Sebuah musim di tiap tahun mengalami banyak perubahan bahkan tanpa disadari musim tersebut berganti dan berlalu begitu saja. Tak ada yang tahu kapan akan berganti ketika segalanya dirasakan baik-baik saja sehingga tidak ada untuk menjaga dari hal yang tak diinginkan.
Shizuru membuat sketsa desain pakaian untuk musim hujan. wajahnya berubah-ubah seiring goresan pensilnya di kertas, perlu waktu 3jam ia membuatnya dan sedikit tercengang ketika matanya meneliti dengan jelas ternyata bukan pakaian yang ia desain melainkan sebuah wajah yang tak diinginkan atau ingin diingatnya. Sungguh menakutkan untuknya, sejak kapan ia mulai memikirkan Morgan Zai. Peristiwa rapat dirumahnya sudah berlalu sebulan lalu, sontak pensilnya terlepas dari tangannya. Keringat mulai membanjiri tangannya. Dihitungnya jadwal menstruasi bulanannya dan sekarang sudah hampir awal bulan lagi, diraihnya tas mungil miliknya. Keluar dengan cepat, tak mengindahkan panggilan karyawannya. Morgan terkejut melihat kepanikan Shizuru, karenanya iapun mengikuti di belakangnya. Mobil merah meluncur membelah kepadatan lalu lintas di jam pulang kantor, Shizuru sedikit panik mengetahui betul seharusnya saat ini dirinya sudah menstruasi tapi ini belum. Berhasil meloloskan diri dari kepadatan lalu lintas dibutuhkan kesabaran ekstra tetapi Shizuru sampai juga di depan rumah sakit. Kaki jenjangnya melangkah keluar dari mobil, rambutnya dikibaskan secara natural dibelakang punggung, cepat-cepat ia mendaftar diri di spesialis kandungan. Shizuru duduk di kafetaria rumah sakit, dipesannya secangkir teh panas dan semangkok bubur, beruntungnya ia mendapatkan nomor urut satu jadi tak perlu lama menunggu. Sayangnya dokter kandungan baru datang sekitar jam 8 malam. Shizuru memutuskan untuk makan terlebih dahulu sambil menunggu setelah ia menyadari seharian belum sempat makan. Suara kursi terdengar ditarik di depannya, Shizuru enggan untuk melihat siapa yang duduk. "Apa begini caramu mengurus diri, Shizu"tanya suara laki-laki yang saat ini tak ingin Shizuru dengar. Shizuru berhasil menyuapkan sesendok ke mulutnya kemudian menengadah dan benar saja wajah Morgan dengan wajah muram. Morgan tidak terkejut melihat Shizuru datang ke rumah sakit karena kalau perhitungannya benar, seharusnya sekarang ini Shizuru kelabakan mengenai masalah kandungan, senyum Morgan tak dapat dicegah tapi demi untuk tidak membuat Shizuru lari, ia harus ekstra bersabar.
"Shizu"panggil Morgan gemas, wanita didepannya sangat keras kepala dan cantik. "Diam lah Zai, perutku lapar"ucap Shizuru lirih, ia sedang malas untuk berkomunikasi. Morgan terdiam mendengar panggilan kesayangan yang diberikan Shizuru, bagaimana pun ia lemah kalau Shizuru memanggil namanya dengan sebutan Zai. Untuk beberapa saat mereka berdua terdiam, hiruk pikuk suasana kafetaria tak dihiraukan bahkan Baldi sudah memesankan makanan untuk Morgan makan. Mereka berdua menikmati makanan yang disajikan dengan pikiran yang berbeda-beda. Baldi tak dapat menahan diri segera memotretnya berharap tuannya akan bahagia selalu bersama nyonya muda. Sejak awal melihat nyonya muda terbesit rasa hormat yang besar kepadanya karena tak ada perasaan takut terhadap tuannya malah terkesan ingin kabur disetiap kesempatan. Kali ini terjebak di kafetaria rumah sakit, mau tak mau mereka berdua harus menghadapi satu sama lain.
