PROLOG
Lelaki itu berjalan memasuki sebuah rumah sederhana yang berada di dekat sungai deras, sawah membentang luas, dan banyak bebatuan besar tersebar di area sana. Satu pakaian basah ia taruh di atas batu besar, asap langsung mengepul membantu agar kaos yang ia jemur menjadi kering.
Setelah mandi di sungai, ia kembali berjalan memasuki rumahnya dengan handuk yang menutupi tubuhnya dari pinggang hingga lutut, warna oranye. Seraya berjalan, ia mengacak rambutnya agar bulir-bulir air yang masih disana, berkurang.
Kriettt!
Bunyi pintu rumah yang ia buka sudah berderit, menandakan bangunan sederhana itu sudah tua. Cat tembok yang berwarna cokelat sudah hampir berpadu dengan warna tanah disana. Tubuh jangkungnya agak menunduk ketika memasuki rumah itu.
Perlahan ia bergerak menuju meja makan untuk mengambil air minum. Ia tuangkan air minum dari teko ke gelas kaca. Saat minum, pandangannya menyapu ke seluruh ruangan.
Oh, no! Rumah itu hanya punya satu ruangan. Dapur, kamar tidur, ruang tamu, menjadi satu ruangan. Toilet? Tidak ada. Ia biasa bersih-bersih diri di sungai.
Tatapannya berhenti! Ia bisa melihat sosok sedang baring di ranjang miliknya yang ia taruh di depan lemari tempat televisi. Lelaki itu sangat terkejut! Siapa sosok itu? Kenapa bisa masuk ke rumahnya?
Perlahan, kakinya tergerak untuk menuju ranjang sana. Handuknya masih melekat dari pinggang sampai lutut. Menengok ke kanan dan kiri untuk memastikan ada siapa lagi disana, lelaki itu waswas.
Sampai ahkirnya ia bisa melihat sosok itu.Gadis secantik bidadari surga! Itu kesimpulannya. Bibirnya mungil berwarna merah muda, hidung mancung juga mungil, bulu matanya lentik, kulitnya begitu mulus seputih susu, wajahnya semakin jelas ketika sorotan cahaya mentari masuk lewat jendela rumahnya.
Lelaki itu hanya melongo, memperhatikan bidadari itu. Ia berjongkok setelah melihat pakaian sosok itu. Gaun yang terkesan mewah, warna putih, sepanjang lutut, dan bahu putih sosok itu tereskpos jelas.
Tangan lelaki itu terulur menyentuh helai rambut hitam yang menutupi mata sosok itu.
Tembus!
Tangannya berhasil menembus wajah sosok itu. Ia menyentuhnya berkali-kali tapi tidak bisa merasakan jasmani sosok itu. Lelaki itu langsung bangkit dan mundur hingga membentur lemari tempat televisi. Hal itu berhasil menjatuhkan remote televisi.
Matanya melotot tajam, keringat membasahi tubuhnya yang baru saja mandi. Ia memperhatikan sosok itu membuka matanya dengan cepat ketika remote pecah di lantai.
Bola matanya berwarna merah. Sosok itu bangun – duduk – melotot ke arahnya.
Lelaki itu semakin ketakutan! Tidak tahu harus bagaimana! Berlari? Sulit!
Sosok itu memejamkan matanya.
Saat membuka matanya lagi, bola matanya menjadi hitam. Normal kembali.
Sosok itu memperhatikan lelaki yang sedang ketakutan bersandar pada lemari.
Sosok itu berkata, "my husband," dengan nada sangat lembut.
❤❤❤
Kalo baca ceritaku silakan komen sepuasnya 😉