Chereads / Phantasy world / Chapter 6 - Tugas Pertama

Chapter 6 - Tugas Pertama

"Kerja bagus untuk semuanya, terutama untuk Amanda yang mendapatkan 12 batu energi." Kata Aldero cuek sambil bertepuk tangan dengan diikuti seluruh pendatang baru terkecuali Stacey dan Erissa.

"Kita kembali ke guild, batu energi yang kalian dapatkan akan ditukar dengan keping emas. Akan kutunggu bersama ketua di ruangan ketua." Ujar Meidiva lalu pergi menggunakan kereta kuda bersama Aldero.

"Jason, aku ingin secepat nya pergi ke guild." Pinta Stacey kepada Jason yang ada di sampingnya.

Jason menuruti, Stacey duduk di punggung Jason. Jason melesat dengan cepat, tubuhnya yang besar dan kaki-kakinya yang kuat memudahkan Jason untuk pergi dengan cepat walau ada tumpangan di punggungnya.

Singkat waktu, Stacey membawa ketujuh batunya di genggamannya lalu bergerak menuju ruangan sang ketua dari guild Rafoxa. Jason selalu setia disamping Stacey kemana pun ia pergi.

Stacey memasuki ruangan Aldero usai mengetuk pintu dan menyerahkan ketujuh batu energi nya. Sesaat sebelum batu sihir itu diterima oleh tangannya Aldero, liontin milik Stacey terlepas dari lehernya Stacey dan pergi menuju batu energi tersebut.

Semua orang yang ada di ruangan tersebut terkejut bukan main, Stacey dan Aldero memundurkan tubuh mereka. Liontin itu mengeluarkan cahaya terang berwarna kelabu lalu dibalutinya batu energi itu dengan aliran sihir yang kuat.

"Apa-apaan ini!" Meidiva tercengang menyaksikan hal ini.

"Aliran sihir ini! Jangan-jangan..... " Aldero berujar.

Tongkat Stacey yang berada di punggungnya tiba-tiba terbang ke arah liontin tersebut.

'Buaaaammmm!!!'

Ledakan cahaya besar berwarna putih terang itu menyilaukan beberapa pasang mata yang terdapat diruangan tersebut.

'Dup' 'Dup' 'Dup'

Cahaya terang itu kian meredup, kalian tau apa yang terlihat setelah cahaya itu meredup? Sebuah tongkat berenergikan kekuatan sihir yang cukup kuat untuk membunuh lima manusia sekaligus.

"siapa kau sebenarnya???" Itulah kata-kata yang keluar dari pribadi Aldero.

Liontin itu masih terjaga bentuknya, tongkat sihir itu mengudara bebas di ruangan tersebut. Mencari tuannya kesana kemari, liontin ungu itu terjatuh ke lantai kayu bersih milik ruangan pribadi Aldero.

Stacey menggerakkan kakinya menuju liontin ungu miliknya yang terjatuh itu, mengambil nya lalu memakaikannya kembali ke leher nya. Tongkat dengan kekuatan sihir itu melayang ke arah Stacey, lalu mengudara mengitari tubuh Stacey.

Stacey memajukan tangannya, tongkat sihir itu lambat laun menuju ke genggamannya Stacey. Cahaya yang sedari tadi bersinar terang di ujung atas tongkat itu lenyap ketika tersentuh tangan mulus milik Stacey.

'Perasaan apa ini??' Stacey bertanya dalam hati, bingung dengan perasaan nostalgia ini.

"Hei! Perlihatkan tongkat itu kepadaku!" Kata Meidiva sambil mengeluarkan benda untuk melihat sebuah kekuatan sihir.

"Apa-apaan itu?!!!! Aku belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya!" Jason ikut mengomentari dengan semangat.

Stacey diam tak bergeming, bingung apakah kejadian seperti adalah hal lumrah di dunia ini atau sebuah kejadian yang tak masuk akal. Aldero memperhatikan tongkat tersebut tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Tingkat : 7

skill : Mencampurkan beberapa kekuatan menjadi kekuatan baru. " Meidiva membacakan apa yang tertera di benda persegi itu.

Stacey mengambil kembali tongkat miliknya, dirasa aliran sihir mengalir deras di nadi milil Stacey. Tangan Stacey bergetar hebat menahan derasnya aliran sihir yang mengalir, hampir saja ia tersungkur ke belakang dan untungnya Jason menahannya.

"Kau tak apa Stacey?"

"Ya aku tak apa." Jawab Stacey seraya menahan derasnya aliran sihir.

"Kau, siapa?" Tanya Aldero pada akhirnya.

"Hanya elf biasa, aku akan kembali ke kamar. Ambil saja tongkat sihirnya." Balas Stacey sembari memberikan tongkat sihir itu kepada Aldero.

"Meidiva, antarkan dia ke kamarnya." Kata Aldero yang tak mengambil tongkat sihir itu dari tangan Stacey.

Meidiva pun mengantarkan Stacey dan Jason ke kamar mereka.

"Kau benar-benar unik ya. Oh iya, ini 500 keping emas untukmu, beristirahat lah sore ini." Ujar Meidiva menyerahkan 500 keping emas itu kepada Stacey, Stacey pun menerimanya karena pada kondisi ia saat ini Stacey tak memiliki emas sekeping pun.

