Setelah kejadian kemarin sore, Alsa selalu merasa ada seseorang yang selalu memperhatikannya ketika disekolah.
Tapi Alsa tidak terlalu memperdulikannya. Pandangan Alsa tetap tertuju kepada Fahri, Fahri, dan Fahri. Rasanya sulit sekali untuk melupakan sesosok teman lelaki yang ia sangat kagumi.
Alsa ingin sekali mencoba move on dari Fahri, tapi usahanya selalu gagal. Bunda Alsa pernah bilang satu satunya cara untuk bisa move on, kita harus punya sesuatu yang baru yang bisa menggantikan sesuatu yang lama.
Tapi sampai sekarang pun Alsa masih bingung, dia punya apa untuk menggantikan Fahri dan yang akhirnya dia bisa melupakan Fahri.
Alsa pov :
Gue Alsa. Ya, gue cuma cewe biasa yang kalem dab lugu. Gue tetep jadi diri sendiri walaupun sebetulnya banyak cara gue mengubah diri gue untuk membuat gebetan peka sama gue. Tapi dengan gue jadi diri sendiri itu yang membuat diri gue merasa lebih baik.
Entah kenapa gue terlalu kagum dengan teman sekelas gue. Tapi harapan gue untuk memiliki dia mungkin sudah luntur, gue ngga bisa memaksa Fahri agar membalas cintanya ke gue.
Gue cuma bisa memendam rasa kagum gue aja tanpa ada rasa ingin memiliki lagi. Percuma, ngga bakal dibales. Seenggaknya kalau dibales sekarang juga itu cinta bukan dari ketulusan, itu cuma keterpaksaan.
Gue lebih milih sendiri, gue udah lelah sama yang namanya ngejar tapi ngga memiliki, gue hanya menunggu yang ngejar dan mungkin bisa gue miliki.
Segala cara gue lakuin untuk coba menghapus nama Fahri, tapi kenapa selalu aja ada yang menghalangi gue? gue udah lelah sama yang namanya mencintai tapi ngga dicintai. Gue udah capek sama mengagumi seseorang tapi ngga dihargai.
Author pov :
Mentari pagi mulai menembus jendela kaca dan mulai menampakan sinarnya dibalik kamar sederhana Alsa. Alsa terbangun dan harus memulai aktifitasnya.
Aktifitas yang sangat membosankan karna tidak ada yang membuat harinya sangat istimewa. Hanya kegiatan yang ia ulang, ulang, dan ulang. Kesekolah dan harus menghadapi teman teman sekelasnya yang sangat ajaib ditambah lagi setiap hari ia tercuci otaknya dengan melihat, menyaksikan, dan mendengar nama Fahri, Fahri dan Fahri. Sungguh membosankan.
Alsa hanya barfikir, kapan ia mengubah suasana harinya dengan penuh senyuman dan bunga-bunga dihatinya.
"Aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum." ucap Alsa. Iya bergegas meninggalkan rumah dan menuju kesekolahnya.
"Iyaa, hati-hatii kak. Waalaikumsalam." jawab Bunda.
Sudah ada abang grab yang setia menunggu Alsa didepan pagar rumah dan siap mengantarkan Alsa menuju kesekolah.
"Berangkat sekolah ya neng?" tanya abang grab.
"Iya." jawab Alsa sambil memakai helm yang diberikan abang grab tersebut.
"SMA ya neng?" tanya lagi abang grab itu.
"Iya baaang" ucap Alsa yang mulai bosan dengan abang grab yang sangat kepo itu. Alsa pun beranjak naik kemotor itu.
"Ohh, ngga ada yang ketinggalan kan neng?" tanya lagi abang itu.
"Ngga ada abangg".
"Oh yaudah, berangkat nih ya neng?" tanya lagi abang grab itu yang membuat amarah Alsa akhirnya memuncak.
"Iyaa banggg, nanti saya telat nih." ucap Alsa.
"Oh, maaf ya neng."
"Iya bang." jawab Alsa sambil memutar bola matanya.
"Kalo bukan abang grab udah gue pacarin nih, habis nanya mulu perhatian banget doi aja ngga seperhatian itu." omel Alsa dalam hati.
Disepanjang jalan menuju kesekolah tercinta, Alsa hanya terdiam dan sesekali menjawab pertanyaan pertanyaan yang tidak penting yang abang grab berikan. Sungguh membosankan abang grab ini.
Setelah sampai di tempat tujuan, Alsa turun dan segera memberikan uang sesuai tarif yang ditentukan.
"Mmmm.. Rp.20.000 ya neng."
"Nihh bang. Makasih ya" ucap Alsa sambil memberikan uang ke abang grab dan segera meninggalkan abang yang super kepo.
Alsa berjalan menuju gerbang sekolah. Tiba-tiba Alsa mendengar seperti ada yang memanggil nya dari belakang. Tapi Alsa berfikir mungkin saja temannya yang iseng. Alsa tidak menghiraukan itu dan tetap berjalan.
Beberapa saat setelah itu, tiba-tiba ada yang menepuk pundak Alsa dari belakang. Alsa pun reflek dan langsung menoleh kebelakang.
