Chereads / FALEA WITH PERFECT FRIENDZONE / Chapter 2 - CHAPTER 1- SIDE FALEA

Chapter 2 - CHAPTER 1- SIDE FALEA

Setelah empat tahun berlalu aku menjadi wanita dewasa, bahkan jarang sekali aku tersenyum pada pria.

Aku telah meninggalkan kota dimana membuat kenangan buruk menimpaku. Sekarang setelah aku menetap di Jakarta.

Aku bekerja di salah satu perusahaan ternama di Reondraexport grup. Perusahaan yang telah mencukupi kehidupanku.

Reondraexport grup perusahaan yang menerimaku bekerja selama satu tahun belakang ini.

Aku bisa saja bekerja di perusahaan kedua kakak laki lakiku. Tentu saja dengan senang hati mereka akan menerima ku bekerja di perusahaan milik almarhum ayahku. Zalfahri ZDF Grup perusahaan yang di diri oleh ayahku dan beralih pada kedua kakak laki lakiku.

Bisa di bilang mereka adalah orang cukup ternama dan terhormat di Jakarta.

Aku sudah terlalu merepotkan kedua kakak lelakiku maka dari itu Aku lebih memilih bekerja di perusahaan Reondraexport grup.

Mereka semua bahkan tak pernah tahu aku adik dari kedua pengusaha itu.

Aku pergi ke ruang makan yang sudah sangat berisik dengan ulah dua bocah nakal ini.

***

Diffa Andini Zalfahri dan Kaffa Fale Zalfahri dua bocah nakal yang selalu menghidupkan rumah sunyi ini.

"Pagi le." Itu lah sapaan dari Dilla istri dari kak Alzio. Aku tersenyum pada della yang umurnya berbeda dua tahun dariku.

"Pagi, kak della." Balasku padanya.

"Mommy." Ucap Kaffa menciumku.

Dia semangat hidupku, yang mampu menerangi kelamnya masalalu ku.

"Le, biar kaffa aku yang antar." Ucap kak zio tegas sambil memakan nasi goreng yang telah di siapkan.

"Enggak usah kak, biar Lea aja yang antar Kaffa." Ucapku dengan tidak enak harus selalu merepotkan kak zio.

"Enggak ada bantahan le, lagian kak zio sekalian antar diffa juga kan."jelas kak zio dengan tegas. Walau pun Aku melakukan kesalahan besar tapi tetap saja zio memperlakukan hal yang sama kepadaku. Dia masih menganggap aku Lea adik kecilnya yang manja.

"Yah kalau enggak merepotkan kak zio."

"Bicara apa kamu,le. kak zio senang hati lah antar Kaffa."sambung cengegesan kak Dio yang baru saja datang.

"Dasar lo yah datang datang nyambung ajah."ucap kak zio

"Ah ribut lo, zio."umpat kak Dio pada kak zio yang hanya beda dua tahun darinya. Berbeda dengan kak zio yang tegas. Kak dio lebih santai dan cengegesan.

"Hai tuyul tuyul kecil." Sapa kak Dio pada dua bocah membuat kak Della menggeleng.

"DIO" Ucap kak zio dengan nada sedikit keras.

"Anak gue tuh lo bilang tuyul."ucap kak zio kesal.

Dio malah menyengir."ah biasa ajah, lo baperan nih. Della dan Lea ajah enggak marah kayak lo." Ucap kak Dio menyantap roti berisi selai coklat.

"Ayah jantan malahin papa dio dong." Ucap gadis kecil bernama diffa. Diffa adalah keponakanku dari kak zio dan kak Della.

"Liat tuh anak gue belain lo."ujar kak zio yang nampak kesal.

"Hahaha." Tawa kak Dio seakan meledek kak zio. Mereka sering Kali berdebat bahkan hal kecil.

"Yaelah. Iya dong kan gue papa Dio yang ganteng." Ucap Dio yang sangat pede.

Kak Zio mulai geram dibuat kak Dio yang sangat membuatnya kesal. Zio menoyor kepala Dio. "Gila lo, berani noyor gue." Seru kak Dio yang menatap kak zio kesal sambil memegang kepalanya.

Aku hanya tersenyum kecil melihat mereka selalu seperti itu. "Mommy hali ini Kaffa pelgi dengan Ayah zio kan."tanya Kaffa anakku yang tidak pernah di ketahui oleh kakak ku siapa ayahnya.

