Mempunyai sebuah elemen terkuat memanglah sebuah keberuntungan, terlahir dikeluarga kerajaan dan hidup serba ada membuat orang-orang kian iri. Tapi sayang, Adreav lebih tertarik menjadi seorang petarung dari pada harus menjadi seorang putri yang hanya bisa menyerang dari jarak jauh.
Bukan kipas berisi pisau maupun tusuk konde tajam yang menemaninya, namun pedang dan panah lah yang selalu ada di sisinya saat ia merasa terancam. Semua itu ia lakukan hanya untuk menyembunyikan elemen dirinya yang berbahaya, namun Adreav harus menerima semua makian sang ayah karena dirinya tidak mematuhi peraturan kerajaan.
Bagi Adreav memburu adalah hal yang lebih menarik dari pada harus berdiam diri di dalam kerajaan, hitung hitung untuk membantu rakyat yang tinggal di pinggir desa karena tidak mampu membayar pajak. Langkah tanpa tujuan selalu terulang di hari yang terus berlalu, hari ini tetap begitu, ia akan mengendap-endap keluar dari wilayah aman kerajaan dan pergi ke hutan.
Tapi bencana datang saat Adreav baru selesai membasuh wajahnya di sungai, badai hujan menerjang dengan cepatnya membuat Adreav harus berfikir cepat untuk berlindung, kakinya berlari memasuki hutan lebih dalam mendatangi sebuah rumah pohon didalam hutan. Dulu, Adreav tidak pernah tertarik masuk kedalam sana, namun kali ini darurat.
Karena mungkin ia akan kehilangan kesadaran sebentar lagi.
Ya, Adreav takut melihat aliran air hujan.
Angin semakin kencang dan derasnya hujan semakin bertambah, suara dauh bertabrakan begitu memekik dipendengaran Adreav. Adreav bahkan hanya bisa meringkuk memeluk diri sendiri sambil mengusap tangannya mencari kehangatan.
Matanya melihat ke sekeliling yang ada disini, penuh dengan buku, banyak juga pernak pernik menggemaskan yang terpajang di setiap lubang pohon.
Adreav berdiri dan mendekat kearah pernak pernik yang terlihat begitu menarik perhatian, ada sebuah bola kaca dengan serbuk putih didalamnya, seperti salju.
Tangannya bergerak mendekat mencoba menyentuh benda itu, namun tanpa disadari, air hujan menari masuk kedalam rumah pohon mengikuti kesenangan yang Adreav rasakan sekarang.
Air tadi membentuk sebuah bulatan yang menggulung gulung didepan Adreav, membuat Adreav sedikit terkejut dan memundurkan langkahnya. Air tadi berubah menjadi bunga es dan tertempel di rambutnya secara tiba tiba.
Ini yang Adreav takutkan, dia bisa saja menghancurkan tempat ini secara tidak sadar!
"Kamu siapa?"
Adreav langsung berbalik, air air mengikuti pergerakan tangannya sehingga menyiram orang yang tadi mengejutkan Adreav.
Sekilas Adreav dapat melihat iris mata pemuda itu, berwarna kuning. Ini bahaya, Adreav yakin orang itu seorang manusia serigala yang juga sedang bersembunyi disini. Tapi aneh, telinga pemuda itu memanjang seperti dirinya. Apa orang itu setengah Elf dan setengah serigala?
"Maafkan aku, aku akan pergi dari sini, terima kasih tumpangannya."
"Hei! Diluarkan hujan! Kamu mau kemana?!"
Adreav melangkah keluar dari pintu, ternyata hujan semakin deras, jalan menanjak terpampang jelas di atas sini, penglihatannya merabun dan Adreav hampir saja kehilangan keseimbangan tubuh saat merasa pusing.
"Kamu... Takut dengan air tapi kamu ahli pengendali air? Aneh sekali." Gumam pemuda tadi lalu menggendong Adreav yang tadi hampir saja jatuh jika tidak ia tahan. "Percayalah, aku tidak berbahaya, kamu harus tunggu hujan berhenti jika ingin keluar."