"Apaa siii--"
Omongan Alsa terpotong ketika mengetahui itu adalah abang grab yang tadi menepuk pundaknya.
"Maaf neng, helm saya kebawa sama eneng. Saya panggil panggil, eh eneng malah terus jalan." ucap abang grab itu.
"Eehh. Maaf bang heheh lupa." Alsa melepas helm itu dari kepalanya dan memberikannya ke abang itu dengan memasang raut wajah malu-malu.
"Makasih ya bang"
"Oke neng, sama sama. Lain kali minum aqua dulu biar fokus neng." celetuk abang itu dan langsung meninggalkan Alsa.
Alsa langsung meneruskan jalannya dan menuju ke kelas. Di tepi lapangan terdapat sekelompok anak laki-laki kelas sebelah yang sedang menertawakan Alsa akibat kesalahan Alsa terhadap abang grab tadi.
"Hahahah, cantik cantik kok pikun?"
Seru salah satu dari mereka.
"Brisik lo" jawab Alsa sinis dan langsung berjalan cepat meninggalkan anak-anak itu.
Dengan hati kesal karna anak-anak yang menertawakannya, Alsa berjalan menuju kelasnya. Alsa berjalan cepat sampai tidak melihat kalau ada seorang anak yang sedang lari dan menabraknya dari depan sehingga menyebabkan Alsa ingin jatuh kebelakang. Alsa berteriak mengira dirinya akan jatuh kebelakang dan disaksikan anak-anak yang sedang bersinggah dikoridor sekolah. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang reflek dan dengan sergap langsung menangkap tubuh Alsa dari belakang sehingga wajah mereka berpapasan.
Dan orang itu adalah Fahri.
Fahri yang sedang lewat tidak sengaja menangkap tubuh Alsa yang ingin terjatuh kebelakang.
Selama 5 detik Alsa bertatap mata dengan Fahri, Alsa langsung bangun dan ternyata banyak yang menyaksikan adegan itu. Semua dengan sontak kaget. Karna Alsa merasa malu, Alsa dengan cepat langsung berjalan dari kerumunan dan menuju kekelasnya dan disusul oleh Fahri.
Sesampai dikelas Alsa langsung duduk ditempatnya dan berdiam diri.
"Ciieeeeeee aduhhh jadi baper ngeliat adegan tadi. Sama banget kaya yang di film-film ituu lohh." seru Aura meledek Alsa.
"Yaahhh gagal move on lagi dehh." timpal Kalya yang ikut ikutan meledek sahabatnya.
"Ihhh apaan sih. Berisik tau ngga kalian ini. Orang tadi cuma ngga sengaja aja." seru Alsa dengan ekspresi malu-malu, kesal, dan juga terselip rasa senang yang teramat sangat.
"Aahhh, ekspresi seneng lo ngga bisa dibohongin Sa." ucap Aura.
"Ihhhh, sial banget gue hari ini. Pagi-pagi aja udah kaya gini. Awas ahh." seru Alsa dengan bangkit dari tempat duduknya dan mulai berjalan keluar kelas.
"Lahh kok ngambek?? Saaa mau kemana??" tanya Kalya.
Ucap Alsa melangkah keluar kelas dan menuju ke toilet.
Sesampainya ditoilet Alsa mencuci wajahnya dan melihat banyangannya di balik cermin toilet.
"Kenapa haruss Fahri lagi, kenapa gagal lagii sih usaha gue buat coba move on. Ihhhhh sial bangett gue." seru Alsa.
Alsa keluar dari toilet dan sialnya ia bertemu lagi dengan Fahri didepan pintu kelasnya.
"Ehh sa, soal tadi gue minta maaf ya. Bukannya gue mau modus atau apa, gue reflek aja karna gue tadi ada dibelakang lo." seru Fahri.
"Oh iya. Justru gue yang berterimakasih kalo lo ngga nopang gue, gue bisa malu diliatin seisi koridor." jawab Alsa yang kata-katanya terpatah patah karna ya dia gugup berhadapan dengan Fahri lagi.
"Oke sama-sama. Dan jangan dibawa baper ya." ucap Fahri berbisik lembut ditelinga Alsa dan langsung meninggalkan Alsa.
Alsa masih berdiam diri dan terbeku mendengar kata kata Fahri barusan.
Selama jam pelajaran berlangsung, Alsa jadi tidak fokus dengan apa yang dijelaskan oleh guru yang didepan. Alsa hanya melamun dan hanya menatap koridor depan kelas. Mungkin ia sedang mengingat kejadian tadi.
Alsa masih melamun dengan mata tertuju ke koridor. Dan tiba-tiba lamunan Alsa buyar ketika melihat seorang anak laki-laki kelas sebelah lewat dan memberikan senyuman kepada Alsa. Soo, apa arti senyuman itu?
Alsa masih penasaran dengan anak laki-laki yang tadi lewat. Ia masih memperhatikan koridor dan menunggu anak itu lewat lagi. Dan terbukti, anak itu masih menimpalkan senyuman ke arah Alsa. Entah mengapa Alsa sangat bertanya tanya tentang senyuman yang anak itu berikan.