Naya terbelalak melihat keadaan gaun yang akan ia pakai. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Naya benar-benar kesal. Ingin rasanya ia berteriak sekuat tenaga untuk meluapkan amarahnya.
"Kyaaa ...!" pekik Naya.
Naya sadar, ia tidak bisa terus diam seperti ini. Fisa sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Naya harus melawannya atau Fisa akan menganggapnya lemah dan terus menindasnya.
Naya mengangkat gaunya, dipandangi wujud gaun yang sudah compang-camping di bagian bawahnya. Naya hampir putus asa dan memilih untuk menyerah. Air matanya hampir menetes tapi kemudian Naya buru-buru menghapusnya. Naya teringat dengan keadaan papanya yang masih terbaring lemah di Rumah Sakit. Naya harus menjadi kuat, ia tidak noleh menyerah dalam keadaan apapun.
Naya melihat gunting di kotak perlengkapan yang ada di atas meja. Naya lalu terpikirkan tentang sesuatu. Ini persis seperti keadaan yang pernah ia alami saat membantu temannya dalam acara pameran busana.