*****
Keesokan harinya Sari memberanikan diri untuk bertanya.
"Bu Airin, saya mau tanya" Sari memberanikan diri bertanya setelah Airin selesai makan malam.
"Mau tanya apa sus? Silahkan"
"Bu, itu, saya ga salah kamar kan ya? Soalnya terlalu bagus buat saya hehe"
"Ooh haha, gak sus. Itu memang kamar buat kamu tidur"
Sari mengangguk dan tersenyum.
"Ya sudah kamu istirahat aja, besok aja mulai pegang dede ya"
"Iya Bu"
Sebelum naik ke atas Sari membantu Ratna beres-beres dapur. "Mbak Ratna, kalau kamu tidur dimana?"
"Aku tidur di sana, tu" Ratna menunjuk satu ruangan sempit yang tidak jauh dari dapur.
"Ah, tidur sama aku aja yuk. Ranjangnya luas, ada kamar mandinya juga di dalam"
"Eh, hehe. Emm.... Aku lebih nyaman tidur di sini. Maksudnya, lebih gampang mulai kerjaan sus daripada di atas malah naik turun"
Sari mengangguk, iya juga sih. Dia juga lebih gampang di atas supaya gampang kalau di panggil bu Airin. Selesai beres-beres mereka berdua saling berpamitan dan pergi istirahat menuju kamarnya masing-masing.
Semalam, dua malam, sampai tiga malam, Sari belum mendapatkan gangguan apapun dari kamar atas. Meskipun Ratna bertingkah aneh setiap melihat Sari turun dari kamarnya, dan selalu menanyakan "Gimana sus tidur di atas? Ada apa sus di atas?, dan sebagainya.
Membuat Sari curiga dengan pertanyaan ganjil yang dilontarkan Ratna. Tapi setiap di tanya "Kenapa memang?" Ratna selalu menjawab, tidak apa-apa.
Selama ini Sari merasa betah kerja di rumah Airin, mereka terlihat baik. Meskipun pasangan suami istri itu sering pulang malam, karena mereka baru bisa pulang setelah restoran yang mereka kelola tutup.
Airin dan Danu adalah pemilik salah restoran yang ada di Jakarta. Malam itu, Sari baru bisa meninggalkan kamar Airin setelah Airin pulang, Sari melongok ke bawah, sepertinya Ratna sudah tidur karena sebagian lampu sudah dimatikan.
Sari berjalan menuju kamarnya, namun saat di balkon ia melihat pemandangan yang tidak seperti biasanya.
Di Balkon, Sari melihat ada gerombolan Laki-laki muda. Mereka semua tidak memakai kaos, bertelanjang dada sambil asik ngobrol satu sama lain. "Permisi" ucap Sari sopan saat melintas di belakang mereka. Tapi sekumpulan anak muda itu tidak ada yang menjawab, bahkan seperti tidak melihat Sari yang melewati mereka.
Padahal, waktu pertama kali Sari datang ke rumah Airin, tidak ada satupun orang yang ada di balkon. Setelah melewati gerombolan anak muda itu, Sari berbalik sebentar.
Mengamati wajah mereka satu persatu, tapi aneh meskipun mereka ngobrol riang, wajah mereka terlihat sangat pucat, wajah pucat dengan kantong mata yang menghitam.
Sari bergidik, tiba-tiba saja tengkuknya merasa dingin dan merinding. Ia bergegas masuk ke dalam kamar, lalu menguncinya.
"Ah" terperangah kaget.
Ternyata keanehan tidak hanya ada di balkon, saat Sari berbalik ternyata, sudah ada seseorang yang tidur di tempat tidurnya.
Seseorang yang tidur itu menyelimuti tubuhnya hingga kepalanya saja yang terlihat, rambutnya panjang menjuntai di atas selimut dan juga bantal yang dikenakan. Perlahan Sari berjalan tanpa suara, ia memandangi sosok yang tidur tepat membelakanginya. sedikitpun tidak terlihat wajah dari orang itu.
Mungkin dia karyawan ibu yang menginap di sini, dan anak-anak muda yang di balkon itu juga karyawan ibu. Tapi kapan mereka datang?
Sari mematung sambil mengingat-ingat, tapi ia tidak menemukan jawaban dari pertanyaan di benaknya. Meskipun merasa aneh, tapi Sari sudah merasa lelah dan ingin cepat-cepat tidur karena takut bangun kesiangan besok.
