Dua hari berlalu, Kaffa telah di perbolehkan pulang oleh dokter. Hanya harus banyak istirahat.
Kaffa duduk di sofa dekat jendela kaca kamarnya sambil bermain PS4 yang baru saja di belikan Aldio.
Lea sudah bersiap harus kembali bekerja. "Sayang, mommy pergi dulu ya. Kaffa nanti di jaga sama Bibi ya. Kamu jangan larian dan banyak istirahat." Ucap Lea lembut namun tak dapat jawaban dari Kaffa yang sedang asyik bermain.
Kaffa untuk beberapa minggu ke depan memang di larang dulu beraktifitas terlalu capek, Dia harus memulihkan sakit di dadanya.
Untungnya Kaffa anak yang kuat, Tak mudah mengeluh dan menangis.
***
Lea sudah berada di kantor tepat waktu sebelum bossnya datang. Ini Hari pertama Lea akan bertemu dengan bosnya, setelah dua hari ijin tak masuk Kantor.
"Lea...." ucap Siska dengan suara nyaringnya.
Lea menggeleng melihat Siska yang terengap menghampiri dirinya. "Atur napas dulu, sis." ujar Lea.
"Ya tuhan, untung kamu udah masuk hari ini." ucap Siska masih terjengah napasnya.
"iya, maaf ya. Pasti kamu capek gantiin Aku dua hari ini."
"Bukan itu masalahnya, " Siska mengambil tempat duduknya di samping Lea.
"Kamu harus tau, Le. Anak big boss ini super galak, jutek, arogan." Siska mengidik ngeri menceritakannya.
"Beda dong dengan Pak reo." Tanya Lea.
"Jauh banget, Le. Hati hati aja kamu." cerca Siska.
Lea menelan salivanya kasar. "Ih pokoknya Amit Amit deh punya suami kayak big boss. Mati ber--"
"Saya gaji kalian untuk kerja, bukan gosip. Dan kamu sekretaris saya, masuk ke ruangan sekarang." Suara lantang terdengar di belakang kedua. wanita ini yang asyik mengobrol.
Siska dengan sigap dengan cepat kembali ke mejanya, melihat sosok di belakang Lea menakutkan untuknya.
Baru saja Lea mau menoleh. Pria itu sudah terlebih dahulu masuk ke ruangannya.
Astaga..!!! sepertinya Lea akan menghadapi masalah. Apalagi mendengar cerita Siska tentang pria di dalam sangat menyeramkan.
"Le, Aku siakan dari sini." Ucap Siska menyengir dari meja yang Tak jauh dari Lea.
Lea menghela napas panjangnya, lalu mengetuk pintu ruangan direktur utama pemilik perusahaan ini.
Tok..Tok..Tok..
"masuk." Lea memasuki ruangan itu setelah dapat perintah masuk.
Lea melihat sosok pria yang berdiri menghadap jendela. "Tahu kesalahan kamu apa." pria itu bersuara tegas.
"Ma..."
Deg...
Pria itu berbalik memutarkan badannya. Jantung Lea berdegup kencang, desiran darah Lea mengalir terpacu cepat.
Lea terkesiap melihat sosok pria di depannya, Masalalu kembali menghantamnya.
Kaffa tak kalah terkejut melihat Lea, dia Tak percaya wanita yang di carinya selama ini Ada di depannya.
Kaffa menghampiri Lea dan memeluknya. Lea tak membalas pelukan dari Kaffa, ia hanya terdiam.
Lea perlahan sadar dan mengingat, dirinya telah berjanji pada alzio dan dirinya sendiri untuk tidak melakukan hal bodoh lagi, Walau pun sebenarnya Lea sangat merindukan pria di depannya.
Lea mendorong tubuh gagah Kaffa, "Maaf, Pak. Anda atasan saya, tolong yang sopan." Ucap Lea dengan dingin.
Dia terdiam mendengar ucapan lea, sejenak Kaffa mundur mendapat perlakuan Lea.
"Jika tidak ada kepentingan lagi. Saya permisi." Tanpa mendengar jawaban kaffa, Lea langsung kembali ke meja tempat dia bekerja.
Falea duduk dengan tubuh yang gemetar hebat, Lea tak sanggup untuk membuka mulutnya untuk bicara sepatah kata.
"Lea, kamu kenapa. Big boss marah ya." Siska bertanya dari mejanya.
"Le, kok diam." Menyadari ada yang tak beres pada sahabatnya, Siska menghampirinya.
"Le, jawab dong." Lea masih terpaku diam tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Matanya berkaca, tapi ia tak mungkin menangis saat ini.
Siska memberikan segelas air pada Lea agar lebih tenang. "Nih minum."
Lea dengan sigap meneguk minumannya.
Kaffa duduk di kursi kebesarannya, dia mengacak wajahnya dengan kasar. Ia frustasi menemukan falea yang banyak berubah, tidak ada sosok yang ceria yang di lihatnya.
"Kenapa Le. Ada apa dengan kamu. Apa yang membuat kamu berubah. Apa sudah ada seorang di hatimu." Kaffa berbicara sendiri.
"Aaargggggggghhh." Kaffa mengerang keras. Suara terdengar hingga keluar ruangan. Dirinya hancur mendapat sikap dari Lea.
Lea dan Siska mendengar suara dari dalam ruangan mengeri takut. "Tuh Pak Bos kenapa." Tanya Siska.
Lea hanya menggeleng. tiba tiba kaffa keluar dengan rambut teracak. "Siska, Saya ingin keluar Sebentar. Kalau ada ayah saya datang, bilang tunggu sebentar." Ucap Kaffa dengan wajah datar tanpa melihat Lea sama sekali, ia lalu pergi begitu saja.
