"Mama, liat! Ikannya besal!" Xiao Yu menatap takjub seekor ikan hiu yang baru saja melintas diatasnya.
Wei Wuxian hanya tersenyum kecil, tangannya mengusak kepala puteranya pelan lalu kembali tenggelam dalam lamunan.
Ia sedang memikirkan bagaimana caranya lepas dari mantan kekasihnya ini. Wei Wuxian merasa buntu.
Sehari bersama Jin Jixuan saja sudah membuatnya cemas setengah mati. Pikirannya digerogoti kekalutan dan rasa takut.
Jujur saja, ia masih memiliki trauma terhadap apa yang terjadi dimasa lalu. Dan sekarang, jika saja ia tak memiliki Xiao Yu, mungkin ia sudah melompat dari atas gedung apartemen Jin Jixuan seketika ia tiba disana.
"Wei Ying, apa kau tidak menikmatinya?" Jin Jixuan berbisik ditelinganya, pria itu bahkan tanpa ragu memeluk pinggang ramping Wei Wuxian, seperti sedang menunjukan pada semua orang bahwa mereka adalah keluarga kecil bahagia.
Wei Wuxian melengos, ia menepis tangan Jin Jixuan dan mengabaikan pria itu sepenuhnya.
Pria Jin mengendikan bahunya, ia tak terlalu memikirkan penolakan Wei Yingnya. Terpenting untuk saat ini, ia bisa menahan kekasih dan puteranya disampingnya, urusan perasaan, ia yakin cepat atau lambat Wei Wuxian pasti akan jatuh padanya, lagi.
"Nah, A Yu, ingin lihat ikan yang lebih besar?" Jin Jixuan beralih pada puteranya, ia memainkan pipi tembem Xiao Yu dengan jari-jari besarnya.
"Apa ada ikan yang lebih besal?"
"Tentu, A Yu pasti suka."
Bocah itu mengangguk antusias membuat sang ayah tertawa gemas, ia meminta Xiao Yu untuk ia gendong namun Wei Wuxian menolaknya.
"Kau pasti lelah sudah menggendongnya sejak tadi." Ujarnya lembut, namun Wei Wuxian tidak merespon, ia bahkan tak memandang kearah Jin Jixuan sesikitpun.
Matanya menatap kosong.
"Wei Ying."
Seketika tubuhnya gemetar, ketika Jin Jixuan memanggilnya dengan suara berat dan dalam, itu berarti sebuah ancaman.
Wei Wuxian tau dengan baik bahwa Jin jixuan adalah orang yang tidak pernah main-main.
Dengan berat hati ia membiarkan Jin Jixuan menggendong puteranya, seketika si pria Jin tersenyum lebar dan menciumi puteranya.
Mereka memasuki arena seaworld lebih dalam lagi.
Sepanjang sesi celotehan Xiao Yu dan Jin Jixuan mengudara, pria Jin itu dengan senang hati menjelaskan berbagai jenis hewan laut pada puteranya yang sangat antusias.
Jin Jixuan tertawa seolah tak ada yang terjadi.
Sampai sini, Wei Wuxian merasa mencelos.
Jika saja Jin Jixuan tau lebih awal, mungkin mereka tak harus begini.
Jika saja pria itu mau mendengarkannya, mungkin ia tak harus bertindak sejauh ini.
Sekarang, apapun yang pria itu lakukan tak akan mengubah apapun yang telah terjadi padanya.
Semuanya sudah terlambat.
.
.
Hari berganti minggu, dan Wei Wuxian merasa semakin tertekan.
Jin Jixuan tak pernah membiarkannya bernapas, dalam artian, pria itu mengawasinya 24 jam penuh.
Entah dengan mata kepalanya sendiri atau orang-orang bayarannya.
Ia tak memiliki celah untuk melarikan diri.
"Mama, kapan dada datang?" Xiao Yu merangkak keatas pangkuannya, Wei Wuxian mencoba tersenyum untuk menenangkan puteranya, "A Yu rindu dada?" Tanyanya lembut, bocah itu mengangguk cepat, "A Yu mau bobo sama dada."
"Sebentar lagi, dada pasti datang sebentar lagi." Ia mendekap puteranya, bersenandung kecil untuk membuat Xiao Yu terlelap.
Iapun sama,
Sangat merindukan Lan Wangji.
Wei Wuxian menidurkan Xiao Yu diatas tempat tidur lalu beranjak menuju ruang kerja Jin Jixuan.
Ia membuka pintu cokelat dihadapannya perlahan dan mengintip kedalam, sepi.
Sepertinya Jin Jixuan sedang keluar.
Wei Wuxian berjalan kearah pintu keluar dan membukanya, namun pintu itu terkunci.
Ia menggeram marah, mencoba mendobrak pintu kokoh itu dengan tubuh kecilnya dan tentu saja..
Ia gagal.
