Sekolah akan dibuka dua hari lagi? Aku mengumpat dalam hati tepatnya ketika layar televisi memampangkan berita itu.
"Sepertinya kamu harus segera mempersiapkan peralatan untuk tahun ajaran baru nanti," ucap Ayah yang masih sibuk menonton televisi. Dia terlihat sangat senang, lebih senang dari tadi pagi.
Sebenarnya aku sedikit merasa terkejut. Memang sih kabarnya hujan flee akan berakhir kurang dari dua minggu ke depan, tapi aku sama sekali tidak menyangka akan berakhir secepat ini. Ini seperti keajaiban dunia.
Aku memutuskan masuk ke kamarku. Setibanya di kamar, aku langsung merebahkan tubuhku. Aku tidak sabar masuk sekolah lagi, bertemu Elisa dan teman-teman lainnya, guru-guru. Banyak hal yang aku rindukan di sekolah. Namun aku masih merasa bingung akan apa yang terjadi tadi pagi. Chole mengatakan sesuatu yang misterius, yang sama sekali aku tidak mengerti. Ada pula penjelasan Elisa bahwa Chole memiliki kemampuan menerawang.
Belum lama aku memikirkan itu semua, Ibu membuka pintu kamarku. "Kamu lagi ngapain?" tanya Ibu.
"Nggak ada, hanya rebahan sejenak saja, Bu," jawabku.
"Ibu sama Ayah mau pergi belanja kebutuhan sehari-hari di pusat kota. Kamu ikut?" tawar Ibu. Aku menggeleng, memutuskan untuk tidak ikut.
"Baiklah," ucap Ibu.
Ini pasti karena berita tentang hujan flee. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Ibu pasti akan langsung membeli kebutuhan sehari-hari di pusat kota. Biasanya pasar dan pusat perbelanjaan di pusat kota lebih cepat buka. Tidak seperti di daerah kami yang harus melakukan perbaikan dan penyesuaian sana-sini. Belum lagi saat aku melihat kios-kios yang roboh. Itu adalah salah satu alasan Ibu memilih berbelanja di pusat kota pada masa-masa penyesuaian ini.
"Sekaligus beli peralatan sekolah Nia, ya, Bu," pintaku. "Jangan lupa juga beli baterai weker Ayah yang sudah rusak."
Ibu mengangguk. Sebelum menutup pintu kamar, Ibu memberi nasihat, "Kunci rumah Ibu tinggalin. Nanti pas Ibu dan Ayah pergi kamu kunci pintu, jangan beri masuk siapa-siapa. Kalau kamu mau pergi keluar, kunci pintu, matikan semua lampu, oke?"
Aku lantas mengangguk. Sebenarnya aku tidak merencanakan keluar rumah pagi ini. Entah kenapa badanku terasa kurang enak. Aku rasa ini gara-gara aku terlalu mengalami banyak kejadian aneh dan membingungkan, makanya jadi kepikiran terus.
Ibu menutup pintu rumah, turun, mengatakan bahwa aku tidak ikut, lalu mengajak Ayah pergi. Tak lama kemudian, aku bisa melihat Ayah dan Ibu keluar rumah dari jendela kamar. Mereka berjalan beriringan di gang yang mulai dipenuhi orang banyak, lalu menghilang di antara kerumunan. Mereka berjalan menuju stasiun.
Di kota kami, dan beberapa kota lainnya, kami tidak memakai mobil atau sepeda motor. Biasanya jika kami ingin ke tempat yang jauh, kami harus pergi ke stasiun dengan berjalan kaki atau bersepeda, memesan tiket setibanya di stasiun, lalu pergi ke tempat tujuan menaiki kereta api.
Aku menghela napas sejenak. Mengambil oksigen sebanyak-banyaknya untuk berpikir. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Tadi pagi, ketika di pertengahan jalan menuju pasar, Elisa mengatakan sesuatu tentang hujan flee. Dia mengatakan bahwa hujan flee adalah hujan sakral. Maksudnya 'sakral' itu apa?
