BAB 01
Tinggal di area terpencil membuat Zico sangat frustasi. Ditambah lagi sekarang ada makhluk yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang fairy. Klasik sekali.
"Kau sungguh fairy?" Tanya Zico memastikan. Sekarang ia sedang berjalan menuju sungai dekat rumah kecilnya. Untuk mencuci pakaian.
"Aku manusia," balas makhluk bergaun putih selutut dan rambutnya hitam panjang. Sangat panjang dan tertata rapi.
Zico berhenti dan menatap makhluk itu. Ia tidak percaya pada mahluk gaib macam fairy. Tapi ia cukup merinding ketika menyentuh makhluk itu, tangannya bisa menembus.
"Kemarin sore kau bilang fairy dan sekarang bilang manusia. Sebenarnya kau itu apa? Jelaskan dengan benar," ucap Zico dengan cepat. Matanya sudah memicing karena silau.
"Dulu aku manusia. Tapi menjadi fairy. Aku ke bumi agar jadi manusia lagi," jelasnya dengan lembut.
Zico tertawa lalu mengusap dahinya. PANAS. Rumah yang di tempatinya dikelilingi bebatuan cukup besar, sungai, kebun wine, hutan, dan makhluk menyebalkan ini-
Meminta agar bisa tinggal dengannya. Zico berjanji akan membuat orang yang menyebabkan ia di tempatkan di daerah terpencil mendapatkan balasannya. Tapi itu kakeknya sendiri.
"Sekarang kau di rumah saja. Aku akan mencuci pakaian," ucap Zico lalu membalikkan badannya untuk berjalan menuju sungai tapi terhenti. "A-apa itu?"
Makhluk bernama peri yang sedang melamun, tersentak. "Hah?" Ia memperhatikan kondisinya. Banyak benda seperti abu berkilau yang keluar dari tubuhnya ketika terkena sinar matahari. Benda itu terjun ke bawah tapi hilang sebelum menyentuh tanah.
"Aku bersinar saat terkena matahari," jelasnya pada Zico.
"Bersinar apanya." Zico tertawa mengejek. "Bukankan kau terbakar? Kulitmu memerah."
"Ini sama sekali tidak panas. Ada zat yang melindungiku dari sinar matahari," jelasnya pada Zico.
Zico hanya mengangguk TIDAK paham. "Terserah kau saja." Kemudian ia berjalan menuju sungai. Ia mencuci pakaiannya disana. Biasanya ia memakai mesin cuci harga sangat mahal di apartemennya. Tapi ia menyebabkan kerugian di perusahaan kakeknya sehingga ia di kirim kemari.
"Aku ikut mencuci pakaianmu."
Zico mendongak dan kaget saat makhluk itu mengikutinya. Salah satu pakaiannya sudah di pegang makhluk itu. Ditarik-tarik karena bahan itu lentur.
Itu celana dalam miliknya.
"KAU!" Zico merebut pakaian itu dan menyembunyikan di belakang tubuhnya. "B-bagaimana kau bisa memegang benda m-maksudku celana..."
"Celana dalam?"
Byur
Zico mencipratkan banyak air ke makhluk itu tapi kembali ke arahnya. Ia yang basah kuyup. Air itu setidaknya menembus makhluk itu kenapa malah terpantul?
"Maaf husband. Saat ada bahaya, tubuhku otomatis melawan," jelasnya pada Zico.
Zico mengusap wajahnya yang basah karena cipratan air tadi. "Jangan panggil aku husband. You are not my wife. Namaku Zico. Panggil aku dengan nama itu."
"Husband lebih mudah," balasnya dengan mudah.
Zico menghela napas beratnya. Masa bodoh dengan semua itu. Karena sekarang ia mulai mencuci kaos, celana, dan dalamannya dengan sabun lalu menguceknya, membilas, dan menjemur di atas batu.
Desisan seperti menumis bumbu masakan bisa Zico dengar. Sengatan sinar matahari membuatnya tidak tahan dengan semua itu. Ia sudah gerah.
"Kau tidak lapar?"
Zico menoleh. Selama beberapa waktu, ia mengabaikan makhluk itu, yang kini sudah memegang ikan mujaer di tangan.
Apa ditangkap dari sungai?
"Kau menangkapnya?"
Makhluk itu mendekati Zico. "Aku akan berikan ini untukmu jika kau menjelaskan yang tadi."
Zico tidak paham. "Yang mana?"
"Celana dalam," ucapnya seraya memperhatikan tekstur ikan mujaer itu. Di geboyyyy mujaernya mas.
"M-memangnya ada apa dengan itu?"
