Chereads / TONEVA Penentang Sihir / Chapter 5 - Seorang Yang Menyebalkan

Chapter 5 - Seorang Yang Menyebalkan

Aroz menatap tajam Roga yang juga masih menyeringai padanya. Jika tatapan bisa membunuh, mungkin keduanya sudah tercabik-cabik sekarang. Seolah ada kilat-kilat yang menyambar dari mata keduanya.

Tarachri membuat gerakan seperti membela Aroz dari Roga. Roga yang menyadari hal tersebut hanya tersenyum miring. Lagi-lagi, hampir dalam setiap kesempatan, Roga selalu saja berusaha mengganggu Aroz. Seolah mengganggu Aroz adalah semacam kesenangan baginya dan melihat Aroz yang emosi adalah sebuah hiburan yang tak boleh dilewatkan.

Tarachri yang sedari tadi hanya diam dan menyimak diskusi itu akhirnya angkat bicara.

"Kalau begitu, izinkan aku melaporkan hasil penyelidikan kami selama dua minggu di Kota Vashna…" Tarachri memulai laporannya.

"Selama dua minggu dalam pengawasan kami, kami menyimpulkan bahwa tidak mungkin ada kehidupan di dalam Kota Vashna mengingat kemunculan monster-monster aneh dari kekuatan gelap Penyihir, yaitu Ngoa. Itu dikarenakan Ngoa-ngoa ini pada dasarnya adalah makhluk buas yang akan menyerang apa pun yang berada di sekitar mereka," jelas Tarachri memulai laporannya. Aroz yang berada di sampingnya kemudian menunjukkan data-data yang mereka peroleh melalui perangkat hologram digital mereka.

"Wujud dari Ngoa-ngoa ini seperti kadal dengan tubuh yang ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hutan. Kemampuan melacak mereka sangat tinggi dan dapat merasakan keberadaan mangsa dari jauh. Untuk kemampuan bertarung, mereka ini selayaknya binatang buas, damage yang dihasilkan dari serangan mereka cukup tinggi. Mampu untuk membunuh siapa saja yang cukup bodoh untuk mendekati mereka tanpa persiapan. Itulah yang kami peroleh setelah menghadapi makhluk-makhluk ini beberapa kali."

Aroz kemudian menyambung penjelasan Tarachri.

"Selama ini tak pernah sekali pun Penyihir yang menciptakan makhluk-makhluk ini menunjukkan batang hidungnya secara langsung di hadapan kami, tak peduli bagaimana kami menghabisi Ngoa-ngoa ciptaannya itu. Hingga pada hari terakhir misi kami, bertepatan saat kami menemukan tanda-tanda kehidupan seseorang di dalam kota mati itu. Kami mendapati seorang wanita dalam radar kami."

Aroz menunjukkan foto yang mereka peroleh dari gambaran satelit pengawas mereka. Seorang wanita yang terlihat berlari ketakutan di tengah kabut dan dikejar oleh beberapa ekor Ngoa. "Tentu saja adalah sebuah kewajiban bagi kami untuk menyelamatkan wanita itu bagaimana pun caranya. Tetapi kami tidak berhasil menemukan wanita itu karena sebuah kendala yang di luar dugaan."

"Kendala di luar dugaan? Ada-ada saja alasan yang kalian buat untuk mengelak dari kegagalan kalian. Sungguh menyedihkan," cemooh Roga sambil tertawa mengejek.

Ketika Roga membuka mulut ingin melanjutkan sindirannya, ia segera mengurungkan niatnya karena ia ditatap tajam oleh Aya dan Sevinchri. Alhasil, Roga hanya mendecih dan membisikkan sesuatu seperti 'menyebalkan' di bawah napasnya.

"Ya. Sebuah kendala yang membuat Penyihir yang selama ini bersembunyi itu menampakkan dirinya." Aroz menunjukkan gambaran penyihir yang tertangkap radar satelit pengawas saat itu.

