Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 25 - Sekat Pembatas

Chapter 25 - Sekat Pembatas

Tiba-tiba handphone-ku berdering, panggilan masuk dari Bunda.

Aku beranjak pergi, mencari tempat yang lebih tenang dan nyaman untuk mengobrol. Bukan Bunda yang memulai pembicaraan, tapi dua adik nakal yang baru kembali dari asrama.

Mereka tengah libur semester dan memohon padaku untuk membujuk ayah dan bunda agar mengizinkan mereka ikut bersamaku. Tentu saja, jawabannya TIDAK.

Mendadak terdengar suara Bunda yang mengambil alih dari seberang sana. Ah, kurasa itu adalah salah satu pesonanya.

Tidak seorangpun yang tidak tunduk pada peraturannya di rumah.

Bunda juga tidak mengizinkan mereka karena tidak ingin menyusahkan Tante Lusi. Mereka, dua anak manja yang hampir selalu membuat kekacauan dan perlu pengawasan ekstra. Belum lagi jika jiwa troublemaker keduanya terjangkit sewaktu-waktu, maka akan ada banyak orang yang ternistakan. Dampak yang ditimbulkan juga akan benar-benar menguras kesabaran.

Sebenarnya, hal itu yang mendasari Bunda menyekolahkan kedua adik kembarku di boarding school agar mereka lebih mandiri dan berhenti membuat kekacauan.

Meski tidak bisa menyalahkan mereka, aku juga tidak menyalahkan orangtuaku yang lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Sebagai gantinya, aku bersikap lebih lunak pada adik kembarku.

🍁🍁🍁

Aku kembali setelah sambungan telepon berakhir. Aku berniat menemui Ryan, tapi aku tercegat dari kejauhan. Lantas mengurungkan niatku karena Ryan dan Anne terlihat sedang asik mengobrol.

Bella juga sudah tidak di sana. Sepertinya Bella sengaja membiarkan mereka berdua. Memberi mereka lebih banyak waktu untuk berinteraksi satu sama lain, mengobrol lebih dekat tanpa penghalang.

Aku meratap dalam diam dari kejauhan. Rasa kacau menguasaiku, aku tidak mampu menenangkan diri ataupun menjernihkan pikiran untuk tetap berpikir positif bahwa hubungan Ryan dan Anne hanya sebatas dokter dan pasien. Berbagai kecurigaan yang tidak menyenangkan bermunculan, kecurigaan itu mendominasi, semakin kuat dan semakin tidak terkontrol.

Dengan berbagai pertimbangan meskipun diliputi keengganan, aku memutuskan untuk tidak menghampiri Ryan. Meskipun enggan membiarkan keduanya bersama walau hanya satu detik, tapi tindakanku sebaliknya, aku tercegat dan langkahku tertahan.

Ada dinding penghalang dan sekat pembatas yang menghempasku lebih jauh dan semakin menjauh. Aku terdorong ke arah lain yang berlawanan dan merasakan sesuatu yang sangat menyesakkan.

Perasaan yang sangat menyakitkan sekaligus membingungkan, aku tidak menyukai perasaan itu dan lebih tidak menyukai pemandangan di hadapanku. Dan, semakin menyebalkan karena mereka terlihat serasi bersama. Mereka benar-benar terlihat seperti pasangan yang sudah ditakdirkan untuk bersama.

🍁🍁🍁