Bab 2
Pada hari minggu itu, matahari perlahan tergelincir kearah barat. Jam analog dikamarku menunjuk angka tiga tepat. Suara ibuku terdengar dari lantai bawah—Ya, rumahku memiliki tiga lantai. Lantai satu, berisi ruang tamu, ruang keluarga, dan garasi. Lantai dua, berisi ruang makan, dapur, kamar untuk tamu, dan ruang TV. Lantai tiga, berisi kamarku, kamar orangtuaku, kamar tamu tambahan dan ruangan khusus untuk belajar.
"Vivy!!!" Panggil ibuku. Dengan gerakan cepat aku membuka pintu kamar dan berlari menuruni tangga.
"Yes, Mom?" Sahutku saat sampai diruang keluarga. Disana, ada ayah yang sedang mengobrol dengan paman—yang memang sudah dari kemarin menginap di rumah ini. Dan, ibu yang sudah menunggu kehadiranku.
"Vivy, ini ada paket untukmu." Tutur ibu dengan nada yang lembut sembari menyodorkan benda berbentuk kotak yang ukurannya tidak terlalu besar, terbalut kertas berwarna cokelat.
"Dari siapa?" Tanyaku sambil mengambil kotak itu dan melirik nama pengirimnya,
"WHOAA!!!" Seruku dengan mata berbinar saat melihat nama nenek tertoreh dikolom pengirim. Ibuku hanya mengangguk dan tersenyum. "Nenek baru pulang dari tour Eropanya" Kata ibu memberi keterangan singkat.
"Thank you, Mom," Lalu pamit kembali ke kamarku. Saat baru akan menapakkan kaki pada anak tangga terbawah suara ibu kembali terdengar,
"Vivy, jangan lupa untuk mengucapkan terimakasih pada nenek!"
"Ay, ay, captain!" Sahutku bersemangat, lalu kembali menaiki tangga.
—//—
Aku menutup pintu kamar dengan hati-hati, lalu menguncinya. Aku pun mendekati kasur dan menghempas tubuhku keatas kasur bersama dengan kotak cokelat dalam pelukkanku. Aku memperhatikan kotak itu diatas kasur. Lalu, aku segera bagun dari posisi tidurku. Aku berinisiatif membuka bungkus kotak itu. Ternyata, nenek memberikan sebuah kotak berwarna putih yang dipinggirannya ada ukiran berupa sulur-sulur tanaman berwarna emas. Aku sangat penasaran, kira-kira apa yang diberikan nenek kali ini? Karena, memang nenekku sering membelikanku barang-barang jika pergi tour bersama teman-temannya. Lantas, kubuka kotak putih nan cantik itu. Ternyata, nenek memberikan sebuah kalung emas putih dengan liontin batu berbentuk lingkaran yang berwarna putih. Kalung itu tampak polos tapi tetap terlihat cantiknya. Karena kalung itu menurutku terlalu polos, jadi aku tambahkan beberapa pernak-pernik ke dalam rantai kalung itu. Lalu, dibawah kalung itu, ada sebuah surat. Kurang lebih, seperti ini isi suratnya;
'Hai, Vivy...
Sudah lama nenek tidak bertemu denganmu.
Nenek disisni amat merindukanmu.
Saat liburan akhir semester, berkunjunglah ke rumah nenek.
Oh, iya, nenek melihat kalung ini berada di sebuah toko, saat nenek berlibur ke Perancis.
Saat nenek melihat kalung itu nenek teringat dirimu.
Jadi, nenek membelinya untukmu.
Dan, saat sepulang berlibur dari Perancis, nenek buru-buru mengirimnya ke rumahmu.
Dan,
Oh, ya, nenek hampir saja lupa,
Kata pemilik toko itu, kalung itu adalah kalung ajaib.
Dan, kalung itu bisa membawa pemiliknya berpetualang di sebuah negeri para peri yang di sebut "HAZARDLand"
Sayangnya, si pemilik toko itu tidak tahu bagaimana caranya agar bisa masuk ke dalam negeri itu.
Coba kamu cari tahu bagaimana caranya masuk ke negeri itu,
Dan,
Jika berhasil, selamat berpetualang ...
—GRANDMA.
Setelah selesai membaca surat dari nenek, aku pun, mengambil dua kotak yang memang sengaja di letakkan di bawah meja rias. Kotak pertama, berisi kumpulan kertas-kertas yang di pinggirannya ada ukiran-ukiran yang indah. Salah satu dari kertas itu akan kugunakan untuk membalas pesan dari nenek. Dan, kotak kedua, berisi amplop-amplop yang cantik. Aku juga akan mengambil salah satu dari mereka, amplop yang kuambil adalah amplop sederhana berwarna putih polos yang dipinggirannya ada garis-garis berwarna merah dan biru tua.
Didalam surat itu, aku menulis tentang; betapa senangnya hatiku saat membuka paket dari nenek. Didalam surat itu, aku juga mengucapkan terima kasih banyak atas pemberian paketnya. Aku juga berjanji, bahwa aku akan mencari tahu dan menemukan cara agar bisa masuk ke dalam negeri Hazard. Dan, yang paling penting, aku juga berkata pada nenek, ya, tentunya lewat surat, bahwa aku akan mengunjungi nenek saat liburan akhir semester mendatang. Sekian surat balasan yang kutulis untuk nenek.
Segera kuantarkan surat untuk nenek ke kantor pos. Dan, cepat-cepat kembali ke rumah. Sesampai di rumah, aku langsung menuju kamar.
-//-
Dikamar, aku pun, mengambil kalung itu, dan mulai menyelidiki bagaimana caranya agar bisa masuk ke dalam negeri tempat para peri tinggal.
Aku mencoba mencari sebuah kunci didalam kotak kalung itu. Namun, percuma saja, aku tidak menemukan satu kunci pun di dalam kotak kalung itu. Aku merutuki Si Pemilik Toko karena ia tidak mengtahui caranya masuk ke dunia para peri itu.
-//-
Sudah sekitar dua jam lebih, aku menghabiskan waktuku hanya untuk mencari tahu bagaimana caranya agar aku bisa masuk ke dalam negeri para peri itu. Aku sudah mencoba mengusap-usap liontin kalung itu. Aku juga sudah mencoba untuk mengetuk-ngetuk liontin lingkaran itu. Bahkan, aku tadi sempat mencoba untuk menghancurkan liontin pada kalung itu, mungkin saja dengan pecahnya liontin itu akan membawaku ke negeri para peri itu, pikirku. Jadi aku mengambil palu dan mencoba memecahkannya. Tapi, anehnya, liontin itu tidak lekas hancur.
Aku sudah mulai putus asa. Akhirnya, aku menghempaskan diriku ke kasur sambil memegang kalung itu. Lalu, aku kembali duduk, karena teringat janjiku pada nenek. Bahwa, aku akan mencari tahu bagaimana caranya masuk ke dalam negeri para peri. Menyerah, akhirnya aku memutuskan untuk tidur. Aku mengambil ancang-ancang tidur dan memilih untuk mencoba memakai kalung pemberian nenek tadi seraya berkata dalam hati, "aku akan menemukan jalan masuk ke Hazzardland". Dan.....
Whushhhhh......