Chapter 33 - Chapter 33

Xuan yang duduk di kursi utama ruang makan diam-diam memperhatikan so ah di samping kanan mejanya  yang memilin-milin bajunya sendiri dengan gugup.

"Kemarilah"ucap xuan.

"Ada apa xuan ??..."tanya so ah dan perlahan dirinya bangkit berjalan mendekati xuan.

Xuan yang melihat so ah tepat berada di sampingnya tangan kanannya langsung menarik tubuh mungil gadis itu dan mendudukkan dirinya dipangkuannya.

"Xuan jangan disini .... bagaimana jika ada yang melihat kita berdua ???"ucap so ah cemas dan mulai menggeliatkan tubuhnya tak tenang.

Xuan hanya diam saja melihat tingkah so ah yang ada dipangkuannya malah dirinya dengan santainya lebih mengeratkan tangan kirinya pada pinggang rampingnya.

"Itu itu bagaimana jika kita kekamar saja"lanjut so ah panik tanpa sadar dengan apa yang ia ucapakan.

"Hmm so ah hari ini kau nakal sekali"bisik xuan ditelinga so ah dengan mesra.

So ah yang baru sadar akan arti kata-kata yang baru ia ucapkan langsung terdiam malu dan dengan manja memukul-mukul ringan dada bidang Xuan..

Kruyyuukkk ....

Bunyi ringan suara itu terdengar di antara so ah dan xuan. So ah yang tau asal suara itu dari mana terdiam malu dengan wajah yang bertambah merah padam.

Xuan melihat ekspresi menggemaskan so ah sangat terhibur.

Bahkan bahunya mulai bergetar halus tapi hal itu dirasakan oleh so ah yang berada di dalam pangkuannnya.

"Xuannn"cicit so ah bertambah malu.

Tangan kiri Xuan dengan santai menempelkan kepala so ah kearah dadanya dengan lembut.

Dayang senior Luo dan para dayang muda yang baru saja akan memasuki ruang makan melihat jelas interaksi penuh kasih Qi Rui Wang yang memanjakan wanita yang ada di pangkuannya.

Dalam rumah tangga bangsawan bisa di katakan bahwa seorang wanita tak pantas untuk bermanja dipangkuan tuannya kecuali tuannya itu sangat mengasihi dan mencintainya karena hal seperti itu biasanya bisa menunjukkan urutan derajat tinggi wanita itu dihatinya tetapi disatu sisi juga menjadikan wanita itu menjadi kelemahan tuannya.

Mungkin itu Qi Rui Wangfei yang malu menunjukkan wajah buruk nya, pikir Tong er dengki melihat kemesraan didepannya. Pikirannya hampir sama dengan pikiran dari teman-temannya tapi hal itu dipatahkan dengan ucapan penuh rasa hormat dari dayang senior Luo.

"Salam pelayang tua ini kepada Qi Rui Wang dan Qi Rui Wangfei"ucap mama Luo hormat dan langsung memerintahkan keenam dayang itu membelah jadi dua kelompok yang terdiri dari tiga orang dayang disisi kanan kiri meja makan.

"So ah ayo makan"ucap xuan yang sudah mengambil mangkuk dan mengisinya dengan nasi.

"Kau ingin apa ??"bisik xuan lembut

"Ah .... itu ... itu terserah xuan saja"cicit so ah lirih takut didengar pelayan yang ada didalam ruangan.

So ah tetap meringkuk manja didekapannya seperti kucing kecil dan perlahan tangan xuan mengelus lembut surai so ah sedangkan tangan kanannya dengan cekatan mengambil daging ikan asam manis dan menyuapi so ah dengan lembut.

"Xuan sup biji teratai itu baik untuk tubuh ..."ucap so ah mengingatkan xuan.

Xuan melirik sup biji teratai yang terlihat dengan tampilan yang menggiurkan itu perlahan menyendoknya dan memakannnya dengan elegan.

Merasakan posisi mereka yang sangat intim so ah menggeliat lagi tapi matanya terbelalak ketika merasakan sesuatu yang menonjol semakin keras di bawahnya. Mukanya langsung memerah malu dan memelototi xuan yang masih seolah-olah tak terjadi apa-apa, apalagi tangan kiri xuan masih mendekap erat pinggang so ah.

"Diam..."bisik xuan santai dan so ah hanya menurut tak berani bergerak apalagi melihat xuan yang dengan senang hati makan dibekas mangkuknya dirinya merasakan suatu perasaan yang sangat berbeda apalagi lelaki yang memangkunya ini tanpa rasa jijik tetap melahap habis makanannya dari mangkuk dan sumpit yang sama.

Entah kenapa tiba-tiba perutnya terasa keram dan mual disaat yang bersamaan dirinya menutup mulutnya menahan rasa bergejolak yang seakan ingin keluar dari tenggorokannya.

Xuan melihat so ah yang satu tangan memegang perutnya dan satu tangan yang menutupi mulutnya, xuan mengernyit dan langsung memegang perut so ah mengalirkan kekuatannya tapi secara tak sengaja ia merasakan ada dua energi asing yang terasa samar jika ia tak dengan teliti merasakannya lagi.

Mungkin itu energi yang dirinya gunakan untuk memulihkan luka-luka so ah dan masih tertinggal di dalam tubuh istrinya.