"Shizu"panggil Morgan untuk kedua kalinya setelah makanan mereka berdua habis tak bersisa kecuali minuman. "Apa mau mu"tanya Shizuru menatap wajah didepannya. Morgan Zai mengakui dari sekian banyak wanita, hanya Shizuru seorang yang berani menatapnya dengan pandangan ingin mengusirnya jauh-jauh. "Kamu sudah bertanya kepada ayahmu mengenai kita?"tanya Morgan hati-hati. "Belum ada waktu, mungkin setelah ini"jawab Shizuru santai. "Kamu sakit?"tanya Morgan penasaran. "Tidak"jawabnya malas dan berdebar-debar takut kalau-kalau Morgan menyadari jenis dokter yang dipilih olehnya. "Shizu, kamu istriku, jangan..." mendengar itu Shizuru mencebik, "Aku belum bisa mengakui ataupun yang lainnya tetapi kamu harus tahu kalau aku tidak ingin mendengar apapun saat ini!"ucap Shizuru kesal. Morgan diam-diam menghembuskan nafas panjang, sebuah makian ditujukan untuk Exsclamente, ia berfikir Exsclamente sudah memberitahu tentang surat wasiat milik ibunya tapi ternyata Exsclamente membuat segalanya sulit untuknya.
ting...
Kening Morgan beradu mendengar suara notifikasi masuk kedalam ponsel, dibacanya dan sekali lagi makian sukses bertengger manis dalam hati Morgan untuk Exsclamente.
Shizuru diam memperhatikan perubahan wajah Morgan, kalau dinilai secara ketampanan dan penampilan, Shizuru terpaksa mengakui banyak nilai poin plus di mata banyak wanita.
"Zai"panggil Shizuru sambil menyentuh pelan tangan Morgan yang berada diatas meja. Morgan melihat Shizuru, "Ada apa". "Pergilah, kamu banyak urusan, aku sendiri tak apa"jawab Shizuru bangkit berdiri hendak jalan tapi Morgan ikut berdiri, iapun memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. "Ada banyak yang harus kita bicarakan mengenai masalah kita. Namun, aku tak mau kehilangan momen terpenting jika kamu ternyata hamil"ucap Morgan santai mengengam tangan Shizuru. Kaku sejenak dirasakan oleh Morgan. "Nanti, tidak sekarang"ucapnya lagi menarik Shizuru berjalan keluar dari kafetaria menuju ruangan dokter kandungan yang terletak di lantai tiga.
Rumah sakit ini lumayan mewah dan tenang, sangat berbeda dengan rumah sakit lainnya. Interior rumah sakit juga mencerminkan seperti hotel. Banyak orang memilih rumah sakit ini atas rekomendasi dan tidak sembarang orang bisa masuk dikarenakan biaya yang cukup mencekik dengan kualitas terbaik. Sepanjang mereka menunggu, Morgan tak melepaskan genggaman tangannya. Shizuru memejamkan mata dan bersandar di bahu Morgan, "Kali ini saja, jangan berfikir terlalu jauh, Zai"katanya pelan. "Mengapa kamu memanggil aku, Zai"tanya Morgan dengan hati senang, "Tidak ada alasan hanya terasa pas saja"jawab Shizuru.
Morgan tak tahu harus mengatakan apa kepada Shizuru, ini pertama kalinya ada yang memanggil nama belakang keluarganya seperti sesuatu yang spesial.
"Mengapa kamu lakukan ini, Zai"tanya Shizuru pelan, Morgan mengelus lengan tangan Shizuru, "Aku jatuh cinta dengan wanita yang aku lihat di pesta topeng". Shizuru mengangkat kepalanya dari bahu Morgan, mereka saling bertatapan. "Bagaimana kamu tahu itu aku?"selidik tak percaya Shizuru. "Daftar tamu"ujar Morgan susah payah menahan ingin mencium Shizuru disini. Akhirnya Morgan mengerti, mengapa banyak orang melakukan ciuman di sembarang tempat dikarenakan desakan alami yang muncul oleh karena momentum. Shizuru mengganguk-anguk mengerti, "Shizuru"kata Morgan dalam tapi mampu mengirimkan sebuah gelombang yang tak terlihat untuk Shizuru. "Biarkan aku memcium mu"katanya serak. "Apa aku harus, Zai? ini rumah sakit"tanya Shizuru sengaja memainkan peran sebagai penggoda, tak ada salahnya
bermain-main sebentar kalau akhirnya Morgan akan jadi ayah anaknya. Morgan memiringkan kepalanya dan tersenyum kearahnya, lebih dekat tetapi....
"Nona Maria Shizuru Exsclamente, ditunggu dokter didalam"panggil suster tanpa merasa bersalah menginterupsi perbuatan Morgan yang tinggal selangkah lagi. Shizuru tertawa tertahan, ia bangkit berdiri, berpura-pura tak terjadi apa-apa. Morgan hanya bisa pasrah, ia merasa kalah talk lihat saja ia akan membalasnya dengan lembut.