Chereads / Intrappolati Promise / Chapter 3 - cat creature?

Chapter 3 - cat creature?

"Z-Zeyn--

"Jika mereka bertindak kamu harus janji lari ke mana pun."

Zeyn berbisik pada Adreav, membuat Adreav tidak tau harus apa, masalahnya, ia sendiri tidak tau bagaimana caranya orang orang itu dapat mengenali mereka.

Benar saja, saat Zeyn mengalihkan perhatian menjadi sepenuhnya pada Adreav, suara pisau yang bertabrakan langsung terdengar di telinga mereka yang sangat tajam. Zeyn menoleh ke depan dan pisau melayang dengan jumlah yang banyak.

Zeyn menunduk sambil menarik tangan Adreav agar dirinya ikut terjatuh bersamanya.

"Aw!"

Sialan. batin Zeyn.

Sepertinya terlalu lambat bergerak dapat mengancam keselamatan sang putri. "Lari Adreav! Lari!"

Adreav yang memegang dahinya itu gemetar, tidak tau harus pergi ke mana. "Tapi, aku harus ke mana?!"

Darah darah merembes keluar dari telapak tangan sang putri, Zeyn mencoba untuk mengatur detak jantungnya agar tak panik. Ingin melawan tapi Zeyn takut Adreav tau kekuatannya. "Pergi ke sana!" Suruhnya menunjuk arah keramaian berada. "Belok ke kanan dan masuk ke dalam toko makanan!"

Adreav mengangguk lalu berlari meninggalkan Zeyn yang masih merunduk bertumpu dengan tangannya di tanah, lalu Adreav tidak lagi menoleh ke belakang sambil memakai tudung jaketnya.

Namun di depannya banyak sekali pemuda dengan mata yang sama menghadang. Adreav memang menyembunyikan belati sejak keluar dari kerajaan, tapi ia rasa kali ini bukan waktu yang tepat.

Rombongan pemuda itu saling tatap dan mengangguk, mendekat pada Adreav yang sedang menunduk.

Lalu dengan kesadaran yang masih terkendali, Adreav dengan mudahnya mengeluarkan senjata dan menusuk perut salah satunya, suara darah mencuat terdengar sangat menjijikkan di telinganya, tapi ia harus tetap bertahan. Tiga pemuda lainnya terlihat kaget dan mulai semakin gencar berjaga jaga.

Adreav mulai tidak bisa berfikir jernih, jari telunjuknya yang menggenggam belati berputar putar kecil, pandangannya tetap pada pemuda yang mencoba menyentuhnya. Lalu detik berikutnya, batu batu jalanan mencuat memukul rahang dua pemuda, membuat Adreav dengan cepat menendang pemuda yang tersisa dan langsung berlari ke arah keramaian sambil memegangi lukanya yang mulai membasahi wajah dan rambutnya.

Ia harus pergi ke tempat yang dikatakan Zeyn, meski entah di mana itu berada.

Sebuah toko dengan warna peace mengalihkan atensinya, di ujung jalan, ada tulisan nama toko. Elfie cafe.

Sepertinya itu adalah tujuannya berlindung, Elfie bisa jadi diambil dari nama Elf, jadi dengan berlari kecil ia mendekat dan membuka toko, sepi, tidak ada pengunjung disana.

Pintu yang terbuat dari kaca itu ia dorong sampai terbuka, suara lonceng terdengar setelahnya, bertepatan dengan itu.

"Adreav!"

Zeyn menyusul sambil berlari lari, setelahnya pemuda itu ikut masuk dan melentangkan tubuhnya di bawah, nafasnya menggebu tak teratur.

"Ekhem!"

Ada suara orang di belakang Adreav membuat dirinya langsung melihat kearah sumber suara. Seorang gadis bermata hijau, yang langsung panik saat melihat keadaan Adreav.

Gadis itu langsung mendekat dan memegang pundak Adreav sambil memperhatikan dimana lukanya berada. "Oh my god! She's princess?"

Zeyn yang masih terkapar lemas itu menjawab. "Yeah, the hidden princess. Adreav."

Wajah gadis tadi memang terlihat kaget, jelas tau betul yang dimaksud oleh Zeyn. Tapi gadis itu tersenyum lembut sambil mendorong Adreav mengarahkannya untuk terduduk di salah satu kursi. "Wait, I'll get some bandages and water."

"Thanks." Gumam Adreav.

Setelah gadis tadi menghilang, Zeyn berdiri dan terduduk di sampingnya. Adreav terus memandangi mata Zeyn dengan lekat, tentu sebaliknya dengan wajah lelah Zeyn yang juga memandang Adreav. Rasa penasaran mulai menggebu-gebu dipikiran Adreav.

