"Sedikit lagi kan jadi sempurna." Ucap Alexador
"Apa maksudmu?!" Teriak Erissa dan bangun dari rebahannya.
"Lihat bola-bola kecil ini, jika berhasil ini akan menjadi bola besar, tapi tak apa, ini sudah cukup baik buat kalian." Kata Alexador mengangkat bola-bola kecil itu keluar dari guci besar menggunakan tangannya.
"Apa yang akan kita lakukan dengan itu?" Tanya Amanda.
"Pelelangan, siapkan diri kalian, kita akan berangkat." Jawab Alexador.
Dengan malas Erissa pergi ke kereta kuda mereka, Amanda pergi membangunkan Stacey. Alexador menaruh bola-bola herbal kecil itu ke sebuah kantung kain yang cukup besar.
Jiwa Stacey masih terlelap, Jason membantu Stacey menuju kereta kuda, Zedva yang sedari tadi mengawasi pergerakan mereka mulai bersiap-siap mengikuti jejak kereta kuda tersebut.
"apa yang kau pikirkan Alexador? Ibukota terlalu berbahaya saat ini." Gumam Zedva sembari berlari dan meloncat di pepohonan.
Dibalik bayang-bayang bangunan ibukota yang ramai, sesuatu tengah bergerak, aura hitam pekat terlihat tapi tak dirasakan atau terlihat oleh penduduk ibukota. Ia sedang merapalkan sebuah mantra bersama pasukannya, lalu menghilang dalam sekedip mata ketika gadis kecil hadir di luar gang kecil yang tadinya berisikan sesuatu yang berbahaya, gadis kecil itu menunjuk ke arah ujung gang tersebut lalu,
'Duaarr'
tubuh gadis kecil itu meledak, orang-orang yang ada di sekitarnya termasuk orang tuanya panik, takut dan berteriak mencari pertolongan.
"Tolong! siapapun!!!!"
Tak ada harapan lagi buat gadis kecil yang malang itu. Seseorang tertawa kecil dari atas bangunan tinggi itu, bersama pasukannya, mereka mengenakan jubah dengan simbol besar di belakang jubah mereka, dan lagi-lagi pergi menghilang dengan cepat yang tak terlihat oleh sudut mata manapun.
Kembali ke perjalanannya Stacey, mereka sedang melewati hutan untuk pergi menuju ibukota yang terkenal dengan batu-batu sihir berkualitas, tak hanya itu, persenjataan, bahan pokok, pakaian hingga perhiasan dengan kualitas tinggi ada disini.
Akhirnya, setelah kereta kuda itu menempuh jarak yang cukup jauh dan memakan waktu yang lama, mereka akhirnya sampai di depan gerbang pintu Ibukota. Stacey dan teman-temannya mengantre agar mendapatkan ijin masuk ke dalam ibukota, penjagaannya sangat ketat, tak ada yang berhasil masuk tanpa sepengetahuan para penjaga berzirah tebal itu.
Karena antrean yang lumayan panjang, ada beberapa orang sedang berkelahi karena alasan mendahului,
"Hey! mengantre yang benar!" kata seseorang dengan pakaian berzirah tipis dan sebilah pedang bersarung di sisi kanan pinggangnya, ia juga membawa hasil buruannya.
"Hmmm?" Pria dengan postur tubuh yang dilatih baik, walau tertutup jubah panjangnya tapi itu tak membalikkan fakta bahwa pria itu memiliki badan yang baik. Pria itu membuka penutup kepalanya, tak disangka-sangka itu adalah seorang pria tua.
Pria berzirah itu masih saja membuka mulutnya dan memaki-maki si pria tua.
"Apa yang terjadi disana?" Tanya Amanda dan membalikkan badannya ke arah pertengkaran tersebut, beberapa orang sudah mencegah dan menurunkan amarah si pria berzirah tetapi pria berzirah itu keras kepala.
"Sudahlah, biarkan saja! Kapan sih kita bisa masuk ke dalam???! Aku sudah lelah berdiri disini!" Keluh Erissa.
"Sabar lah wahai Erissa, sebentar lagi kita akan masuk kedalam." Stacey ikut berkomentar, lelah karena mendengar keluhan yang keluat dari mulut Erissa.
"Kau kan enak!! Kau duduk di atas serigala itu!---"
"Alexador, apa kau tak bisa melakukan suatu hal?" Kata Stacey dan mengacuhkan keluhan Erissa.
Sayangnya Alexador menggelengkan kepalanya,
"Andai peraturan nya tak berubah, kita sudah bisa masuk dari tadi."
Alexador tetap berdiri tegap, memimpin Stacey dan kawan-kawannya.
'Apakah ini semua efek dari kejadian bersejarah itu?' Batin Stacey.
'Byaarrrr!'
Suara ledakan air terdengar jauh di belakang, laki-laki berzirah tadi terlempar ke belakang.
