Chereads / Intrappolati Promise / Chapter 2 - kota

Chapter 2 - kota

Angin malam yang berembus dari jendela terasa dingin saat Adreav baru keluar dari kamar mandinya, bintang terlihat seperti hamparan cahaya yang berkelap kelip.

Sejuk.

Batin dirinya sambil berjalan mendekat pada jendela. Dibandingkan menutup Jendela, Adreav alih-alih berniat untuk keluar dari jendela. Tangannya sudah bertumpu di alas jendela dan siap untuk loncat, namun suara ketukan pintu membuatnya langsung menoleh cepat takut takut itu adalah ibunya.

Tapi pintu tak kunjung terbuka meski ketukannya terus berlanjut, Adreav menurunkan sebelah kakinya yang sudah masuk ke dalam jendela lalu membuka pintu.

Ekspresi bingung langsung tertera di wajahnya saat melihat Zeyn dengan baju serba hitam dengan membawa gaun di tangan kanannya. Pemuda itu langsung masuk ke dalam kamar Adreav membuat Adreav semakin bingung.

"Besok kamu boleh keluar kerajaan, dengan syarat harus pake gaun." Ujar Zeyn, ekspresinya memberitahu Adreav jika Zeyn memang sudah diperintah oleh ayahnya.

"Tapi kan." Adreav berjalan mendekati Zeyn, dan melihat gaun yang terlihat anggun dan ringan, sepertinya Zeyn benar benar mencari gaun yang membuat Adreav nyaman. "Aku, gak bisa pakai gaun."

Zeyn terduduk di pinggiran kasur Adreav, berfikir sebentar dan menjentikkan jarinya. "Tunggu sebentar, tadi aku lihat banyak gaun pendek berwarna hitam! Pasti cocok buat kamu!" Lalu setelahnya, Zeyn keluar dari kamar Adreav dan berlari menjauh.

Terserah Zeyn saja, Adreav cepat cepat keluar jendela saat itu, lalu angin malam berhembus kencang menerpa dirinya.

"Ternyata disini."

Adreav hampir saja terjungkal saat mendapati Zeyn yang ada di sampingnya. Kapan pemuda itu duduk di sampingnya? Tidak ada suara sedikitpun tadi, apalagi mereka sedang ada di loteng kerajaan yang bergenteng.

Tapi setelahnya Adreav kembali menghadap ke depan memandangi kelap kelip bintang. "By the way, pakaianmu persis seperti manusia pada umumnya."

Zeyn langsung menunduk melihat bagaimana caranya berpakaian. Kaos hitam dan celana Levi's hitam. Iya terkekeh tanpa suara setelahnya. "Sebenarnya ini sudah dari tadi siang ku pakai, tapi karena hujan aku melapisnya dengan pakaian hangat. Semua baju ku masih di rumah, pekerjaan ini terlalu tiba tiba untukku."

"Lalu kenapa kau menawarkan diri?"

Tidak ada jawaban, Adreav tidak akan tersadar jika Zeyn sejak tadi memandanginya sambil tersenyum.

"Eum, besok aku akan mengajarkanmu perang mode dasar."

"Aku sudah sangat handal berperang." Sarkas Adreav, belum mau menolehkan diri.

Tangan Zeyn tiba tiba terangkat, berniat untuk mengelus rambut sang putri. Namun urung saat rasa rasa ia terlalu lancang. "Ini mode putri. Dan yang paling menariknya, kita akan pergi ke alam manusia."

Adreav yang semula tidak memandang Zeyn itu langsung menengok dan membulatkan bola matanya. "Apa katamu?! Kita kan, elf, jika ketahuan mereka akan memburu kita."

"Itulah yang ingin ku beritahu. Aku sering masuk ke dalam kawasan manusia karena makanan di sana lebih murah. Aku akan mengajarkanmu tentang tenang. Dalam bertarung, kita harus tenang tapi juga harus mematikan. Kita tidak boleh panik meski keadaan sangat menghawatirkan, di dalam dunia manusia, telinga kita dengan ajaib akan berubah seperti telinga manusia, namun yang lebih bagusnya dalam tujuan peperangan ini, telinga kita akan berubah saat kita dalam emosi. Ini mengajarkan kita betapa pentingnya untuk bersikap tenang."

Angin malam itu seakan akan menyetujui penjelasan dari Zeyn. Mereka bergerak santai namun menusuk kedalam tulang.

Adreav mengangguk angguk merasa tertarik, ia juga begitu penasaran dengan kehidupan kehidupan yang tidak ia ketahui di luar sana.

"Eum, kapan kita bisa pergi kesana?"

