersikap salting seperti ia bertemu atau berdekatan dengan Fahri. Tapi kali ini kan bukan Fahri yang ada di dekatnya.

Tapi Juna

Sebelum Alsa bersikap salting karna berada di dekat Arjuna, dia langsung meninggalkan perpustakaan itu tanpa berbuat apa-apa lagi. Disisi lain, terlihat Arjuna dengan raut wajah sedih karna baru sebentar ia bisa dekat dengan Alsa tapi dengan seenaknya Alsa meninggalkannya.

⚪⚪⚪⚪⚪

Praaannkkkkk!!!!

Terdengar suara gaduh di arah dapur rumah Alsa. Alsa yang berada di depan pintu rumah karna baru saja pulang sekolah langsung berlari kearah dapur dan meliat apa yang terjadi di dapur. Tetnyata.....

"Aaaayyyaaahhh!!!!" teriak Alsa menghampiri Ayah nya yang sudah tergeletak di lantai dengan serpihan pecahan gelas yang berhamburan di dekat tubuh Ayah.

"Yaahhhhh, Ayah kenapaaa?? Ayahh." ucap Alsa panik melihat kondisi Ayah nya yang sangat lemah, wajahnya sangat pucat dan telapak tangannya berdarah karna terkena pecahan gelas.

"Bunndaaahhhhh!!!!! Ayahhh, Ayah bangunnn!!!" air mata mulai menetes dari mata indah Alsa. Isak tangisnya tidak bisa terhenti saat itu.

"Yaaaa Allah, Ayahhh. Ayah kenapa Kak??" seru Bunda panik saat melihat kejadian itu.

"Kak cepet telfon ambulan!!" perintah Bunda ke Alsa.

Alsa langsung bergegas menuju telfon rumah dan menelfon ambulan agar membawa ayahnya ke rumah sakit secepatnya.

sesampainya dirumah sakit.

"Rupanya pak Rudy terkena serangan jantung dadakan saat ia melakukan aktifitas tadi. Dan Alhamdulillah pak Rudy langsung diberi pertolongan. Kalau tidak, kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi." Ucap Dokter yang menangani Ayah tadi.

"Lalu, bagai mana kondisi Ayah sekarang?" ucap Bunda sambil memeluk Alsa yang berada disampingnya dengan wajah yang dilinangi Airmata.

"Kondisi pak Rudy alhamdulillah sudah baik. Pak Rudy bisa pulang lagi kerumah, tetapi pak Rudy tidak boleh terlalu emosi, terlalu banyak fikiran atau terlaku lelah dalam berkatifitas. Karna dengan berat hati saya mengatakan, penyakit jantung yang diderita pak Rudy sudah kronis sehinga harus berhati hati dengan kondisinya ini." Seru dokter itu menerangkan tentang kondisi Ayah Alsa.

Alsa, Bunda dan Azam hanya bisa menangis melihat kondisi pahlawan dan pemimpin rumah tangganya yang sedang terbaring lemas di balik kasur putih.

Alsa sekeluarga tidak tahu menau tentang Ayah mengidap menyakit jantung sebab Ayah tidak pernah memberitahunya atau terkena serangan jantung sebelumnya.

Ntah, mungkin Ayah menyembunyakan hal tersebut ke pada keluarganya karna tidak mau membuat mereka bersedih dan khawatir. Ayah begitu tegar sehingga ia hanya mau menjaga, merawat, membahagiakan, dan melindungi keluarganya tanpa memperdulikan dirinya sendiri.

Keesokan harinya, Ayah bisa pulang kembali kerumahnya dengan wajah yang sedikit pucat. Dan dari saat ini keluarga mereka sangat amat memperhatikan ayahnya dan sangat amat merawat Ayah nya dengan baik.

Keluarga mereka pun kembali seperti semula lagi. Dimana mereka bisa berkumpul bersama lagi. Tapi dengan suasana yang agak sedikit berbeda dikarenakan Ayah yang tidak bersikap terlalu aktif dikala mereka sedang berkumpul.