Falea melihat kepergiannya, ia tampak sedih. "Kenapa big boss beri pesan ke aku. Kan kamu sekretaris." Kata Siska menatap curiga Lea.
"Aku enggak tahu." Lea mengerdik bahunya.
***
Kaffa duduk termenung mencari angin agar lebih tenang di sebuah taman yang tak jauh dari perumahan elite. Ia mengerjap kan matanya dan menenggelamkan wajahnya.
Pikirannya melayang pada Lea yang masih menetap di hatinya. Ia begitu kacau, tak bisa berbuat apa pun.
Ada sebuah tangan mencolek tangannya. Kaffa menegak kan wajahnya. "Uncle handsome, tenapa temblut." suara gemas terdengar dari mulutnya.
"Kamu kok disini." Kaffa tersenyum melihat bocah di hadapannya. Bocah kecil ini langsung saja duduk di pangkuan Kaffa.
"Lumah taffa dekat cini, om." jawab Kaffa junior.
Kaffa merasa tenang saat memeluk anak ini. Entah perasaan apa tapi dia sangat bahagia.
Ia bukan tipe pria yang gampang suka pada anak kecil, tapi anak ini bisa membuatnya jatuh cinta saat pertama kali bertemu.
"Kaffa..Kaffa.. Kaf.. Kamu dimana." terdengar suara pria yang mencari bocah lucu itu.
"Kaffa, ya ampun disini ternyata." ucap pria lalu meraih anak itu dari pangkuan Kaffa.
Kaffa berbalik, "Donny." Ucap Kaffa tersenyum.
"Kaffa." Donny terkesiap melihat sahabatnya yang ia cari selama ini.
Donny duduk disamping Kaffa. Ia tak percaya bisa melihat Kaffa lagi.
Donny adalah satu satunya pria yang mengetahui Ayah kandung anak Lea, bahkan Donny berusaha mencari Kaffa saat mengetahui Lea hamil.
Donny tahu penderita Lea akibat ulah sahabatnya. Tapi percuma lagi kehadiran Kaffa, ia terlambat. Hidup Lea hancur di buatnya.
"Lo apa kabar? Gila lama banget enggak ketemu." Kaffa terkekeh.
"Baik. Lo yang enggak balik balik." balas Donny.
"Om, uncle handsome." Kaffa kecil bertanya.
"Iya, Sayang. Sekarang main dulu sana, jangan lari ya." pinta donny, Kaffa pergi bermain sendiri meninggal kan mereka berdua.
"Lo kemana ajah selama ini. Gue cari lo udah kayak orang Gila." Suara Donny terdengar sarkas.
"Gue di London, semenjak kejadian itu, nyokap jadi posessive." Donny mengangguk mengerti.
Sebenarnya Donny sudah mengetahui jika Kaffa pergi ke London untuk berobat akibat kejadian penembakan empat tahun yang lalu padanya.
Donny tetap menjadi sahabat yang baik untuk Lea, bahkan ia sekarang bekerja di perusahaan kakak Lea, dan menjadi orang kepercayaan alzio.
Termasuk apa yang di lakukannya sekarang permintaan alzio, agar Kaffa tak bosan hanya dirumah.
"Lo kenapa nyasar disini." Tanya Donny.
Kaffa menjadi teringat perihal dia berada di taman tersebut. 'FALEA' Nama itu yang membuatnya termenung.
"Kaf, Ada apa? " Kaffa tersadar dari lamunannya.
Ia menghela napas sejenak, "Lo ingat Lea. Falea."
Donny tertegun mendengar nama Lea. Ia mengangguk, bagaimana mungkin Donny lupa akibat perbuatannya, ia merasa memiliki tanggung jawab ikut menjaga Kaffa karena ketidak adaan sosok Ayah dalam hidup Kaffa.
Bahkan Donny sendiri pernah menawarkan diri untuk menikahi Lea, tapi Lea menolak mentah. Lea tak ingin Donny menyiakan hidupnya demi seorang pria yang entah kemana.
"Iya, mana mungkin gue lupa." ujar Donny.
"Dia sekretaris gue, dan paraunya dia berubah bukan seperti Lea yang gue kenal."
Uhuk..Uhuk..Uhuk.
Donny tersedak mendengar perkataan Kaffa, "Lo kenapa." Tanya Kaffa. Donny menggeleng cepat.
"Lea berubah dingin, don. Gue hancur melihat sikap Lea." Kaffa menenggelamkan wajahnya kembali.
"Seharusnya lo kembali empat tahun yang lalu, mungkin Lea masih sama seperti yang lo kenal." Lirih Donny membuat Kaffa mengeryit bingung.
"Om, taffa capek mau pulang." Kaffa kecil datang memeluk Donny lalu tertidur di pangkuannya.
"Jadi nih bocah siapa." Kaffa bertanya menatap wajah putranya yang belum di ketahuinya.
"Dia keponakan bos gue. Namanya sama dengan nama lo Kaffa. Kasian dia belum pernah mendapat kasih Sayang seorang Ayah. apalagi ibunya, sangat menderita. Dia harus menahan rasa sakitnya."Jelas Donny.
"Ayahnya kemana." Tanya Kaffa lagi.
"Menghilang." jawab singkat Donny
Perkataan Donny entah mengapa membuat Kaffa sakit, hatinya di remuk apalagi saat menatap bocah ini yang wajahnya bahkan mirip dengannya.
***