Selamat membaca :)
°•°•°
"Mama!" teriak Nadea. Ia melepas cepat genggaman Sean begitu sosok Kezia terlihat. "Ma, Mami sakit apa?" tanyanya tak sabaran.
Kezia mengembuskan napas panjang, kemudian menggeleng. "Mama juga belum tahu."
Dea kini menoleh pada suaminya. Rasa takutnya menggerogoti hati. Dea tak kuasa menampung air yang ia paksa untuk bertahan di tempat.
"Sayang, semua baik-baik aja. Kita minta sama Tuhan supaya Mami cepet sembuh," ujar Sean menenangkan.
Padahal, rasa takut yang menyerang dadanya lebih besar dari sang istri. Khawatir dan cemas berusaha dia singkirkan. Dia harus bisa berpikir jernih dan positif sekarang ini.
"Iya," kata istrinya sembari mengangguk.
Sean menggiring Dea untuk duduk di kursi tunggu. "Duduk, Ma..." Sean mengingatkan Kezia pula yang hanya berdiri menyender pada tembok, sejak menginjak lantai tempat perawatan.
"Iya, Sean."