Wei Wuxian menendang dan memukul pintu dihadapannya membabi buta, bahkan tak memperdulikan kulitnya yang telah lecet.
Ia hanya ingin keluar dari tempat ini.
Cklek
Pintu terbuka, Jin Jixuan yang baru saja tiba langsung menjatuhkan bawannya ketika melihat Wei Wuxian bersimpuh dilantai.
"Wei Ying, kau kenapa?!" Ia bertanya khawatir, lalu menemukan beberapa luka lecet ditangan si pemuda Wei.
"Jixuan, apa kau tidak akan melepaskanku?" Tanya Wei Wuxian untuk kesekian kalinya.
Ia hanya berharap Jin Jixuan sadar bahwa mereka tak bisa lagi bersama, seberapa keraspun pria Jin itu memaksa.
"We Ying."
"Apa kau tidak merindukan A Ling? Setidaknya, jika kau tidak benar-benar mencintai shijie, kau pasti mencintai darah dagingmu sendiri kan?" Kali ini, Wei wuxian mencoba melunak.
Jin Jixuan terdiam, tentu saja ia merindukan Jin Ling.
Tapi egonya tak ingin mengalah, ia juga menginginkan Xiao Yu dan Wei Wuxian.
Selama seminggu ia menahan Wei Wuxian, bukannya dia baik-baik saja.
Kepala Jin Jixuan dipenuhi berbagaimacam pikiran.
Hatinya menentang tindakan yang dia lakukan, tapi keinginannya selalu mampu membungkam.
"Aku tidak akan melepaskanmu." Ujar Jin Jixuan kemudian, pria itu mencengkram bahu Wei wuxian, "Wei Ying, aku tidak bisa melepaskanmu. Dua tahun lalu aku melakukan itu dan aku hidup dalam penyesalan dan kerinduan. Aku tidak bisa hidup seperti itu lagi."
"Ji Xuan, keinginanmu saat ini hanya obsesi. Kau tidak benar-benar menginginkanku! Kau hanya merasa bersalah dan kau menyalah artikannya dengan cinta."
Jin Jixuan tak menjawab, ia menatap lurus kedalam mata Wei Wuxian untuk mencari sedikit perasaan yang tertinggal untuknya.
Namun nihil,
Ia tak menemukan apapun.
"Kau benar-benar mencintai Lan wangji?" Ia bertanya pelan.
Wei Wuxian mengangguk, "aku mencintainya."
Pria Jin mengalihkan oandangannya kesamping, tanpa kata ia meninggalkan Wei Wuxian yang masih berismpuh dilantai lalu masuk kedalam ruangan kerjanya dan mengunci diri.
Wei Wuxian menenggelamkan wajahnya kedalam telapak tangan.
Ia sangat frustasi dengan keadaannya sekarang.
Ia taku lepas kendali dan menyakiti puteranya.
Wei Wuxian menggigit bibirnya hingga berdarah, menahan teriakan yang sudah mendesak diujung tenggorokan.
.
.
"Apa maksudmu? Apa ini lelucon!"
Madam Yu menaikan oktaf suaranya saat mendengar penuturan suaminya.
Keluarga Jin tak kalah syoknya, Jin Guangshan bahkan sampai kehilangan kata-kata.
"Sayang, tenanglah. Aku akan menjelaskan semuanya." Jiang Fengmian mencoba menenangkan isrrinya, ia menarik tangan Yu ziyuan namun segera ditepis.
"Fengmian, apa kau sudah tidak waras? Bagaimana bisa Wei Wuxian hamil? Dia laki-laki!"
Jiang Fengmian memijit keningnya yang terasa berat.
Tadi pagi Wangji datang ke kantornya secara tiba-tiba, pemuda Lan itu datang tanpa pemberitahuan membuatnya terkejut.
Ia ingin bertanya perihal putera dan cucunya, namun sebelum ia membuka suara Lan Wangji lebih dulu mengatalan hal yang hampir membuatnya serangan jantung.
Jin Jixuan telah membawa lari Wei Wuxian dan Xiao Yu.
Dan seketika ia memberang, Jiang Fengmian menghubungi keluarga Jin untuk datang ke rumahnya, tanpa Jiang Yanli.
Ia tak ingin puterinya syok dengan apa yang akan ia sampaikan.
"Tuan Jiang, apa kau yakin dengan apa yang kau katakan?" Jin Guangshan masih tak percaya dengan apa yang dia dengar tentang puteranya.
"Menurutmu aku hanya mengada-ngada? Putera dan cucuku diculik oleh puteramu!!"
Semua orang bungkam, ini adalah pertamakalinya mereka melihat Jiang Fengmian murka.
Selama ini, yang semua orang tau, Jiang Fengmian adalah sosok lembut bersahaja, bahkan ketika istrinya membentak ia tak pernah membalas.
Madam Yu ambruk diatas sofa, nyonya Jin yang berada disampingnya segera memeluk bahu wanita itu dan mengusapnya.