Adreav menutup matanya, masabodoh dengan dirinya yang kini ada di pangkuan pemuda tidak dikenal dengan posisi tertidur. Ia tidak takut air, hanya takut pada hujan yang mengalir di jalan menanjak, itu saja. Cukup lama untuk dirinya melupakan penglihatan tadi, lalu dengan canggung, ia turun dari pangkuan pemuda itu dan duduk jauh jauh.
Pedang, panah, dan anak panahnya ia lepas karena susah untuk terduduk sila. "Aku tau kamu serigala, jika kamu berniat melukai ku, aku tidak segan segan membunuhmu dalam hitungan menit."
Pemuda itu terkekeh, gigi taring sebelah kirinya terlihat lebih panjang diantara gigi lainnya. Mata kuning legam pemuda itu menatap Adreav dalam dalam dengan wajah yang sangat sinis.
"Aku Zeyn bukan serigala, aku elf dan tidak ada campuran dari makhluk lainnya. Aku hanya punya kelainan."
"Jangan menipu ku, aku tidak mudah di tipu."
Zeyn— si pemuda yang tertuduh serigala itu— tiba tiba tersenyum, terkesan sangat manis jika dibandingkan dengan tatapan sebelumnya. "Aku harus buktikan apa? Lihat telinga ku, sama seperti mu kan? Dan tatap mataku lebih serius, ini hanya berwarna kuning legam, tidak ada sebuah kedendaman yang tertanam di kornea mataku."
Zeyn menoleh, memandangi tangkai tangkai daun yang meringkuk karena hujan, entah lah, rasanya tenang bersama gadis yang ada didepannya, padahal ia tidak tau siapa gadis itu sebenarnya.
Ada semburat keingintahuan saat melihat kornea mata biru laut milik Adreav, jarang ada elf yang mempunyai mata seperti itu. Ia juga sempat terkejut saat melihat air air yang menari dan menjadi bunga salju saat melihat Adreav dari belakang, itu menakjubkan, rakyat biasa jarang sekali bisa melakukan itu.
"By the way, siapa namamu? Kamu tau namaku, biar impas aku juga harus tau namamu."
Adreav terlihat mendongak bersender di tembok, helaan napas terdengar. "Aku, Adreav, soal yang tadi kamu lihat lupakan saja atau setidaknya jangan pernah beritahu siapapun. Hanya ibuku yang tau mengenai hal ini."
Zeyn mengedipkan mata, mencoba mencerna perkataan Adreav dengan jelas. "Ka- kamu putri Adreav? Adreav Rain Drileana?" Tentu saja! Zeyn tidak tau kalau ternyata Arevda terlihat begitu cantik dari pada yang digambarkan oleh orang lain.
Jika orang orang bilang kerajaan terlalu menyembunyikan Adreav karena memiliki kecacatan, tidak dengan yang ia lihat sekarang juga, Adreav yang ada disampingnya terlihat cantik dan terkesan sinis, sangat berwibawa dengan berpakaian celana.
"Iya, kaget ya? Aku tau banyak gosip jika aku disembunyikan pihak kerajaan karena cacat kan? Hhh, dasar ayah, aku tidak cacat sama sekal---
"Putri disini! Ada yang menculiknya!"
Mereka berdua menoleh ke sumber suara, ada seseorang dengan pakaian baja yang sangat formal, itu adalah salah satu prajurit dari kerajaan Adreav! Sialan, kalau sudah begini, Adreav tau ia sudah ketahuan keluar dari kerajaan!
Suara hentakan kaki mulai terdengar, ada bayangan yang masuk melalui ventilasi rendah di rumah pohon itu, lalu detik selanjutnya, banyak prajurit yang mulai mengamankan Adreav dan juga Zeyn.