"Ia secara langsung turun tangan memerintahkan Ngoa-ngoa itu untuk menyerang kami. Tetapi, tentu saja kami dapat mengatasi hal tersebut dengan bantuan Pasukan Elit Tim Bersenjata yang turut serta dalam penyelidikan kami. Sayangnya, setelah pertarungan itu, kami tidak menemukan jasad si Penyihir di mana pun. Sementara misi penyelamatan kami harus tertunda karena kemunculan mendadaknya itu," jelas Aroz.

Tarachri menyadari emosi dalam suara Aroz yang berusaha ia sembunyikan. Tarachri menyadarinya sebab ia sangat memahami rasa kesal dan kekecewaan Aroz. Ia juga merasa demikian.

"Yang anehnya, ketika kami berhasil melacak orang seharusnya kami selamatkan ini, ia bukanlah seorang wanita," sambung Tarachri.

"Bukan wanita?" tanya suara lembut berlogat Melayu salah satu eksekutif yang sedari tadi hanya menyimak percakapan itu. "Ape maksud awak bercakap demikian?" tanyanya lagi.

"Maksud Tara, ketika kami berhasil melacak orang yang harus kami selamatkan ini, kami tidak menemukan seorang wanita, melainkan seorang teroris yang sedang melarikan diri dari kejaran Penyidik Ayaniu, Nona Mehra. Seorang narapidana bernama Fydor Gower," jelas Aroz pada eksekutif asal Malaysia, Mehra Hasim.

Mendengar nama marga Gower, Roga yang dibungkam oleh Sevinchri langsung tertarik. Tak hanya Roga, anggota eksekutif asal Thailand, Than Pen Tras, pun menunjukkan ketertarikannya pada nama itu.

"Gower? Apakah itu marga kuno yang memiliki kemampuan langka?" tanya Eksekutif Than penuh rasa ingin tahu.

Untuk hal itu, Aya segera angkat bicara. "Benar, Eksekutif Than. Namun, perlu Anda ketahui bahwa saat ini Fydor Gower adalah narapidana yang berada dalam pengawasanku. Tak peduli jika Ia berasal dari marga kuno, seorang teroris tetaplah teroris," tegas Aya.

"Ho… itulah yang akan dikatakan oleh anggota divisiku, Aya. Kami lah yang akan turun tangan langsung untuk menangkap para teroris itu," kata Roga mendengus mendengar hal itu, tetapi Aya memutuskan untuk mengabaikannya.

Eksekutif Than yang memahami arti peringatan Aya akhirnya terdiam. Karena ia mengerti ia tidak bisa mencampuri urusan negara lain meski ia berada di negara itu. Untuk itu, Eksekutif Mehra akhirnya angkat bicara.

"Sekiranya tindakan Pengganas memang berkaitan dengan aktiviti Penyihir Dunia Bawah, apa yang harus kita lakukan? Apakah kami pun turut serta dalam penyelidikan ini, Ketua?" tanya Eksekutif Mehra khawatir.

"Anda tak perlu khawatir akan hal itu, Nona Mehra. Tentu saja saya beserta seluruh divisi saya akan turun tangan langsung jika hal itu benar-benar terjadi. Anda tak perlu risau karena kami pasti akan menyapu habis setiap orang yang menyimpang dari negara dan keyakinan mereka itu," kata Roga angkuh.

Mendengar hal itu, Eksekutif Mehra hanya semakin khawatir dengan nasib rakyat dan negaranya. Sebab, bukan rahasia lagi kebenaran di balik kata-kata Roga itu. Sudah menjadi pengetahuan umum bagi negara-negara Asia, terutama Asia Tenggara, akan kemampuan Roganiu Sang Pembantai.

Roga yang memfokuskan kekuatan militer dalam mengatasi suatu masalah itu menjadi terkenal semenjak ia berhasil menghentikan tindakan terorisme di Burma. Hampir seluruh kota ia bumihanguskan demi menghentikan tindakan para teroris di sana. Tetapi, hasilnya ia dikenal jauh lebih kejam daripada aksi terorisme itu sendiri. Kejam dan arogan.