•••

Semua orang yang sedang melakukan acara membeli dan menjual langsung mengalihkan perhatian pada Adreav dan Zeyn saat muncul dari balik gerbang tinggi kerajaan. Mereka saling berbisik dan bergosip ria mempertanyakan siapa Adreav dan Zeyn sampai bisa masuk kedalam wilayah keamanan itu.

Tentu Adreav diam saja dan memandangi semua yang menatapnya dengan sarkastik. Namun berbeda dengan Zeyn, semua orang yang tadi mengatakan Zeyn tak ada adab masuk kedalam kerajaan dengan pakaian seperti itu langsung dibuat tersenyum merasa bersalah, karena pasalnya Zeyn berjalan sambil menunduk hormat pada yang ada di sana.

"Nanti kita ke rumah pohonku dulu, karena aku harus mengganti baju--

"Kenapa kamu bersikap seperti itu pada mereka? Mereka sudah menjelek jelekkan namamu."

Zeyn tiba tiba saja tersenyum dan memperlambat langkah agar sejajar dengan Adreav. "Kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan, tapi ada kalanya jahat dibalas jahat. Hal sepele seperti itu buat apa dibalas?"

Adreav mengangguk angguk salut, mereka sedang menjauhi jalanan desa dan melewati jalan sempit agar tak terdeteksi keamanan kerajaan untuk masuk kedalam hutan. Seperti yang dikatakan Zeyn, pemuda itu harus mengganti bajunya.

Setelah Zeyn turun dari atas pohon dengan tas yang ia gendong di belakang. Adreav memiringkan kepalanya bingung. "Kenapa harus bawa ransel?"

Zeyn menoleh, sambil membenarkan bajunya yang belum rapih. "Ah, bajuku harus dicuci, aku tidak mungkin mencucinya di tengah hutan seperti ini, aku punya seorang kenalan yang membuka jasa laundry disana, jadi aku akan membawanya." Jelasnya. Sebenarnya, tidak ada yang berbeda darinya, kaos oblong hitam masih menemaninya kali ini. "Ah ya!" Sambungnya.

Membuat Adreav yang tadi sudah berjalan lebih dulu berhenti dan menengok kebelakang.

Zeyn berlari mendekat sambil mengoprek isi tasnya. "Ini, pakai ini, tutupi pundak kamu, di sana banyak orang brengsek."

Sebuah jaket. Adreav langsung mengambil alih jaket itu dan memakainya, mereka kini  berjalan kearah timur untuk menemukan penghubung antara dunia manusia dan dunia bayangan.

Sebelumnya Adreav sendiri sudah pernah pergi ke dunia manusia untuk urusan sesuatu yang sangat privasi, tapi telinganya tidak pernah berubah seperti apa yang dikatakan Zeyn. Karena dirinya tidak memakai penghubung, namun berteleportasi.

Sampai di ujung hutan dengan pohon pohon yang rimbun berdaun jingga, mereka berdua dapat melihat sebuah gumpalan awan, sekilas terlihat secercah pelangi yang lewat di gumpalan awan tersebut lalu dengan mudahnya Zeyn memasukkan tangannya dan mengeluarkan nya kembali.

"Lihat? Tanganku berkelap kelip karena serbuk warna warni yang mengkilap, ini lah yang membuat kita sangat mirip dengan manusia."

Adreav mengikuti apa yang dilakukan Zeyn tadi. Benar saja, kulitnya tidak sepucat biasanya. "Tunggu apa lagi?" Ajak Adreav, sudah tak sabar mencoba tantangan awal dari Zeyn.

Zeyn mengangguk dan merangkul Adreav, lalu mereka berdua masuk kedalam gumpalan tersebut dan bum! Mereka datang di tempat penuh manusia yang terkadang tak punya adab.

Adreav menoleh kebelakang, tidak ada sama sekali awan yang menggumpal seperti di alamnya tadi, mereka ada disebuah rumah kosong yang kelihatan gelap Dan tak terurus.

Karena tak ingin lama lama, mereka langsung keluar dari rumah tersebut dipimpin oleh Zeyn. Lalu setelah berhasil keluar, gedung gedung tinggi langsung menghiasi pandangan Adreav dan Zeyn, mereka kini terlihat sedang di belakang gedung gedung tempat orang bekerja.

Mereka berjalan kearah keramaian berada, itu sebuah kota! Tangan Adreav sejak tadi tidak berhenti menggenggam telapak tangan Zeyn karena takut terpisah, padahal mereka hanya berdua.

"Ada putri cantik yang datang kemari. Sepertinya."

Zeyn menoleh ke belakang, lalu menarik Adreav ke belakang tubuhnya. Dua pasang bola mata vertikal Jingga terang memandang dirinya remeh.

"Sampai kalian menyentuh tuan putri, aku tidak segan segan membunuh kalian semua termasuk yang sedang bersembunyi di balik kardus kardus bekas itu!"