Aku mengambil gadget dari nakas, lalu membuka laman pencarian.
Hujan flee berasal dari mana? Aku mengetiknya di kolom bertuliskan 'cari'.
Aku membuka sebuah artikel, kemudian membaca isinya.
Hujan flee merupakan hujan musiman yang biasanya turun di Negeri Krein secara bergantian di setiap kota. Aku melewatkan bagian penjelasan dan langsung membaca beberapa paragraf di bawahnya. Menurut penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Badan Riset Klimatologi, hujan ini disebabkan karena angin kencang yang lembab bersuhu rendah dan banyak membawa awan hasil kondensasi air. Berdasarkan penelitian itu pula, adanya hujan ini juga disebabkan oleh energi yang dihasilkan oleh permata neutron yang menyebabkan angin menjadi kencang dan kuat.
Kalau yang seperti itu aku sudah tahu. Aku juga tidak menemukan tanda-tanda kesakralan di sana. Tidak ada hubungannya dengan keganjilan seperti yang diucapkan Elisa tadi pagi. Atau mungkin aku tidak boleh melihatnya dari perspektif ilmiah saja. Aku harus mencari perspektif lain.
Konspirasi hujan flee yang berhenti sangat singkat tahun ini. Aku mengetik di kolom pencarian, lalu tak lama kemudian, aku menemukan hasilnya. Aku mengklik satu artikel yang tertera paling atas. Aku melihat judul pembahasan yang tertera. Mengapa Hujan Flee Berakhir Singkat Tahun Ini? Lantas, aku membacanya.
Banyak konspirasi atau kabar burung tentang hujan flee yang tiba-tiba saja berhenti sangat singkat. Terlepas dari pembuktian yang dilakukan oleh para ahli yang menyatakan bahwa permata neutron masih ada di tempatnya, banyak orang percaya bahwa hal ini ada hubungannya tentang laporan beberapa kerajaan tentang hilangnya permata neutron. Di sini saya hanya mengabarkan konspirasi dari mulut ke mulut. Saya tidak bermaksud menyangkal atau membantah penelitian dan kebenaran yang ada, tapi saya hanya ingin menyampaikan kabar yang juga menjadi rumor di masyarakat luas. Sekali lagi saya tegaskan ini hanya kabar mulut ke mulut, untuk percaya atau tidak percaya, itu semua terserah Anda.
Aku membaca paragraf selanjutnya.
Ada beberapa kepercayaan masyarakat mengenai hujan flee sampai saat ini. Salah satunya yang cukup terkenal adalah anggapan bahwa hujan flee disebabkan karena penguapan air dari sumber air di tempat yang sangat jauh, di belahan dimensi lain. Hal ini sering dihubungkan dengan kisah dongeng Pendekar Belantara yang berjuang mempertahankan kedaulatan negeri. Katanya, mereka menusukkan pedang ke dalam tanah dan melakukan suatu ritual pemanggilan sumber air. Dan berdasarkan kisahnya, ritual itu berhasil lantas air keluar dari tanah tepat dari retakan tanah yag dihasilkan tusukan pedang tadi. Air itu digunakan Pendekar Belantara untuk minum, berbasuh, dan lainnya. Air itu dianggap air sakral karena kejernihannya tidak ternilai. Dipercaya air itu bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, meskipun itu hanya dongeng belaka.
Aku rasa ini mulai mengarah pada kata 'sakral' yang diucapkan Elisa. Apakah ini artinya anggapan bahwa awan stracto yang menjadi penyebab hujan flee memang berasal dari dimensi lain? Aku merasa semakin antusias saja. Aku lanjut membaca paragraf berikutnya.
Nah, kabar burungnya sumber air itu keluar pada waktu tertentu tiap tahun, yaitu tepat pada waktu ritual itu berhasil dilakukan pertama kali. Jika air itu menguap lalu berkondensasi di atas langit yang dingin, berhubung air itu adalah air sakral, maka awan yang dihasilkan tentu bukan awan biasa. Awan itu memiliki energi yang besar bahkan untuk menembus lapisan dimensi hingga ke negeri ini. Singkatnya seperti itulah rumor mengenai asal usul hujan flee.