"I-itu! Si pria tua Hodward!!!!!!!!!" beberapa orang menjauhi Pria tua yang bernama Hodward itu, takut akan kematian yang akan menjemput nya.
Alexador yang tadi tak terusik dengan pertengakaran yang terjadi di belakang kini ia tiba-tiba membalikkan badannya setelah mendengar nama si pria tua.
"Hodward?"
"Ada apa?" Tanya Stacey, Amanda dan Erissa secara bersamaan, Jason pun ikut membalikkan badannya.
"Sial. Sebaiknya kalian tidak berurusan dengan pria tua itu!" Jawab Alexador sambil memegang pelipis nya.
Si pria tua Hodward itu pergi mendahului para pengantre lainnya, tak ada yang berani memarahi, takut bernasib sama dengan pria berzirah tipis yang terkapar di tanah. Pria berzirah tipis itu hanya pingsan.
Saat pria tua Hodward itu hendak mendahului Stacey, Stacey menghalanginya dan tak memperdulikan perkataan Alexador barusan.
Si pria tua Hodward itu tersenyum,
"Maaf tuan, sebaiknya anda mengantre dengan benar. Takkan kubiarkan kau mendahului ku." Dengan berani Stacey mengatakan dengan suara lantang.
Tangan si pria tua itu terangkat,
"Menyentuh nya maka kau akan ku hajar Hodward." Siapa lagi kalau bukan Alexador selaku mentor sementara mereka.
"Walau aku benci mengakui nya, aku takkan membiarkan mu lewat pak tua sialan! Aku sudah lelah berdiri lama-lama disini!!!"
"Aku juga setuju, mengantre lah di belakang kami." Erissa dan Amanda menyetujui pernyataan Stacey.
"Alexador? baiklah-baiklah, aku akan menuruti perkataan kalian dengan syarat! Arena Festival! ku tunggu kalian disana!!! Hahaha!" Pria tua itu melangkahkan kakinya kebelakang,
"Tak ada yang boleh menolak!" Bisiknya tegas di telinga Alexador, lalu mengantre sesuai perkataannya Amanda.
"Kau kenapa Jason?" Bisik Stacey di telinga Jason, Stacey bingung, kenapa tubuh Jason berkeringat dingin seperti ini.
"K-kau bicara apa Stacey, aku tak apa." Jawab Jason yang segera menyembunyikan rasa ketakutan nya.
"Siapa kau sebenarnya?" Tanya Amanda kepada si pria tua Hodward.
"Hanya pria tua biasa yang bernama Hodward." Balas Pria tua Hodward dengan tersenyum hangat.
"Pria tua biasa dengan kemampuan yang hebat, itu tepatnya." Erissa membetulkan perkataan Pria tua Hodward itu.
"Sesuatu tengah bergerak di kegelapan dalam jumlah yang besar." Pria tua Hodward berbisik pelan kepada Alexador, setelah mereka sudah berada di dalam ibukota.
Alexador diam tak bergeming, mencerna semua perkataan pria tua Hodward.
"Ayo kita mencari penginapan, pelelangan akan diadakan besok dan untuk Arena Festival akan diadakan tiga hari lagi." Alexador memulai pembicaraan mereka dan segera mencari sebuah penginapan terdekat.
Satu orang satu kamar, itulah perintah Alexador, alasannya adalah privasi. Semuanya setuju karena Alexador lah yang membayar semua nya.
"Kau mengenal pria tua itu kan Jason?" Stacey bertanya ketika dirinya berada di kamarnya bersama Jason.
"Aku tak bisa membohongi mu, Pria tua itu adalah Hodward. Pria dengan kemampuan yang hebat, kekuatannya setara atau melebihi ketua guild kita. Dialah penjaga hutan suci." Jawab Jason dengan penuh penekanan disetiap kata yang ia lontarkan.
"Kau tak bicara sepenuhnya, hutan suci? aku pernah membacanya di perpustakaan, sebuah hutan yang dipenuhi aliran sihir dan makhluk-makhluk suci kan?"
"Maaf Stacey, aku memiliki alasan untuk tidak membeberkan semuanya. Kau benar mengenai hutan suci tersebut." Jason berkata lagi.
walau terbesit sedikit rasa kecewa, Stacey tak memperlihatkan nya. Mungkin alasan itu lebih penting daripada dirinya, itulah yang ada di benaknya.
Sepoi angin malam yang dingin bersepoi ria, rupanya Stacey lupa menutup jendela kamarnya, ia melihat rembulan yang lebih terang daripada biasanya lalu menutup jendela kamarnya secara perlahan.
Sesuatu nampak bercahaya di meja kecil yabg terletak di tengah ruangan, entah siapa yang menaruhnya, ada secarik kertas yang ditulis rapi.
"Jason, kemarilah!" Seru Stacey, Jason menghampiri Stacey.
Secarik kertas dan sebuah batu bundar bersimbolkan gambar hati yang dirangkai menjadi bunga, maksud dari semua ini apa? Simbol perdamaian? Peperangan? atau sebuah isyarat?