Tak hanya teroris, Roga juga terkenal akan sikapnya terhadap orang-orang yang memiliki aliran keyakinan yang berbeda dengan dirinya. Ia juga pernah berurusan dengan pihak Vatikan dari Eropa karena pergerakan penyihir dari Eropa yang melarikan diri ke Asia. Sikap angkuh dan arogannya itu lah yang berhasil menaikkan namanya hingga ke seluruh Asia.

"Saya akan sangat senang jika kita dapat menyelesaikan permasalahan ini tanpa harus berperang sebagai solusinya. Mengingat bagaimana sejarah mencatat perlakuan dari pihak lawan," kata Eksekutif Than berusaha menenangkan keadaan.

"Jika kita memang harus berperang untuk membela negara kita, maka berperanglah." Semua orang menoleh kepada pencetus ide yang tak masuk akal itu.

"Jika tindakan itu memang diperlukan, Komandan Perang Choi," kata Sevinchri sambil menghela napas panjang.

Sama seperti Roganiu, Komandan Perang Choi Han Se asal Tiongkok ini juga suka menggunakan cara kasar untuk menyelesaikan masalah. Itulah sebabnya mengapa aku kurang menyukai anak muda, batin Sevinchri sambil memijit pelipisnya. Mereka selalu menggunakan cara instan untuk menyelesaikan masalah.

Begitulah rapat tertutup para petinggi dan eksekutif Intel itu terus berlanjut tanpa adanya solusi yang jelas untuk permasalahan mereka ini.

*****

"Hah… sial. Rapat dengan orang-orang tua itu tidak pernah berujung dengan solusi yang masuk akal. Aku bahkan sangat heran jika mereka semua masih ada hubungan persaudaraan dengan kita. Terutama Hochri dan Xentzi. Mereka selalu saja memicu pertengkaran satu sama lain setiap kali kita mengadakan diskusi seperti tadi," keluh Aya.

Aroz tertawa mendengar keluhan dari adik sepupunya itu.

"Tentu saja. Mereka berdebat seperti itu kan menunjukkan kedekatan mereka. Lagi pula, kau agak kasar menyebut mereka orang tua, Aya. Terutama setelah kau memuji Ayah diam-diam," goda Aroz.

"Kalau itu beda lagi ceritanya! Ketua Sevinchri itu sangat bijaksana. Tidak mungkin aku menghina beliau di hadapan para anggota eksekutif Intel itu," elak Aya. "Dan lagi, aku memang benar menyebut mereka itu orang tua. Hochri dan Xentzi kan memang sudah tua."

"Mereka berdua memang sudah tua, Aya. Tetapi, setidaknya hormat lah sedikit pada Kakek. Bagaimana pun juga ia adalah salah seorang pendiri keluarga Oezi yang mampu bertahan hingga sekarang," tegur Tarachri.

Mereka bertiga kemudian melanjutkan perjalanan dalam diam. Ketiganya hanyut dalam pemikiran masing-masing. Aya yang ingin cepat mengakhiri perang ini, Aroz yang masih memikirkan keselamatan wanita yang mereka lihat di Kota Vashna dan maksud dari kalimat penuh teka-teki Roganiu, serta Tarachri yang masih ingin balas dendam pada Roganiu setelah Ia mempermalukan mereka saat rapat tadi.

"Hey, Kak Aroz, Kak Tara. Apa kalian tidak merasa aneh dengan sikap Kak Roga selama rapat tadi?" tiba-tiba Aya berbisik pada Aroz dan Tarachri.

Aroz dan Tarachri yang sedang berkutat dengan pemikiran mereka langsung menoleh pada Aya terkejut. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju ke pusat kota Distrik Nugini, Kota Guinea.