Mataku tambah melotot. Otakku berusaha memenuhi sinapsis-sinapsisnya dengan cepat, menangkap segala sesuatu yang sedang aku baca saat ini, mengolahnya, lalu meresponnya.
Katanya, hujan flee yang berhenti mendadak seperti ini menandakan bahwa air 'sakral' yang dikeluarkan dari sumber air itu sedikit, sehingga penguapan tidak bisa terjadi seperti yang semestinya. Dengan kata lain sumber air sakral itu sedang terganggu dan banyak orang yang beranggapan bahwa sesuatu yang salah tengah terjadi. Oleh karena itu banyak orang menganggap hujan flee yang berhenti mendadak ini adalah sebuah pertanda buruk.
Baiklah, sekian yang dapat saya beritahukan mengenai konspirasi mengenai keganjilan hujan flee tahun ini. Semoga bisa bermanfaat. Percaya atau tidak itu terserah Anda. Sampai jumpa!
Seketika aku terdiam, langsung mematikan gadget yang sedang aku pegang, lantas berpikir sejenak. Banyak hal yang belum bisa aku mengerti dan perlu banyak perincian lebih lanjut. Pertanda buruk? Apa juga itu Pendekar Belantara? Sebuah dongeng? Aku sama sekali belum pernah mendengarnya. Sepertinya fenomena ini bisa menjadi sesuatu yang menarik. Aku harus menggali informasi lebih dalam lagi.
Aduh! Tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing. Badanku seketika lemas, terdorong untuk merebahkan diri. Kilasan cerita muncul di pikiranku ketika tubuhku telah terbaring di atas tempat tidur. Aku melihat sebuah gurun pasir yang sangat luas, tanah yang tiba-tiba saja retak, kilatan petir, percikan air, siluet yang sama sekali tidak aku kenali, segalanya tidak aku ketahui. Kepalaku terasa tambah pusing. Belum sempat aku memikirkan apa pun, BRUK! Aku terjatuh dari atas tempat tidur. Aku mengaduh sejenak, menarik napas dalam-dalam, berharap rasa pusing itu membaik.
Tak lama kemudian, harapanku pun terwujud. Rasa pusing itu semakin mereda. Aku bisa berdiri perlahan, lalu duduk di atas tempat tidur. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa sangat haus, tenggorokan terasa sangat kering. Aku mengambil segelas air yang selalu aku sediakan di atas nakas, meneguknya Aku menenangkan diri sejenak.
TOK TOK TOK! Terdengar suara ketukan pintu. Dalam kondisi tubuh yang masih lemas, aku beranjak dari tempat tidur, keluar kamar, lalu turun untuk membuka pintu. Aku mendorong gagang pintu masuk rumahku ke bawah, kemudian membukanya. Aku melihat seorang wanita yang sangat aku kenali. Dia sedang memegang toples yang berisi sesuatu.
"Elisa?" sapaku. Aku tidak menduga dia akan datang siang bolong begini.
"Ayah sama ibumu ada di rumah?" tanya Elisa sambil menyunggingkan senyum.
"Nggak ada," aku menggeleng, "mereka sedang ke pusat kota sebentar."
Elisa ber-oh sebentar.
"Kamu ngapain ke sini?" tanyaku.
"Oh, nggak ngapa-ngapain, kok. Aku hanya mau ngasih kamu ini," ucap Elisa sambil menyodorkan toples yang sedari tadi ia pegang.
"Apa ini?" tanyaku. Namun enntah kenapa pengelihatanku tiba-tiba kabur.
"Aduh!" aku benar-benar mengaduh kali ini. Kepalaku tiba-tiba terasa sakit, sangat. Tanpa aku sadari, kedua kelopak mataku tiba-tiba mengatup, tubuhku lemas, terjatuh dan aku tidak bisa merasakan atau pun melihat apa-apa lagi.
🎆🎆🎆