Selamat membaca
°•°•°
HAHAHA. Tawa panjang nan lebarku menggema. Di bawah langit yang kelam namun berhiaskan bintang dan tersengat cahaya bulan. Aku berdiri di hadapan laki-laki bermata teduh ini.
Pakaianku masih sama, atasan kaos merah muda berbalut jaket jeans dengan celana hitam ketat tiga perempat. "Huh."
Gimana aku bisa menahan tawa? Kata yang terlontar dari bibirnya itu seperti lelucon, candaan, guyonan, atau mungkin hal yang mustahil. Apa itu? TUNANGAN. Mustahil kan? iyalah!
"Malah ketawa enggak jelas. Kalau kayak gitu kamu buat aku gugup tau De...! Diem dong." Mukanya berubah pucat pasi. Mata teduhnya beberapa kali berkedip, terkadang menusuk tajam menyorot netraku.
"Abisnya kamu aneh... masa iya ngajak aku tunangan?"
"Emang enggak boleh ya?" tanya Sean seakan mendalam, kudengar ada rasa sedih di balik pertanyaannya itu.
"Emangnya kamu se-rius?" tanyaku, susah payah aku menelan ludah. "Nga-jak tu-tunangan?"