"Iya Sayang. Kaffa di antar Ayah zio yah. Mommy nanti jemput Kaffa. Hari ini mommy pulang lebih awal." Ucapku mengelus lembut rambut lebat Kaffa yang hitam.

Aku harus bekerja setiap harinya kecuali sabtu dan minggu aku libur. Aku hanya bisa menghabiskan waktu bersama anakku Kaffa saat libur.

Perusahaan Reondraexport grup aku sebagai sekretaris direktur dan sekaligus orang kepercaya ditempat tersebut.

"Lea, apa metting sudah siap." Ucap Pak Reondra pemimpin dan pemilik perusahaan ini.

"Sudah, Pak siang ini jam dua siang setelah makan siang." Ucapku pada Pak Reondra bisa di bilang sudah ku anggap seperti Ayah sendiri.

Pak Reondra pria sangat baik dan memiliki rasa empati begitu besar. Aku sering memperhatikan Pak Reondra mengingat sosok di masalalu yang membuat kehadiran Kaffa di dunia ini.

Entah lah dirinya pergi kemana, aku merasakan melakukan kebodohan di masalalu yang tak bisa aku maafkan.

Aku sudah berjanji pulang lebih awal pada hari ini. Kesibukanku telah berakhir. Aku harus membagi waktu bersama putraku Kaffa Fale Zalfahri.

Hanya ini yang membuatku bahagia. Aku sampai dimana sudah di tunggu oleh Kaffa yang di temani kak Della dan keponakanku diffa yang umur mereka hanya berbeda 5 bulan.

Kaffa lebih tua lima bulan dari diffa. Tapi mereka berdua sudah seperti adik kakak.

"Mommy." Teriak histeris Kaffa dari kejauhan berlari menghampiriku.

"Sayang, maaf ya mommy lama. Kaffa ditemani siapa.??" Tanyaku menggendong Kaffa.

"Cama bunda Della tuh." Tunjuk Kaffa ke arah kak Della.

Aku menghampiri kak Dela yang sudah duduk bersama diffa. "Kak maaf ya merepotkan." Ucap ku pada kak Della.

"Ya ampun, kamu kayak sama siapa aja. Aku kakak iparmu, le. Masa iya Aku biarin keponakanku sendiri." Jelas kak Della membuatku tersenyum.

"Makasih yah kak."

"Bareng aja ya le. Tenang aja, enggak ngerepotin kok sekalian temani kak Della ke minimarket." Ucap kak Della.

"Iya kak."

Kak Della wanita saat baik yang di nikahi kak zio empat tahun yang lalu. Kak Della juga menyayangi anak ku.

Tidak pernah kak Della membandingkan Kaffa dan diffa. Ia menganggap seperti anaknya sendiri.

Selama empat tahun berlalu Aku bukan wanita manja lagi, Aku tidak lemah. Aku selalu buktikan pada dunia aku bisa bangkit dalam keterpurukan yang hampir menghancurkan masa depanku.

Kesalahan ku empat tahun bersama pria yang bukan kekasihku. Setiap hari ingatan tentang dia selalu menghantuiku.

Laki laki itu yang entah kemana sekarang. Menghilang begitu saja dan aku tidak pernah menyalah pria itu.

Matanya sangat mirip dengan Kaffa putraku. Sorotan mata yang sama membuat diriku tak pernah bisa melupakan friend zone yang telah ku jalani bersamanya.

*

*

*

Hari ini ulang tahun Kaffa Aku telah berjanji padanya akan membawanya bermain di mall bersama keluargaku yang lain.

Anak itu sifatnya mirip sekali dengan daddynya yang tidak akan mau menerima penolakan.

Kaffa tidak akan berhenti meminta jika sudah dijanjikan itulah Kaffa putraku. Aku mungkin tidak bisa memberikan seorang Ayah sesungguhnya padanya.

Namun Aku sangat mencintai anakku, mungkin Aku tidak bisa hidup tanpa Kaffa. Aku tidak akan bisa memutar waktu yang telah terjadi.

Aku juga telah kehilangan cintaku pada seseorang yang ku sebut friend zone. Bahkan setelah kepergiannya aku tidak pernah mengenal sosok pria lain lagi apalagi dengan sifat protektiv kakakku yang bisa berlebihan. Aku tidak perduli lagi dengan hal itu. Mereka tahu yang terbaik untuk hidupku dan mereka mencintai anakku. Itu lah bagian terpenting untuk hidupku.

***