Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 22 - Ryan & Hanan

Chapter 22 - Ryan & Hanan

Tante Lusi bercerita banyak hal tentang Hanan Mikail setelah kepergiannya. Dia adalah sahabat terbaik Ryan yang sudah seperti saudara kandung baginya, sekaligus salah satu pelanggan setia Da Lusi. Dia hampir setiap hari singgah untuk makan siang dan sesekali sarapan.

Ryan dan Hanan adalah saudara seumur hidup, mereka besar bersama dan tinggal bersama di London saat masih sama-sama menempuh studi di sana. Mereka adalah dua orang yang sangat mengerti satu sama lain, tidak dapat dipisahkan, saling mengandalkan, sejak merantau ke negeri London Bridge itu dan hingga sekarang hubungan mereka juga tidak merenggang.

Aku takjub sekaligus cemburu pada Hanan Mikail karena dia menghabiskan lebih banyak waktu bersama Ryan ketika aku hanya bisa merindukannya dari jauh. Sungguh, perasaan yang tidak wajar. Bagaimana hatiku bisa tidak begitu bahagia ketika mendengar kedekatan keduanya.

Tante Lusi juga menambahkan bahwa Hanan bukan orang yang ramah pada semua orang. Sejak dulu, dia dan Ryan dikenal sebagai dua manusia yang saling menyerupai, apatis dan sedikit arogan. Mereka tidak pernah tertarik mencampuri urusan orang lain, tidak pernah peduli, apalagi mengusik orang lain. Keduanya dikenal sebagai manusia pendiam yang tenang dan memancarkan aura dingin nan misterius.

Berbeda dengan Hanan yang sedikit lebih ramah dengan orang-orang terdekatnya, Hanan Mikail dikenal tegas meskipun saat berhadapan dengan kerabat dekat ataupun keluarganya. Dia hanya sedikit lunak terhadap Ryan dan adiknya.

"Tapi Tante heran juga kenapa Hanan bisa ramah sama kamu", ujarnya.

"Ramah dan usil itu perbedaannya jauh Tan", jawabku.

Tante Lusi hanya tersenyum mendengar jawabanku. Tapi, aku sama sekali tidak bisa tersenyum jika pembicaraan itu terkait Hanan Mikail. Dia benar-benar membuatku kesal hingga ke dasar, aku hanya ingin mengakhiri semua topik pembicaraan apapun tentangnya.

Dia bukan seseorang yang bisa masuk ke daftar orang-orang penting dalam hidupku. Ya, bukan dia. Dia bukan orangnya. Aku tidak menyukainya dan semakin tidak menyukainya setelah tahu bahwa dia adalah satu-satunya sahabat Ryan. Setelah mengetahui bahwa dia adalah orang terdekat Ryan, yang bersama dengan Ryan selama 10 tahun terakhir, 10 tahun yang tidak aku lewati bersama Ryan.

Aku benar-benar tidak mengerti perasaan seperti apa yang aku rasakan terhadapnya, mungkin ini yang disebut sebagai api kecemburuan. Kecemburuan tanpa alasan, yang aku tahu, aku hanya cemburu karena dia selama ini terus bersama Ryan di saat aku tidak berada di sana bersama Ryan dan tidak bisa menemaninya.

🍁🍁🍁