"Jam makan malam akan diadakan sama seperti jam biasanya." Meidiva berujar ketika mereka sudah berada di ambang pintu kamar Stacey.

Stacey menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan dengan semangat yang tiada habisnya, Jason berkata,

"Terima kasih atas emasnya nona Meidiva!"

"Iya." Ucap Meidiva ramah.

"Tongkat ini benar-benar menguras tenaga ku." Keluh Stacey ketika ia hendak meletakkan tongkatnya di pojokan kamar.

"tapi itu benar-benar sebuah tongkat yang hebat....."

"Stacey!! Apa yang kau maksud dengan Gulungan Hampa? Aku ingin menanyakannya kemarin tapi aku ditinggal tidur olehmu!" Teriak Jason.

"Jangan berteriak! Kau berisik!" Seru Stacey.

"Maaf, Gulungan Hampa ya? Gulungan itu berisikan catatan tanpa tulisan, sebuah catatan yang berisikan simbol tanpa tulisan, seperti simbol yang bisa dirasakan." Lanjut Stacey.

"Dimana gulungan itu tersimpan?" Jason kembali bertanya.

"Harta karun kerajaan Luterfecia." Jawaban mantap dari mulut Stacey.

Lalu Stacey menjelaskan lebih lanjut tentang kerajaan Luterfecia kepada Jason yang tak pernah puas dengan keingintahuannya.

jam makan malam telah tiba, satu persatu pendatang baru berhamburan keluar demi mendapatkan makanan untuk mengisi ulang perut mereka. Stacey duduk bersama, Erissa, Amanda, Alexador yang selalu menjaga Stacey dari kejauhan dan Jason disampingnya.

Stacey menyantap makanannya dengan perlahan sedangkan Erissa memakan makanannya dengan ganas dan berisik, tapi tak ada yang berani menegurnya karena takut akan kemurkaan Erissa.

"Jangan berisik kalau makan!" Teriak seseorang akhirnya yang tak tahan dengan sikap makannya Erissa.

Erissa menghantamkan tangannya di meja makan, lalu keluar lah api besar menuju seseorang yang tadi menegur Erissa.

"HUWAAAAA!!! PANASS!!! AIRR! AKU BUTUH AIR!!!"

Beruntungnya ada Stacey disini, ia mengeluarkan sihir airnya untuk menyembur si pria dengan tubuh terbakar itu.

"Cih!" Erissa berdecak keras dan menatap sinis Stacey.

Beberapa komentar buruk terdengar oleh telinga Stacey yang tajam.

"Kejam sekali!"

"Hey! nama tengahnya adalah Cruel, kau tau siapa nama lengkapnya? Erissa Cruel Ananthopia!"

"Sialan wanita elf itu, padahal ada hiburan untuk malam ini. " Dan berbagai komentar buruk lainnya.

Sebuah portal terbuka besar dengan wanita cantik didalamnya,

"Dewi Zodiak." Bisik Alexador memberi tau.

Banyak sekali pujaan yang diterima oleh dewi zodiak itu, kebanyakan para lelaki yang memberi pujaan kepada sang dewi.

Amanda terkagum-kagum atas kecantikan dewi zodiak, surai hitam panjang milik dewi menambah kesan cantik yang khas.

Dewi Zodiak itu pergi tanpa memperdulikan pujian demi pujian yang diberikan kepadanya. Melangkahkan kakinya tegas dan memandang lurus kedepan.

"Ada Apa?" Tanya Alderi yang kebetulan berada di ruang makan.

"Tugas baru...." Bisik Dewi Zodiak itu kepada Aldero yang tak terdengar oleh siapapun kecuali Aldero seorang.

Dewi Zodiak pun kembali melesat pergi dengan pengawal-pengawal pribadinya, ia menatap sesaat Stacey lalu pergi begitu saja.

"Alexador! aku membutuhkan mu!" Teriak Aldero memanggil Alexador, yang dipanggil pun segera berdiri dan pergi menemui Aldero.

Stacey kehilangan nafsu makannya dan kembali ke kamarnya bersama Jason tanpa pamit ke Amanda.

"Ada yang tak membuat mu nyaman Stacey?" Jason bertanya.

"Tidak ada apa-apa."

Stacey merebahkan dirinya dikasur, berkeinginan untuk segera tidur guna melepas penat.

'Tok'

ketukan pintu berbunyi ketika Stacey hendak terlelap, Stacey menuju pintu luar dan terlihat Jason sudah tertidur pulas.

"Ada apa Alexador?"

"Begini, ada tugas dari Ketua. Ini adalah tugas pertamamu, kuharap kau menerimanya." Kata Alexador sambil mengalihkan perhatiannya ke arah lain, tak berani menatap Stacey secara langsung lalu memberikan tongkat sihir milik Stacey

"Aku akan menerimanya, selamat malam Alexador." Stacey menerima secarik kertas dan tongkat sihir miliknya tersebut lalu menutup pintu kamarnya dan kembali tidur.

"Baiklah, selalu saja ya."