"Apakah sudah tidak apa-apa"kata xuan lembut mengambil kue bulan dan menyuapi so ah dengan perlahan-lahan.

So ah melihat kue bulan yang ia buat dengan bentuk bunga teratai di atasnya dan merasakan lelehan manis ketika xuan yang menyuapinya.

Chui merinding mendengar nada lembut yang digunakan Qi Rui Wang sebagai tuannya apalagi dengan kedua mata kepalanya sendiri ia melihat dari awal hingga sekarang ini bagaimana wangyenya terus memanjakan dan memanjakkan wangfei mereka.

"Aku ingin ketaman sebentar bolehkan"suara so ah yang baru terdengar jelas sangat indah seperti aliran air sejuk yang bergemerincing menyegarkan telinga.

Ketika so ah berdiri baju merah gelap yang terlihat membalut tubuh ramping semampainya sangat indah dan elegan, Tong Er menatap iri pakaian itu apalagi melihat wajah indah milik wanita itu rasa dengki dalam dirinya yang sangat ingin mencabik-cabik wajah itu dengan pisau.

So ah yang menata rambutnya sederhana dengan beberapa perhiasan yang tak berlebihan itu memperlihatkan lebih jelas tanda lahir merah diantara kedua alis hitam indah yang kontras dengan kulit putih bersihnya , ia melihat xuan dengan mata besar yang berair dan bibir merahnya mencebik lucu.

Xuan langsung berdiri dan menggenggam tangan so ah lalu mereka berdua berjalan perlahan dengan tenang.

"Mama bisakan membawakan wangfei manisan kesukaannya di kamar wangye ??"ucap chui kepada dayang senior Luo.

"Baiklah... ohh apakah ketika belum menikah wangye sering membawakannya untuk wangfei ??"ucap mama Luo menebak-nebak tapi langsung dijawab iya oleh Chui, dirinya menjadi terdiam berarti kasih sayang mereka sudah sangat mendalam, pikir mama Luo bahagia.

Setelahnya dayang senior Luo dan Chui menyelesaikam percakapan mereka pergi kearah yang berbeda.

Kini di ruang makan hanya tersisa para dayang muda yang sedang bergosip.

Tong er menatap penuh rasa iri dan dengki dengan perempuan yang ternyata merupakan putri utama kediaman Lu yang buruk rupa itu menjadi wangfei dengan kecantikkan yang meruntuhkan kecantikkan lain.

Mama Luo datang kembali ke arah ruang makan yang memerintahkan dua dayang muda untuk mengikutinya, secara kebetulan Ting Er dan Tong Er yang di perintahkan untuk membawa kudapan itu.

Dari kejauhan Tong Er melihat kasih sayang wangye yang memanjakan istrinya, dalam pikirannya mungkin ia bisa mengambil hati wangye dan menjadi selir favoritnya ia harus bisa itulah tekad serakah yang sudah mulai menjadi obsesi gila tercetak jelas di matanya.

Chui memperhatikan dayang muda itu dengan seksama ketika melihat ada sebuah rasa serakah ketika melihat kebersamaan wangye dan wangfei.

Xuan hanya mengabaikan kedua dayang itu dengan acuh tak acuh ia malas melirik apalagi melihatnya.

Tong Er sangat kesal dengan respon wangye kepadanya kemudian dirinya pergi dengan Ting Er. Melirik ada pengawal yang selalu menemani wangye kemana-mana sejenak ia ingin memanfaatkan hubungan pengawal itu dengan wangye, untuk menaiki tempat tidur wangye dirinya harus bisa memperdaya pengawal ini.

"Aaakkhhh"teriak Tong Er kesakitan ketika ia sengaja menjatuhkan dirinya sendiri tepat didepan Chui.

Chui hanya membiarkan wanita yang jatuh didepannya ini tanpa ada niatan untuk membantu apalagi dirinya saja tidak melirik. Sampai Ting Er memohon bantuannya dan ia dengan malas membantu dayang muda itu untuk membawanya kekamar para dayang muda.

Tong Er yang sudah di geletakan diatas tempat tidurnya sendiri dirinya dengan agresif mulai memegang lengan chui ketika chui ingin keluar.

Chui menatap dengan jijik tangan putih yang memegang kuat lengannya apalagi lengannya itu terus saja dipepetkan didada dayang muda ini.

Cih dirinya pikir aku akan tergoda !!!...,pikir chui jahat dan dirinya menghempaskan dengan kasar tangan dayang muda itu.

Tong Er terperanjat kaget melihat reaksi pengawal itu apalagi ketika mendengar ucapannya ada rasa terhina di mukannya.

"Jangan berharap kau bisa menggodaku dan memanfaatkanku untuk naik keatas ranjang wangye karena kau mahkluk hina tidak pantas di pandang bahkan dilihat wangye kau hanya mengotori pandangannya"ucap Chui kasar dan pergi dengan menutup pintu dengan keras.

Tong Er menatap penuh kebencian pintu yang di hempaskan pengawal itu.

"Lihat saja jika aku menjadi selir wangye kau yang pertama kali aku eksekusi"ucap Tong Er penuh kebencian dengan matanya yang dipenuhi rasa serakah.