Pelan-pelan Sari naik ke ranjang, sesekali ia menoleh ke arah wanita yang tidur membelakanginya. Sampai menarik selimut pun, wanita itu tidak bergeming sama sekali.
Ada perasaan lega karena Sari tidak lagi tidur sendirian, suasana mulai senyap, Sari berkedip-kedip sebelum mulai masuk ke alam mimpi, namun dikedipan yang kesekian tiba-tiba saja, wanita yang tadinya tidur membelakanginya sekarang sudah duduk tegak di sisi tempat tidur.
Sari melihatnya jelas dari bayangan yang terlihat di jendela kaca yang ada di depannya. Tidak ada pantulan di kasur, tidak ada suara gesekan apapun, bahkan hanya dalam hitungan detik sosok wanita itu sudah duduk tegak. Bagaimana bisa?!
Rambutnya terurai panjang, Sari melihat bahwa wanita itu memakai daster berwarna putih bersih. Lama ia duduk, perlahan tangannya bergerak memegangi saklar lampu tidur. Tangannya tidak kelihatan karena daster yang wanita itu kenakan menutupi hingga jari-jemarinya.
Ceklek... Ceklek... Ceklek... Lampu mati dan menyala. Sari mengamati tingkah aneh dari wanita yang ada di pantulan kaca jendela, Kenapa dia mainan lampu?
gumamnya dalam hati.
Suasana kamar jadi terasa dingin, Sari mulai merasa merinding. Ia lebih memilih diam pura-pura tidur sambil mengamati apa yang akan di lakukan wanita aneh itu lagi.
Tiba-tiba sosok wanita misterius itu berjalan masuk ke kamar mandi. Lama Sari menunggu tapi wanita misterius tak kunjung keluar juga hingga Sari ketiduran.
"Mbak Ratna, apa para karyawan Bu Airin sudah pada berangkat ya? Kok mereka ga ada" Tanya Sari keesokan harinya, karena saat bangun pagi harinya ia tidak menemukan siapapun termasuk wanita misterius yang tidur di ranjangnya semalam.
"Karyawan? Hahaha, selama aku kerja disini ga ada satu karyawan yang datang ke rumah ini sus" jawab Ratna.
"Ah masa sih? Terus yang wanita tidur sama saya siapa dong? Oh, mungkin saudara Bu Airin ya?"
"Wa... Wanita?" Ratna mulai merasa dingin di tengkuknya. "Tapi sus, tidak ada satupun saudara ataupun karyawan yang datang kesini"
Sari tidak percaya ucapan Ratna, ia tetap bersikukuh kalau semalam melihat kumpulan anak muda dan juga wanita yang tidur bersamanya.
Sari menceritakan semua yang ia lihat tadi malam, tapi Ratna malah ketakutan dan pergi seperti menghindar.
Malam berikutnya, kali ini Sari tidak melihat apapun di balkon. Anak-anak muda itu sudah tidak terlihat lagi, tapi saat Sari masuk kedalam kamar lagi-lagi ia melihat wanita rambut panjang tidur di tempat tidurnya dengan posisi sama seperti kemarin. Kali ini Sari memberanikan diri untuk bertanya padanya.
"Emm... Mbak, sudah tidur ya? Kalau boleh tau mbak siapa?"
Wanita itu sama sekali tidak bergeming sedikitpun, mungkin dia sudah tidur. Gumam Sari sambil berusaha melihat wajahnya, tapi rambut wanita itu benar-benar rapat menutupi wajah.
Sari menarik selimutnya dan bersiap tidur, saat tubuhnya baru saja tergeletak di tempat tidur, ia melihat kalau wanita yang memakai daster putih sudah duduk tegak membelakanginya.
Saru terperanjak kaget, beberapa detik yang lalu dia tidur dengan selimut menutupi tubuhnya, tapi beberapa detik kemudian wanita itu sudah duduk tegak membelakanginya.
Mulut Sari seperti terkunci, tidak ada satupun kata yang bisa ia ucapkan dan hanya bisa mengamati punggung si wanita.
Sari berusaha menampik semua rasa takutnya, ia kembali merebahkan diri dan menutup tubuhnya dengan selimut. Tapi lagi-lagi, lampu kamar di mainkan dan setelah puas bermain lampu wanita itu pergi ke kamar mandi, pagi harinya Sari sudah tidak menemukannya lagi.