Seluruh perlengkapan medis masih melekat pada tubuh Lara. Dia masih belum dipindahkan ke ruang rawat inap. Wajahnya masih pucat pasi. Dia juga masih belum sadarkan diri.
"Ra, semoga kamu cepet sembuh. Maafkan kami berdua yang baru tahu kabarmu," lirih Mita menatap Lara dari luar kaca ICU. Ia melihat sahabatnya sedang berjuang antara hidup atau mati.
Kabar tertembaknya Lara baru dia dengar dari sebuah berita di channel televisi internasional. Mita mendadak langsung terkejut. Ia merasa sangat sedih menjadi seorang sahabat. "Kenapa kamu selalu saja terkena masalah, Ra? Padahal kamu nggak pernah bikin kesalahan. Apa ini ada hubungannya denga kedua orang tua angkatmu?" pikir Mita, ia menatap nanar sahabatnya. Tanpa ia sadari air matanya mulai merembes hingga membasahi pipinya.