"Tadi itu siapa?"

Zeyn tersenyum sambil meraih sapu tangan yang ada di meja. "Cat creature, suruhan iblis yang diperintah untuk menculik salah satu anggota kerajaan."

"Tapi, mereka tau darimana aku seorang putri?"

Zeyn terdiam sebentar, mencari kemungkinan darimana para cat creature tadi tau. "Eum, dari tatto di leher mu, Alea juga tadi langsung menebak kamu seorang putri kan? Pasti dari situ asalnya."

"Kamu, tau darimana mereka diperintah iblis?"

Bungkam, kali ini pemuda di sampingnya tidak menjawab sama sekali. Tidak lama kemudian gadis yang disebut Zeyn sebagai Alea datang membawa baskom dan juga peralatan obat membuat Zeyn langsung berdiri dan berpindah tempat duduk.

"Kenapa sapu tangannya kelihatan kotor?"

Adreav tak menjawab, matanya memandang Zeyn tajam karena tau pemuda itu lah yang mengotori sapu tangan di atas meja.

Alea mendecak sambil ikut memandangi Zeyn. Tangannya merogoh kantung celana dan mengeluarkan sapu tangan baru, sapu tangan itu dicelupkan ke air dan dikompres. Tangan Alea bergerak membuka tudung Adreav, namun Adreav menahan sambil memandangi pintu masuk toko itu.

"Tidak akan ada yang masuk, aku buka toko ini dua jam lagi."

Mendengar itu, Adreav mendongak dan tersenyum membiarkan gadis bermata hijau itu membersihkan bagian wajahnya yang berlumur darah.

"Nama ku Aleana Dward. Panggil saja aku Alea, sejujurnya aku membuka toko ini bukan untuk berjualan, tapi tempat ini tempat penyamaran agar tidak ada makhluk bayangan lain yang menerobos." Penjelasan mulai terdengar, Alea mengelap wajah Adreav sangat pelan.

Adreav bahkan merasakan aura keibuan dari Alea.

"Aku berteman dengan dia, tapi belakangan ini dia tidak pernah ke sini, aku kira dia sudah pulang ke ruma--

"Alea! Aku ingin minum."

Baik Alea maupun Adreav memandang langsung pada Zeyn. Pemuda itu terlihat tidak suka saat Alea membicarakan tentang 'rumah' dirinya.

"Rumah?"

Alea tak mengindahkan peringatan Zeyn, gadis itu tetap mengatakan apa yang ingin ia katakan. "Iya, rumah orang tuanya, dia sudah kabur dari rumah cukup lama."

"By the way, kalian ada perlu apa datang kemari?" Lanjut Alea, tak mempedulikan Zeyn yang sempat berdecak sebelum melangkah pergi ke bagian dapur toko.

Adreav sendiri bingung, tujuan utama di dalam dirinya sendiri ingin pergi bermain seperti remaja pada umumnya. "Aku hanya ingin bermain."

Alea menjentikkan jarinya, wajahnya terlihat mempunyai rekomendasi tempat tempat bagus yang harus Adreav ketahui. "Ah! Bagaimana jika kalian pergi ke Wahana permainan? Aku punya dua tiket masuk, tapi aku malas pergi kesana." Ujarnya, lalu berlari pergi ke tempat bartender dan mengoprek isi tasnya. "Ini, kalian pakai saja. Ah ya satu lagi! Cara bahasa mu, harus diubah sedikit, jangan terlalu baku, terlalu aneh di sini."

Adreav mengangguk dan meraih tiket masuk area bermain itu. Sebelumnya ia pernah kesana, tapi sepertinya Zeyn dan Adreav hanya akan berjalan jalan saja di sana, mereka terlalu dewasa untuk kembali bermain di wahana itu.

Tidak lama kemudian Zeyn keluar dengan kemeja yang tidak dikancing, namun masih memakai kaos di dalamnya.

Alea mendekat pada Zeyn dan berbisik. Sang lawan bicara itu tersenyum sambil mengangguk. "Tentu saja, itu tidak akan terjadi." Balasnya sambil memandangi Adreav yang kebingungan melihat kelakuan mereka.

Kini mereka sedang berjalan di trotoar jalan, banyak orang orang yang berlewatan karena sudah memasuki jam makan siang. Zeyn bahkan sejak tadi merangkul Adreav takut gadis itu tiba-tiba menghilang.

"Kita, mau kemana?"

Adreav mendongak menatap wajah Zeyn yang juga sedang menunduk melihatnya. "Wahana permainan? Aku mendapat tiketnya dari Alea."

Entah apa yang istimewa dalam kalimat Adreav, tapi senyum manis langsung menghiasi wajah Zeyn saat itu.

"Tunggu apalagi? Ayo?"