"Jika kau ingin membahas kebohongan yang disampaikan pria menyebalkan itu, sebaiknya tidak perlu, Aya. Aku sudah muak mendengarnya," kata Tarachri tajam.

Sungguh Tarachri sudah muak mendengar Kepala Divisi Ekspedisi itu mengolok-olok kakaknya selama rapat berlangsung. Sedikit-sedikit membahas kegagalan pasukan mereka untuk menyelamatkan seorang wanita yang secara ajaib muncul di tengah kota mati yang penuh dengan Ngoa yang akan membunuh siapa saja yang mendekati sarang mereka itu.

"Tidak. Bukan itu maksudku," kata Aya pelan. Aya terlihat sedang berpikir keras ketika Aroz bertanya padanya.

"Lalu, apa maksudmu membicarakan Roga, Dik?" tanya Aroz.

"Aku tahu Kak Roga adalah orang yang sangat menentang aksi terorisme dan kegiatan para penyihir. Tetapi, yang terlihat saat rapat tadi ia seolah sangat menikmati kejadian yang sedang menggemparkan pemerintah kita ini, Kak. Aku baru menyadarinya ketika kita membahas tentang hubungan antara aksi terorisme dan para penyihir di Kota Vashna. Kak Roga terlihat sangat… bersemangat," kata Aya menjelaskan kegelisahannya.

Aroz dan Tarachri saling pandang. Memang benar Roga terlihat sedikit aneh tadi. Biasanya ia akan sangat marah dan menentang apa pun yang berhubungan dengan kegiatan terorisme dan penyihir. Tetapi, saat rapat tadi ia tidak terlihat kesal atau pun marah. Ia memang terlihat tertarik dengan pembahasan itu.

"Mungkin Ia sedang merencanakan proses penghapusan para teroris itu, Aya. Kita kan tahu bagaimana sikapnya terhadap hal-hal seperti itu. Mungkin saja kali ini ia akan bekerja sama dengan panglima perang Tiongkok itu, yang namanya seperti makanan. Apa namanya? Pork chop?," canda Aroz.

"Komandan Perang Choi Han Se, Kak Aroz. Bagaimana kau bisa menyamakannya dengan makanan? Apa kau sedang lapar?" tanya Tarachri.

"Nah, itu dia. Tetapi namanya itu memang terdengar seperti makanan di telingaku! Mungkin aku memang lapar…" keluh Aroz sambil mengusap perutnya.

"Hey, bagaimana jika kita juga mengajaknya makan dengan kita? Sekalian dengan Roga dan anggota eksekutif lainnya? Pasti akan sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersama seperti itu," usul Aroz.

Tarachri menatap kakaknya tidak percaya. Setelah dipermalukan seperti itu, kenapa ia masih ingin mengundang musuhnya untuk makan bersama? Apa dia seorang idiot?

"Tidak. Tidak mungkin kita mengundang anggota eksekutif itu makan bersama kita. Terutama Roganiu. Apa kau ingin membuat Perang Dunia IV pecah di sini? Tidak. Tidak boleh," tolak Tarachri tegas.

"Dan aku yakin pria itu saat ini juga sedang memikirkan bagaimana cara agar semua orang semakin tidak menyukainya," timpal Tarachri kesal dan membuat Aroz menyikut lengannya sambil tertawa bercanda.

Aya hanya tersenyum tipis dan mengangguk pelan mendengar percakapan kedua kakak sepupunya itu. Tetapi, hatinya tetap tak bisa tenang. Dalam situasi perang saat ini, Ia merasa akan terjadi sesuatu yang sangat buruk yang akan disebabkan oleh sosok mengerikan Roganiu Sang Pembantai itu.

"Semoga saja kau benar, Kak Aroz, Kak Tara…" bisik Aya pelan.

***********

Bersambung..

*Catatan*

Jika ingin Lihat berbagai Art saya, bisa Follow saya di IG. @fachri_pay55 .... Terimakasih 🙏🙏🙏🇮🇩