"Kenapa namanya celana dalam?" Tanyanya tanpa rasa malu. Wajahnya saja begitu polos.
Zico jadi tertawa. "Karena dipakai di dalam tentunya. Kau tidak tahu benda seperti itu?"
"Di planet lain namanya bukan celana dalam tapi CD," jelasnya dengan JELAS, LANCAR, TANPA HAMBATAN.
"Kau begitu polos ternyata." Zico mengacak rambut makhluk itu. "Di tempatmu mungkin menggunakan singkatan."
Zico hendak membalik pakaian yang ia jemur tapi sadar akan sesuatu.
Apa tadi?
Ia bisa menyentuh rambut makhluk itu!!!!!
Sekarang Zico menatap makhluk itu dengan penuh tanda tanya. Ikan itu masih dalam genggaman. Bahkan sudah tidak bergerak. MATI.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Ia menaruh ikan di depan wajah Zico. "Mau ikan?"
"T-tadi aku bisa menyentuh rambutmu. Benar kau dulunya manusia?" Meski Zico bertanya seperti itu, ia belum bisa memahami semuanya jika makhluk yang ada di depannya itu merupakan manusia dulunya.
"Benar. Saat masih bayi aku dikutuk menjadi fairy dan dibawa ke Pluto. Disana ada kehidupan fairy."
Zico tidak paham.
Dikutuk jadi fairy? Baginya itu keajaiban.
Zico membalik pakaiannya dan sebentar lagi kering. Hanya butuh waktu sekitar 10 menit agar pakaiannya kering sempurna. Tidak boleh lebih jika tidak ingin pakaiannya gosong. Warnanya saja sudah memudar. Ia menjemur di atas batu karena tidak bisa membuat tempat menjemur pakaian. Semua yang mengurus mengenai pakaian, biasanya bukanlah dirinya. Tapi para maid di apartemennya.
Zico meneduh di bawah pohon pisang. Tidak terlalu panas disana. "Kenapa kau dibawa ke Pluto?"
"Aku lahir saat Pluto dinyatakan mulai tidak tergabung lagi dengan delapan planet lainnya. Makanya pemimpin fairy disana marah. Sehingga datang ke bumi untuk cari pelampiasan. Aku yang kena. Akhirnya aku dibawa ke Pluto."
Saat makhluk yang mengaku sebagai fairy itu menoleh ke kanan, Zico sudah terduduk di bebatuan seraya memegangi perut sixpack itu. Tampak jelas dari kaos putihnya. Zico tertawa terpingkal-pingkal ketika mendengar cerita konyol itu.
"K-kau ... Pluto ... delapan planet hahaha!"
Makhluk itu berjongkok dan tersenyum menatap Zico yang baginya sedang tertawa bahagia. "My husband is happy, right now. Sebentar lagi aku akan kembali menjadi manusia."
"Manusia dahimu. Kau sudah dikutuk dan tetap jadi fairy atau apalah sebutannya. Kau tetap di-KUTUK sampai pemerintah mengumumkan Pluto kembali dengan teman-temannya. Me-Ve-Bu-Ma-Yu-Sa-Ur-Neptu."
Makhluk itu mendekati Zico hingga wajah mereka sangat dekat. Zico menelan ludahnya, cukup susah.
"Kau menghafal nama-nama planet dengan cara disingkat? Kelihatannya mudah. Siapa yang mengajarimu?"
Zico mundur, membersihkan telapak tangannya yang sempat kotor karena menyentuh batu, lalu berdiri. "Guruku yang mengajari sewaktu SD."
Tentu makhluk itu ikut berdiri. "SD? Di bumi juga menggunakan singkatan seperti CD. Kalau CD itu celana dalam sedangkan SD itu apa?"
Zico tidak tahu jika makhluk itu sangat polos. Di film-film yang pernah ia lihat di masa kecil, peri itu cerdas, pintar, bisa menerawang masa depan, menyihir, tapi ini beda. SD saja tidak tahu!!!
"SD itu-"
"Aku tau! Aku tau! Pasti SELANA DALAM, 'kan?"
Zico tidak bisa menahan tawanya lagi karena itu sangat lucu baginya. Humor Zico ternyata ... RETJEH!!!
"Aku harus memanggilmu apa? Makhluk halus terlalu kejam dan fairy terlalu bagus buatmu yang sangat polos."
"Queenzell."
SUSAH JUGA!!!
Yang mudah kan ada, seperti ZIKOOOO.
---
❤❤❤
Kalo baca ceritaku silakan komen sepuasnya 😉
Find me on IG : marselasepty20
Wattpad : Septymarselaaa