"Kumohon lepas dia, aku yang berusaha kabur dari kerajaan! Dia tidak menculikku!"
Sayangnya, tidak ada satupun prajurit yang mendengarnya. Ia memberontak mencoba melepaskan genggaman prajurit yang mengukung tangannya dibelakang. Berusaha kembali kabur dan mencuri curi pandang pada Zeyn yang ternyata ikut memberontak.
Saat keluar dari rumah itu, tidak terasa hujan sudah berhenti. Adreav dipaksa menuruni tangga dan kembali dikekang oleh dua prajurit yang menjaganya, begitu juga dengan Zeyn.
"Zeyn!!! Teruslah berontak!!" Adreav berteriak, mencoba memancing emosi prajurit. Tapi mereka dengan sekuat tenaga mendorong Adreav masih dengan menggenggam kedua tangannya di belakang.
Ide cemerlang datang dipikirannya, kakinya sekuat tenaga untuk menahan dan tak melangkah, tapi sesuatu tiba tiba menusuk tangannya dengan cepat lalu kepalanya pusing bukan main, tak lama kemudian Adreav tidak tau apa yang terjadi.
*'*'*
Entah jam berapa sekarang, namun cahaya matahari terlihat mulai memerah dari pantulan jendela kamarnya. Pusing di kepalanya masih terasa saat mencoba duduk. Apa tadi itu? Setega itu ayahnya? Kenapa ayahnya tidak membiarkannya pergi dari kerajaan jika ia memang tak berguna di kerajaan ini?
Semua pertanyaan mulai bertumpuk dipikirannya. Oh ya, satu lagi, Zeyn! Adreav buru buru menyibak selimut dan berlari sambil memegangi kepalanya. Disentuhnya kenop pintu, dan
Pintu terkunci.
"Bagaimana kalau Zeyn dituduh menculikku dan di penjara? Aish dia tidak bersalah sama sekali." Racaunya, mulai terduduk sambil mengacak acak rambutnya.
Ingin meminta tolong juga tidak mungkin, tidak ada tanda tanda keberadaan orang lewat di luar, berteriak pun percuma, kamarnya kedap suara.
Sesuatu tiba tiba terlintas di pikirannya. "Kunci cadangan!" Ia sangat ingat pernah mendapat kunci itu dari ibunya, Adreav cepat cepat membuka nakas dan mengajak acak isinya, namun tidak ada.
Langkahnya berbalik dan berlari menuju meja rias dan mengambil kursi yang ada disana. Dirinya menaiki kursi itu untuk membuka kunci lemari, tapi niatnya itu urung saat menemukan kuncinya di atas lemari tepat diujung dekat tembok.
Setelah berhasil keluar, betul saja, tidak ada orang sama sekali, bahkan kerajaan terasa seperti bangunan yang tidak memiliki tanda-tanda kehidupan. Ia berlari kearah ruangan singgasana ayahnya.
Pintu besar yang menjulang tinggi dengan sekuat tenaga Adreav buka membuat dirinya menjadi titik perhatian. Zeyn terlihat duduk menunduk menghadap ayahnya dijaga dua orang prajurit bersenjata.
"Lepaskan dia ayah, dia tidak berniat menculikku sama sekali."
Zeyn yang tadi terlihat begitu pasrah tiba tiba mulai berdiri, tanpa menoleh pada Adreav, ia menatap sang raja yang sejak tadi memerintahkan dua orang untuk memukulinya.
"Kau terlalu khawatir dengan putri mu, aku tidak tau apa maksud kau untuk mengatai putri mu cacat, tapi aku bisa mengajukan diri untuk menjadi... Pengawal Adreav, Aku akan berjanji untuk melindunginya sampai aku tak sanggup lagi."
ini awal dari semuanya, petualangan besar yang akan mereka hadapi dan harus mereka jalani. mereka tidak tau apa yang akan terjadi, namun mereka tidak akan pernah menyangka akan saling mencintai.
to be continued.