"Apa Wei Wuxian benar-benar melahirkan putera Jin Jixuan?" Tanya nyonya Jin.
Suara tegasnya telah pecah, menyisakan suara lirih yang bergetar.
Lan Wangji yang sedari tadi hanya diam menyodorkan selembar foto.
Itu adalah potret Xiao Yu dan Wei Wuxian saat mereka sedang diparis.
Seketika nyonya Jin menutup mulutnya dengan sebelah tangan, bocah dalam foto itu mengkopi Jin Jixuan habis-habisan, ia seperti melihat puteranya ketika masih kecil dulu.
"Wei Wuxian!! Sudah kubilang, cepat atau lambat dia pasti akan menjadi aib untuk kekuarga kita!!" Madam Yu berteriak emosi.
"Wei Ying bukan sebuah aib." Lan Wangji membuka suara, ia menatap tajam orang-orang diruangan itu satu persatu.
"Selama dua tahun dia melarikan diri untuk menyembunyikan keadaannya, Wei Ying hanya tidak ingin merusak kebahagiaan Nona Jiang. Dia tidak mau merampas kebahagiaan Nona Jiang yang akan menikah dengan orang yang dia cintai. Wei Ying sangat mencintai keluarga Jiang sampai rela mengorbankan kebahagiaannya sendiri, dan anda bilang dia sebuah aib?"
"Lan Er Gongzi-"
Jin Guangshan hendak menenangkan Lan Wangji namun urung saat melihat delikan tajam pemuda Lan itu.
"Apa yang dia lakukan untuk keluarga ini sudah lebih dari cukup untuk membuatnya dihargai, tapi anda tetap mengatakan dia sebuah aib. Apa yang membuat anda begitu membencinya? Jika ada yang harus disalahkan itu adalah Jin Gongzi, dia tau dirinya akan dijodohkan dengan orang lain tapi dia tetap mengejar Wei Ying hingga hampir menghancurkan masa depannya."
Madan Yu terdiam.
Iapun merasa teekejut dengan ucapannya sendiri.
Ia tak bermaksud mwngatai Weu Wuxian sebuah aib, ia hanya terlalrut dalam pusaran emosi.
"Aku tidak kemari untuk mendengar kalian menyudutkan Wei Ying. Jika kalian tidak mau membantu, aku bisa mencari mereka sendiri dan akan kupastikan untuk membuat Jin Gongzi membayar segalanya."
Lan Wangji hendak meninggalkan ruang keluarga Jiang, namun terhenti ketika Jiang Cheng dan Jiang Yanli yang menggendong Jin Ling telah berdiri dihadapannya.
Wajah Jiang Yanli memucat sebelum jatuh pingsan, Jiang cheng dengan sigap menahan kakaknya dan mengambil alih Jin Ling yang menangis.
Semua orang menghampiri Jiang Yanli dengan rasa cemas, "A Li!" Jiang Fengmian segera menggendong Jiang Yanli keatas sofa dan Madam Yu mengambil Jin Ling digendongan Jiang Cheng.
"A Li." Madam Yu dan Nyonya Jin sudah menangis melihat puteri dan menantu mereka tak sadarkan diri.
Jiang Cheng segera menarik Lan wangji menjauh, ia membawa pemuda Lan itu kehalaman belakang rumah.
"Apa Wei Wuxian benar-benar melahirkan seorang bayi?" Tanyanya to the point.
"Mn." Jawab Wangji singkat.
Jiang Cheng mengepalkan tangannya, "Wei Ying mengetahui kehamilannya tepat saat Jin Gongzi melamar Nona Jiang." Lanjut Lan Wangji.
"Apa Jin Jixuan tau soal kehamilannya?"
"Tidak, Wei Ying tidak mengatakan apapun setelah dia tau jika calon suami Nona Jiang adalah Jin Gongzi. Wei Ying memilih menyembunyikan kehamilannya dan pergi ke Jerman."
Jiang Cheng terdiam,
"Selama ini ayah pasti membantunya." Ujarnya lirih.
"Mn."
Jiang Cheng menatap Lan Wangji, "dan selama ini kau pergi untuk menyusulnya?" Tanyanya tajam.
"Mn."
Ia kembali diam, emosinya kian memuncak.
"Jin Jixuan bajingan, aku pasti akan menghancurkannya." Jiang Cheng menggeram marah.
Ia melangkah cepat kearah ruang keluarga dan mengambil tas yang tadi ia jatuhkan, "A Cheng, mau kemana?" Tanya Jiang Fengmian ketika melihat puteranya pergi dengan ekspresi penuh dendam.
"Aku akan memburu Jin Jixuan keparat itu." Ujarnya dingin.
"Tidak perlu repot, jurasa aku tau dimana Jin Jixuan bersembunyi." Jin Guangshan menyela.
Jin senior merubah ekspresi wajahnya menjadi keras.
Iapun merasa marah dengan kebrengsekan puteranya itu.
.
.
.